Pembinaan usia dini sangat penting bagi perkembangan sepak bola. Oleh karena itu, PSSI juga mewacanakan akan mengadakan Liga U-15 dan U-17 untuk mempermudah mencari pemain U-16 dan U-19.
Saat Sekjen PSSI masih dijabat Ade Wellington, dia mengatakan bahwa untuk putaran regional rencananya akan bergulir akhir April hingga Agustus (baru ke level nasional). Dan para pengurus PSSI di daerah-daerah juga menunjukkan antusiasmenya menggelar kompetisi usia dini ini.
Pelatih timnas U-16, Fachry Husaini, saat dihubungi Football Tribe Indonesia mengungkapkan bahwa sudah menjadi kewajiban PSSI untuk menggelar kompetisi usia dini agar pelatih lebih mudah mencari bibit-bibit baru untuk masuk ke tim nasional.
Coach Fachry yang tengah mengikuti kursus kepelatihan di Sawangan ini menceritakan tantangannya saat mencari pemain untuk Timnas U-16 yang saat ini dilatihnya. “Saya terasa sekali sulitnya mencari pemain untuk Timnas U-16 karena tidak ada database pemain usia segitu. Yang ada, kami menyurati Asprov agar mempersiapkan pemain-pemain terbaiknya. Lalu kami datang untuk menyeleksi.”
Total butuh dua bulan untuk mendapatkan pemain-pemain yang ada sekarang. Antusiasme pemain-pemain masa depan ini terbilang cukup baik. Setelah semua provinsi menampilkan pemain-pemain terbaiknya, total muncul 55 pemain dari seleksi regional yang diadakan di enam kota (Jayapura, Samarinda, Makassar, Jakarta, Jogja, dan Medan). Setelahnya, barulah terpilih 30 pemain yang ada saat ini.
Kemenpora sendiri sudah mengadakan kompetisi U-14 dan U-16. Tinggal PSSI mengadakan Liga U-15 dan U-17. “Tentunya semua pihak harus bermitra ya, untuk sama-sama mengembangkan pemain-pemain usia dini ini. Tidak mungkin mengandalkan PSSI sendiri,”ujarnya.
Coach Fachry juga memuji liga usia dini yang diadakan pihak swasta seperti Liga Kompas Gramedia dan Liga Top Skor. Sayangnya, provinsi lain belum ada yang mengadakan kompetisi rutin usia muda seperti ini.
Kita kerap mengetahui anak-anak Indonesia yang cukup punya prestasi di kejuaraan-kejuaraan internasional seperti Gothia Cup atau Danone Cup. Namun, kenapa setelah itu prestasi tim nasionalnya mandek?
“Karena pengelolaan pemain tidak berjalan semestinya. Kompetisi tidak berjalan rutin. Kalau pembinaan terputus setelah Liga U-15 selesai, terus mau jadi apa?”, kata Fachry.
Kompetisi usia dini jelas penting untuk membentuk mental dan kemampuan pemain beradaptasi dalam tim. Ini terlihat saat coach Fachry menyeleksi pemain-pemain untuk Timnas U-16. Ada banyak pemain potensial yang skill-nya bagus dan terlihat jelas saat bermain sendirian.
Namun, sepak bola bukan cuma one-man show. Bagaimana si pemain bisa menyatu dalam tim, bekerja sama dengan rekan setim lain juga menjadi hal penting yang krusial. Dan ini bisa terbentuk jika ada kompetisi yang rutin.
Lalu, apa saja yang harus dibenahi saat kompetisi usia dini digelar? Berikut poin-poin dari coach Fachry:
-
Kompetisi yang berkelanjutan untuk semua tingkat usia
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, jika kompetisinya mentok dan tidak rutin, bagaimana bisa menciptakan pemain-pemain yang handal?
-
Ketersediaan pelatih usia dini
Coach Fachry juga menyoroti hal ini. “Ada berapa banyak SSB dari Sabang sampai Merauke? Tapi berapa banyak pelatih yang tersertifikasi? Tidak banyak, bukan?”.
Nah, kursus kepelatihan yang digelar PSSI dan AFC di National Youth Training Center (NYTC) di Sawangan, Depok dari tanggal 24 April hingga 5 Mei ini diharapkan bisa menciptakan pelatih-pelatih usia muda yang berkualitas. Ada 22 pelatih yang ikut pelatihan bertajuk MA Coaching Instructors Course 2017, termasuk coach Indra Sjafrie yang menangani U-19.
-
Fasilitas yang memadai
Ini juga faktor penting. Apakah ada ruang publik di mana anak-anak bisa menyalurkan bakatnya? Apakah fasilitas yang ada sudah memadai untuk menunjang bakat mereka?
Tentunya harus ada kerja sama dari semua pihak, baik dari PSSI, Kemenpora, dan pihak swasta. Semoga dengan bergulirnya liga usia dini, akan muncul pemain-pemain yang bisa mengangkat prestasi tim nasional di tingkat Asia, dan bahkan dunia.
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)