Eropa Italia

Internazionale Milano yang (Masih) Mengkhawatirkan

Tujuh pertandingan yang dilalui dengan enam kemenangan, sekali imbang, dan belum sekalipun mencicipi pahitnya kekalahan, membuat Internazionale Milano duduk nyaman di peringkat ketiga klasemen sementara Serie A 2017/2018. Koleksi 19 poin yang mereka punyai kini sama dengan milik Juventus di peringkat kedua dan hanya berselisih dua angka dari Napoli yang berdiri di puncak.

Catatan positif yang berhasil dibukukan Mauro Icardi dan kawan-kawan ini membuat hati segenap Interisti bahagia. Luciano Spalletti yang jadi manajer baru La Beneamata pun mendapat sanjungan karena dinilai cakap dalam menghadirkan perubahan di tubuh skuat.

Tak ada salahnya memang jika Interisti bergembira dengan hasil-hasil yang sukses didulang Inter sejauh ini. Karena bagaimanapun juga, permulaan yang baik dalam menjalani kompetisi merupakan salah satu syarat guna meraup sesuatu yang lebih baik.

Walau begitu, rekor apik yang dituai Inter sampai pekan ketujuh Serie A wajib menjadi bahan renungan tersendiri untuk para pemain, staf kepelatihan, manajemen, dan tentu saja Interisti. Bukan apa-apa, namun jelas terlihat kalau grafik permainan Inter justru semakin menurun akhir-akhir ini. Angka sempurna yang berhasil dicomot selalu datang dari permainan yang mengkhawatirkan sebab memaksa jantung berdegup lebih kencang.

Kondisi seperti ini mulai terlihat pada saat Icardi dan kolega menjungkalkan SPAL di pekan ketiga. Menghadapi tim yang baru saja promosi dari Serie B itu, Inter tampil buruk dan butuh eksekusi penalti dari Icardi buat memecah kebuntuan. Bahkan guna menggandakan gol atas SPAL, La Beneamata harus berjuang sampai pengujung laga usai Ivan Perisic mencetak gol di menit ke-87.

Tatkala bertandang ke Crotone di pekan keempat, keadaan serupa kembali terulang. Walau mendominasi jalannya laga, namun secara keseluruhan permainan Inter begitu miskin kreativitas. La Beneamata terlihat kesulitan membuat peluang yang benar-benar bersih guna menciptakan gol. Beruntung, dua gol yang masing-masing diceploskan Milan Skriniar dan Perisic berhasil mengunci kemenangan bagi Inter.

Jeleknya permainan La Beneamata semakin kasat mata di saat mereka bertandang ke markas Bologna, Stadion Renato Dall’Ara, pada pekan kelima. Tidak kokohnya lini pertahanan Inter sukses dieksploitasi oleh anak asuh Roberto Donadoni dengan mencuri gol lebih dahulu via sepakan Simone Verdi.

Nahasnya, lini serang Inter pun mampet di pertandingan tersebut. Nyaris tak ada set play mengagumkan yang bisa dilakukan oleh anak asuh Spalletti guna merobohkan pertahanan I Rossoblu. Inter sampai membutuhkan penalti yang dieksekusi dengan baik oleh Icardi pada menit ke-77 untuk bisa menyamakan kedudukan.

Grafik permainan Inter yang semakin menurun justru terekspos jelas tatkala berjumpa klub promosi lain, Benevento, pada Minggu (1/10) kemarin. Inter memang berhasil membawa pulang angka penuh dari laga tersebut namun cara dan usaha yang mesti dilakukan La Beneamata untuk meraihnya benar-benar tidak mudah.

Banyak menguasai bola sehingga punya kesempatan mendikte permainan nyatanya gagal membuat Icardi dan kawan-kawan tampil lebih baik karena di sejumlah momen, mereka justru sangat kerepotan dengan pola permainan yang dikembangan I Stregoni.

Barisan depan La Beneamata kembali tampil buruk karena gagal mengonversi peluang yang didapat untuk menjadi gol. Icardi kerap terisolasi di kotak penalti karena senantiasa dikawal lebih dari satu pemain belakang. Usaha sang kapten dengan bergerak sedikit lebih turun hingga guna membuka ruang juga belum memberi dampak positif.

Sementara pergerakan dan permutasi posisi Candreva-Perisic di wilayah sayap juga kerap nirhasil karena keduanya lebih banyak melepas umpan crossing (baik lambung maupun mendatar) dibanding melakukan tusukan langsung ke kotak penalti guna memberi opsi penciptaan sekaligus pengeksekusian peluang.

Setali tiga uang, lini tengah Inter juga tetap miskin kreativitas walau Spalletti telah melakukan sejumlah perubahan di area ini. Misalnya saja memasang Marcelo Brozovic dan Matias Vecino sebagai starter ketimbang Joao Mario serta Roberto Gagliardini buat mendampingi Borja Valero.

Rotasi gelandang-gelandang tersebut belum jua sanggup menjawab keinginan Spalletti akan permainan yang lebih cair dari ruang mesin Inter. Padahal kondisi ini sangat esensial buat meningkatkan potensi ancaman ke gawang lawan sekaligus menjadi tembok pertama yang bisa membendung serangan musuh.

Sedangkan lini belakang, meski terkesan kokoh berkat performa lumayan yang diperlihatkan Joao Miranda dan Milan Skriniar sebagai duet bek tengah serta Henrique Dalbert atau Yuto Nagatomo dan Danilo D’Ambrosio di posisi fullback plus Samir Handanovic di bawah mistar gawang, sesungguhnya pertahanan La Beneamata belum mencapai level terbaik.

Hal ini bisa sama-sama kita saksikan pada saat Inter melakukan transisi dari mode menyerang ke bertahan. Serangan tim sekelas Benevento saja bisa membuat pertahanan La Beneamata kocar-kacir bahkan ketika menang jumlah pemain.

Momen sebelum Marco D’Alessandro membuat gol untuk Benevento dalam situasi 5v2

Masih banyaknya masalah yang terlihat dari permainan Inter membuktikan bahwa tim ini belum seratus persen kuat meski selalu bisa meraih hasil positif berupa kemenangan. Spalletti dan seluruh penggawanya masih punya segudang pekerjaan rumah supaya permasalahan ini terpecahkan dan La Beneamata bisa tampil lebih baik.

Apalagi dalam beberapa pekan mendatang, lawan-lawan yang bakal dihadapi Icardi dan kawan-kawan memiliki kualitas yang lebih cemerlang daripada SPAL, Bologna maupun Benevento yakni AC Milan, Napoli, dan Sampdoria. Tiga klub yang disebut belakangan memiliki segala potensi untuk membuka borok sekaligus mengeksploitasi permainan tanpa greget yang dipertontonkan Inter sejauh ini.

Tanpa adanya perbaikan yang signifikan, wajar bila Interisti khawatir performa La Benamata bisa merosot sewaktu-waktu dan malah susah bangkit, misalnya saja usai menerima kekalahan perdana. Sebab kondisi semacam ini telah berlangsung dalam beberapa musim terakhir dan membuat Inter kesulitan untuk bersaing di papan atas serta gagal melepas predikat semenjananya.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional