Apakah Tribes pernah dengar nama Regillio Simons? Saya tak akan kaget apabila Tribes tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya. Regillio adalah mantan pesepak bola asal Belanda yang sempat berkiprah di klub-klub semenjana Eredivisie.
Namun, darah sepak bola yang mengalir di tubuh pria berusia 44 tahun ini mengalir deras di tubuh anaknya, Xavi Simons. Simons, anggota dari akademi termahsyur Barcelona, La Masia, memiliki peluang untuk melampaui karier sepak bola yang dimiliki oleh sang ayah. Bahkan, jauh melampaui sang ayah. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Regillio, agar anaknya berkembang menjadi pemain yang lebih baik darinya, yaitu waktu yang cukup dan ruang yang lapang.
Xavi Simons adalah kapten dari tim U-14 Barcelona. Dengan rambut keriting khas legenda Kolombia, Carlos Valderrama, wajar saja apabila Simons terlihat menonjol di lapangan. Namun, bukan karena rambutnya saja, karena bocah yang baru berusia 14 tahun ini memang benar-benar berbakat.
Ia mampu mengatur tempo pertandingan layaknya pemain yang sudah berpengalaman, mampu mengoper dengan akurasi yang sempurna, serta kemampuan menggiring bola yang mumpuni. Selain itu, di usianya yang begitu muda, ia diberkahi kemampuan alami untuk menjadi seorang pemimpin. Karakteristik-karakteristik ini terlihat mirip dengan seorang legenda Barcelona yang bernama sama dengan Simons, bukan?
Ya, bocah Belanda ini memang digadang-gadang sebagai The New Xavi. Bukan sebuah kejutan, karena memang ia dinamakan ‘Xavi’ karena orang tuanya mengidolakan salah satu gelandang terbaik dunia asal Spanyol itu.
Kehebatan Simons dalam mengolah bola sudah diakui oleh pengamat sepak bola di seluruh dunia. Namanya selalu masuk ke dalam daftar pesepak bola yang akan memenangkan trofi Ballon s’Or di masa depan. Namun, di sini ekspektasi yang tidak seharusnya dibebankan pada bocah berusia 14 tahun datang kepadanya.
Perjalanan pemain berkaki kidal ini masih teramat panjang. Ia membutuhkan waktu untuk belajar dan berkembang lebih jauh lagi, sebelum mendapatkan embel-embel “calon pemenang Ballon d’Or” di masa depan atau semacamnya.
Memang, talenta Simons-lah penyebab dari harapan yang datang kepadanya. Walaupun begitu, tidak sebaiknya di umur yang masih dapat dikatakan sebagai anak-anak, ia mendapatkan ekspektasi sebesar itu. Berikanlah sedikit waktu bagi Simons untuk mengasah lebih lanjut kemampuannya, sebelum membebankan ekspektasi besar.
Mengapa seperti itu? Berkaca dari kasus-kasus pemain muda bertalenta yang digadang-gadang sebagai wonderkid, banyak dari mereka yang malah redup dan layu sebelum berkembang. Siapa yang bisa lupa dengan nama Freddy Adu, pemain yang disebut-sebut sebagai The Next Pele ketika baru berusia 16 tahun? Kini ia bermain di klub Tampa Bay Rowdies, Amerika Serikat. Pernah dengar klub ini? Saya pun tidak.
Adu adalah satu dari sekian banyak pesepak bola muda yang tidak diberikan waktu untuk berkembang lebih jauh, sebelum diberikan harapan-harapan yang begitu tinggi. Ada baiknya bagi Regillio Simons untuk menjauhkan anaknya dari ekspektasi-ekspektasi besar yang dibebankan oleh suporter, media, bahkan klubnya sendiri.
Belum lama ini juga, beredar kabar bahwa agen super yang memiliki klien-klien ternama seperti Paul Pogba dan Zlatan Ibrahimovic, Mino Raiola, mendatangi Simons ketika ia sedang berlatih. Pria asal Rumania ini terlihat sedang duduk bersama Regillio, menyaksikan akademi La Masia berlatih tanding.
Muncul gosip-gosip bahwa Raiola sedang melobi Simons senior untuk menjadikan anaknya sebagai salah satu kliennya. Kontan saja, gosip ini memicu kemarahan di antara para Cules, pendukung Barcelona. Namun, kabar burung ini segera dibantah oleh sang agen super itu sendiri. Ia menyatakan bahwa dirinya hanyalah teman baik dari keluarga Simons.
Raiola memang sudah berkelit akan isu mengenai dirinya yang menjadi agen bagi Simons. Namun, apabila pada kenyataannya ia benar-benar menjadi agen sang wonderkid, maka Regillio patut untuk disalahkan.
Simons harus diberi ruang yang lapang untuk mengembangkan bakatnya. Keberadaan agen seperti Raiola yang acapkali menggunakan kliennya untuk meraup keuntungan, adalah hal terakhir yang dibutuhkan Simons. Tentu Tribes masih ingat dengan kasus Gianluigi Donnarumma yang sempat menggemparkan AC Milan, bukan?
Kala itu, kiper muda berbakat Italia tersebut meminta Milan untuk menjualnya, namun ternyata itu hanyalah akal-akalan agennya agar gajinya dinaikkan dan sang agen kecipratan uang dari kesepakatan gaji tersebut. Siapa lagi agen Donnarumma kalau bukan Mino Raiola.
Ada baiknya, Simons diberi ruang untuk fokus ke karier sepak bolanya. Dengan menjadikan Raiola sebagai agennya, bukan tidak mungkin Simons akan menjadi alat bagi sang agen untuk menjadi sapi perahnya yang lain.
Kabarnya, Chelsea sempat tertarik untuk memboyong Simons. Situasi ini menjadi oase di tengah gurun bagi agen seperti Raiola, yang bisa saja memanfaatkan ketertarikan Chelsea untuk mendapatkan uang lebih. Hal-hal seperti ini harus dihindari, dan apabila Regillio benar-benar peduli pada karier anaknya, tak seharusnya ia membiarkan pria dengan nama Mino Raiola dekat-dekat dengan anaknya.
Xavi Simons tentu menjadi penyejuk di tengah keruhnya situasi di Barcelona akhir-akhir ini. Ada baiknya Barcelona menjaga baik-baik talenta mudanya tersebut. Tak banyak hal yang dibutuhkan Simons untuk menjadi yang terbaik. Ia hanya membutuhkan waktu dan ruang.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket