Eropa Inggris

Waktu yang Memburu Frank de Boer

Setelah menjalani jeda sekurangnya satu pekan akibat laga-laga internasional, genderang perang di sejumlah kompetisi liga pun akhirnya bergulir kembali di akhir pekan nanti. Ini artinya, kontestan di masing-masing liga akan menginjak gas lagi untuk melaju sekencang-kencangnya demi bersaing dengan para rival.

Mereka yang sudah menemukan form apik sejak awal tentu ingin melanjutkan hal tersebut. Sementara mereka yang masih terseok-seok, pasti ingin memperbaiki penampilan sesegera mungkin..

Untuk hal yang disebut belakangan, ada satu klub dari Liga Primer Inggris yang saat ini sedang berusaha mati-matian buat melakukannya. Mereka adalah tim asal kota London, Crystal Palace, yang kini diasuh oleh manajer asal Belanda, Frank de Boer.

Di tiga pertandingan awal musim kompetisi 2017/2018, klub yang bermarkas di Stadion Selhurst Park ini memang selalu menorehkan hasil buruk. Berturut-turut, Crystal Palace keok dari tangan tim promosi Huddersfield Town (12/8), Liverpool (19/2) dan Swansea City (26/8). Lebih tragisnya lagi, dua dari tiga kekalahan itu didapat Christian Benteke dan kolega di kandang sendiri. Berkat penampilan jeblok tersebut, klub dengan julukan The Eagles ini pun mesti puas nangkring di peringkat ke-19 klasemen sementara.

Dengan performa jeblok yang diperlihatkan tim kesayangannya, menjadi wajar jikalau suporter The Eagles murka. Tanpa ragu, jari telunjuk mereka pun mengarah kepada Frank de Boer. Mantan pelatih Ajax Amsterdam dan Internazionale Milano itu dianggap lamban dalam beradaptasi dengan kultur sepak bola Inggris, khususnya di Crystal Palace.

Padahal de Boer sudah diangkat sebagai pelatih The Eagles sejak 26 Juni kemarin. Ini artinya, saudara kembar dari Ronald de Boer tersebut punya cukup waktu untuk lebih mengenal karakter tim barunya sekaligus mengevaluasi segenap potensi yang dipunyai Crystal Palace dan menyesuaikannya dengan ide-ide yang meletup di kepalanya.

Walau terbilang minim pergerakan di bursa transfer kemarin, setidaknya manajemen Crystal Palace juga sudah memenuhi permintaan de Boer untuk memperkokoh skuat. Antara lain dengan membeli sepasang bek dalam diri Jairo Riedewald dan Mamadou Sakho, serta meminjam dua penggawa belia berbakat, Timothy Fosu-Mensah dan Ruben Loftus-Cheek.

Di atas kertas, kehadiran mereka untuk dikombinasikan dengan nama-nama lawas seperti Benteke, Yohan Cabaye, Scott Dann, Jason Puncheon, Joel Ward, dan Wilfried Zaha jelas menjanjikan, bukan? Asa jika The Eagles bisa berbicara lebih banyak di musim kompetisi kali ini, bahkan menembus sepuluh besar, pun sempat mengemuka.

Baca juga: Reinkarnasi Wonderland dari Selatan London

Lewat kolomnya di The Guardian, Paul Wilson menyebut jika de Boer adalah satu dari beberapa orang pelatih di Liga Primer Inggris yang sama sekali tak menikmati momen break kemarin. Pasalnya, ada segudang pekerjaan rumah yang mesti dibereskan de Boer bila tak ingin kehilangan kursi kepelatihan yang tengah didudukinya saat ini.

Dalam beberapa wawancaranya, lelaki berusia 47 tahun ini juga kerap melontarkan pernyataan retoris jika hasil-hasil buruk yang dituai Crystal Palace merupakan salah satu konsekuensi logis dari pertandingan sepak bola. Lelaki setinggi 180 sentimeter itu juga sering menyebut bahwa penampilan Crystal Palace akan meningkat seiring waktu.

Sebagai pelatih, wajar apabila de Boer meminta waktu agar ide-ide yang dibawanya bisa diimplementasikan secara sempurna. Namun sial, kubu manajemen dan suporter tentu takkan bisa bersabar terus menerus. Mereka akan selalu menuntut agar performa klub membaik secepat mungkin.

Legenda Belanda ini juga sepatutnya ingat dengan apa yang menimpanya semusim yang lalu. Diangkat sebagai allenatore baru Inter jelang dimulainya Serie A 2016/2017, lambannya proses adaptasi de Boer membuat Mauro Icardi dan kolega tampil angin-anginan serta membuat karier kepelatihannya di Italia berlangsung singkat. Tercatat, hanya sebelas pekan atau 85 hari saja de Boer menyandang jabatan sebagai pelatih Il Biscione.

Jika kisah pahit di Negeri Pizza itu tak ingin dirasakan kembali oleh de Boer di tanah Britania, maka hanya ada satu opsi yang tersedia yakni memenangi laga melawan Burnley (10/9). Karena cuma angka penuh dari laga itulah yang dapat mengamankan jabatan de Boer, setidaknya untuk sementara.

Baca juga: Apakah Semua Salah Frank De Boer?

Terlebih, media-media Inggris sudah mulai mengapungkan beberapa nama yang dirasa pas menggantikan de Boer semisal Sean Dyche, Dougie Freedman, dan Roy Hodgson. Sanggupkah de Boer berpacu dengan waktu guna mengatasi masalah ini?

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional