Eropa Italia

AC Milan Incar Rafinha: Kebutuhan atau Kepanikan?

Sebelas pemain baru tampaknya belum cukup bagi AC Milan musim ini, dan mereka sudah melakukan ancang-ancang untuk merekrut pemain baru di bursa transfer tengah musim nanti. Gelandang Barcelona, Rafinha Alcántara, rencananya akan diangkut ke San Siro dengan status pinjaman dan opsi pembelian di akhir musim.

Hingga awal Oktober, permasalahan di lini tengah dan lini belakang Milan belum juga terselesaikan, walau dengan sebab yang berbeda. Lini pertahanan yang sempat sangat solid di awal musim, mendadak kehilangan ketangguhannya setelah cederanya Andrea Conti, sedangkan Hakan Çalhanoğlu yang diproyeksikan menjadi jenderal lapangan tengah, tak kunjung menunjukkan tajinya di Serie A.

Vincenzo Montella pun tak tinggal diam, dan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki lubang-lubang yang menganga di sektor tersebut. Namun, lini tengah tampaknya memang harus mendapat perhatian khusus, karena permasalahan di lini belakang tampaknya hanya mengenai pemahaman taktik saja.

Milan di Serie A musim ini merupakan salah satu tim dengan persentase penguasaan bola tertinggi, Dari tujuh pertandingan, mereka menguasai rata-rata 56 persen kepemilikan bola. Hanya kalah dari Napoli, Juventus, dan Internazionale Milano. Akan tetapi, tingginya rerata penguasaan bola ini tidak diimbangi dengan tusukan-tusukan yang mematikan dari lini kedua.

Dari data yang terlampir di WhoScored, tak ada satu pun pemain Milan yang termasuk dalam lima besar pemain dengan rataan jumlah tendangan terbanyak per pertandingan. Rata-rata gelandang Milan hanya mampu melesatkan dua tembakan per laga, dan terlalu bergantung pada penetrasi Suso. Bandingkan dengan Edin Džeko yang rata-rata melakukan enam kali percobaan tendangan di satu pertandingan, padahal ia bertarung sendirian di kotak penalti lawan.

Situasi inilah yang mendorong Milan akan mendatangkan Rafinha di bursa transfer musim dingin. Dengan agresivitas tinggi yang dimilikinya, ia diharapkan dapat menjadi pemecah kebuntuan. Rafinha dikenal sebagai gelandang dengan dribel bagus, sama dengan kakaknya, Thiago Alcántara. Akurasi umpannya juga cukup baik meskipun ia jarang bermain. Nah, variabel terakhir inilah yang menjadi kekhawatiran para Milanisti.

Rafinha sama sekali belum bermain untuk Barcelona musim ini, karena ia masih dalam tahap pemulihan setelah mengalami cedera lutut parah pada bulan April lalu. Awalnya, pemain berusia 24 tahun ini akan absen empat bulan dan diperkirakan dapat kembali tampil awal musim ini. Tetapi akhir September lalu tim dokter Barcelona mengumumkan bahwa sang pemain harus menepi dua bulan lebih lama lagi.

Kabar ini tentu bukan berita bagus bagi Milan selaku klub peminat, Setelah tujuh bulan absen dari lapangan, Rafinha tentu butuh waktu untuk dapat kembali ke performa terbaiknya. Anehnya, Milan seakan tak belajar dari pengalaman, setelah Hakan Çalhanoğlu juga mengalami hal yang serupa. Sebelum bergabung ke Milan, ia tidak bermain selama empat bulan karena kasus pelanggaran kontrak.

Milan saat ini tertatih di Serie A dan zona Liga Champions masih jauh dari genggaman. Meski kompetisi masih menyentuh awal musim, tapi rencana perbaikan harus dilakukan sejak dini. Masalahnya adalah, di antara sekian banyak pemain berkualitas dengan harga terjangkau, mengapa harus mendatangkan pemain yang baru saja mendapat cedera parah?

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.