Nasional Bola

Tujuh Pemain Jebolan LPI yang Masih Bersinar di Liga 1

Tahun 2011, dualisme kompetisi mewarnai perjalanan liga Indonesia. Selain Indonesia Super League (ISL) yang diselenggarakan PSSI, kasta tertinggi sepak bola Indonesia juga dimeriahkan oleh kompetisi anyar bernama Liga Primer Indonesia (LPI) yang dimotori oleh Arifin Panigoro.

LPI versi Arifin Panigoro memang hanya berlangsung satu putaran, tapi beberapa bulan, kemudian muncul LPI baru yang sedikit berubah nama menjadi Liga Prima Indonesia. “LPI Kedua” ini merupakan gagasan dari Ketua Umum PSSI saat itu, Djohar Arifin Husin. Meski sudah diambilalih PSSI, keberadaan Liga Prima Indonesia juga mengundang kontroversi terkait jabatan CEO yang dipegang oleh Widjajanto, mantan CEO PT. Liga Primer Indonesia.

Meski kedua kompetisi itu mengundang pro dan kontra, namun dari kedua liga itu pula lahir pemain-pemain hebat yang masih bersinar di Go-Jek Traveloka Liga 1.

Siapa saja mereka?

Ilija Spasojevic

Ilija Spasojević

Spaso menginjakkan kakinya pertama kali di liga Indonesia saat berseragam Bali DeVata, dan mungkin saat itu tidak terpikir sama sekali di benaknya bahwa ia akan menjadi idola baru lapangan hijau di negara kepulauan ini. Di Liga Primer Indonesia, Spaso mencetak delapan gol dan membawa Bali DeVata finis di peringkat tujuh.

Setelah angkat kaki dari Pulau Dewata, Spaso kemudian diboyong PSM, Mitra Kukar, dan Persisam Samarinda, lalu menjuarai Piala Presiden 2015 bersama Persib Bandung. Sebelum kembali ke Indonesia musim ini untuk memperkuat Bhayangkara FC, penyerang asal Montenegro ini juga pernah menjadi top skor di Liga Primer Malaysia tahun 2016.

Kredit: SpotGol

Sansan Fauzi Husaeni

Penyerang setinggi 180 sentimeter ini merupakan lulusan Persija U-21, dan pernah bermain untuk Jakarta 1928 FC di Liga Primer Indonesia. Saat itu, Sansan membentuk duet maut bersama penyerang legendaris asal Argentina, Emanuel De Porras, dan membawa timnya finis di peringkat empat. Tujuh gol dicetak Sansan dari 18 penampilannya bersama Jakarta 1928 FC, dan membuat namanya menjadi buruan panas di bursa transfer, mengingat saat itu usianya masih 22 tahun.

Persija Jakarta yang berkompetisi di Liga Prima Indonesia kemudian menjadi pelabuhan karier Sansan selanjutnya. Setelah itu, Sansan berganti-ganti klub mulai dari Persekap Pasuruan hingga Persikad Depok, sebelum direkrut PS TNI di Go-Jek Traveloka Liga 1.

Kredit: Jawa Pos

Otávio Dutra

Bertubuh tinggi tegap, Dutra tak hanya jago menghalau bola-bola udara, tapi juga lihai mencetak gol dari situasi bola mati. Dutra saat ini juga tengah bersiap mengangkat trofi gelar juara Go-Jek Traveloka Liga 1 bersama Bhayangkara FC, sama seperti rekan setimnya yang juga alumnus Liga Primer Indonesia, Ilija Spasojević.

Nama Otávio Dutra pertama kali mengudara di Liga Indonesia saat ia berseragam Persebaya 1927 di Liga Primer Indonesia. Ketangguhan Dutra sudah terlihat sejak saat itu, dengan membawa timnya mengakhiri kompetisi di peringkat pertama dan hanya kebobolan 13 kali alias terminim di antara semua kontestan.

Irfan Bachdim

Liga Primer Indonesia memang bukan panggung pertama Irfan Bachdim di sepak bola Indonesia, karena ia sudah lebih dulu tenar saat bersinar di Piala AFF 2010. Akan tetapi, Persema Malang yang saat itu berkompetisi di Liga Primer Indonesia, memiliki andil besar dalam meroketkan karier Bachdim di pentas sepak bola nasional.

Tiga tahun lamanya Irfan Bachdim mengenakan seragam Persema, mulai dari Liga Primer Indonesia hingga Liga Prima Indonesia. Ia juga sempat membawa Persema menjadi runner-up Liga Primer Indonesia, sebelum hijrah ke Liga Thailand dan Jepang. Musim ini, Bachdim kembali ke Indonesia untuk memperkuat Bali United.

Kim Jeffrey Kurniawan
Kim Jeffrey Kurniawan. Kredit: Indonesiansc

Kim Jeffrey Kurniawan

Sama seperti Irfan Bachdim, Kim juga menjadi pemain naturalisasi yang merupakan poros kekuatan Persema Malang di Liga Primer Indonesia. Dengan paras tampan, kelincahan, serta akurasi umpannya yang bagus, Kim tak butuh waktu lama untuk menjadi idola baru di lapangan hijau, baik di kalangan sesama lelaki maupun para wanita.

Meskipun lahir di Jerman, peruntungan hidup Kim tampaknya memang ada di Indonesia. Selain masih menjadi andalan di lini tengah Persib Bandung musim ini, karier Kim di luar lapangan hijau juga cukup baik. Pemain berusia 27 tahun ini beberapa kali memberikan donasi untuk orang-orang yang membutuhkan, dan saat ini sedang merintis bisnis aksesoris pria.

Hattrick Samsul Arif

Samsul Arif

Namanya sedang hangat baru-baru ini setelah mencetak hattrick ke gawang Persegres Gresik United, Sabtu kemarin (30/9). Di dalam lapangan, Samsul memang terkenal sebagai penyerang yang oportunis, dengan ciri khas pergerakan sesegera mungkin membalikkan badan menghadap ke gawang.

Karier Samsul sebenarnya sudah dimulai sejak lama di klub kota kelahirannya, Persibo Bojonegoro, pada tahun 2005 lalu. Namun, kiprahnya di Liga Indonesia mulai meroket sejak membawa Persibo menjadi kuda hitam di Liga Primer Indonesia. Salah satunya ketika menggebuk Medan Chiefs dengan skor 5-1.

Hendra Wijaya

Produk PSM U-21 ini sangat loyal mengabdi pada Juku Eja, dengan masa bakti yang sudah mencapai sembilan tahun. Karakternya yang lugas tanpa kompromi menjadi favorit para suporter PSM. Selan itu, ia juga termasuk pemain yang komplet karena bisa ditempatkan di semua posisi bek, baik tengah, kiri, maupun kanan.

Tahun 2009 memang tercatat sebagai debut Hendra Wijaya di tim senior PSM, tapi di Liga Primer Indonesia dan Liga Prima Indonesia-lah namanya mulai meroket. Posisi bek tengah dan bek kanan selalu setia dihuninya, dan sempat dipanggil Rahmad Darmawan untuk mengikuti seleksi Yimnas U-23 tahun 2011.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.