Program lanjutan Hitzfeld
Fondasi apik yang sudah disusun oleh Kuhn ini lantas dilanjutkan serta disempurnakan oleh eks pembesut Bayern München yang ditunjuk sebagai pelatih anyar, Ottmar Hitzfeld. Sadar bahwa generasi emas yang dibawa Kuhn dahulu semakin menua, Hitzfeld pun memberi kesempatan seluas-luasnya bagi banyak pemain muda agar bisa menjadi tumpuan Swiss di masa yang akan datang.
Di tangannya, nama-nama seperti Eren Derdiyok, Blerim Dzemaili, Admir Mehmedi, Ricardo Rodriguez, Xherdan Shaqiri, dan Yann Sommer semakin mencuat jadi pilar utama. Tak sampai di situ, Hitzfeld pula yang berperan besar meroketkan sejumlah penggawa belia lain seperti Roman Bürki, Josip Drmic, Fabian Schär, Haris Seferovic, dan Granit Xhaka.
Tren positif yang berhasil dibuat Kuhn juga sukses diteruskan Hitzfeld. Meski tak berhasil lolos ke Piala Eropa 2012 di Polandia-Ukraina, Swiss asuhan pelatih yang memenangi gelar Liga Champions bersama dua klub berbeda itu sukses melaju ke Piala Dunia 2010 dan Piala Dunia 2014. Penampilan yang mereka tunjukkan di dua perhelatan akbar itu pun cukup baik.
Kendati gagal melaju ke babak selanjutnya akibat rontok di babak penyisihan grup, mamun Swiss merupakan satu-satunya negara yang berhasil membungkam Spanyol, kampiun Piala Dunia 2010 di pagelaran tersebut via margin tipis 1-0. Peristiwa itu sendiri berlangsung di partai pembuka babak penyisihan Grup H.
Empat tahun berselang atau di Piala Dunia 2014, dengan skuat muda yang semakin matang, Swiss mampu tampil lebih baik. La Nati finis sebagai runner-up Grup E di bawah Prancis dan berhak melaju ke fase selanjutnya. Sialnya, Shaqiri dan kawan-kawan harus mengakui kedigdayaan Argentina di babak perdelapan-final usai tumbang dengan skor 1-0. Tapi wajib diingat, kemenangan La Albiceleste di pertandingan itu didapat via perpanjangan waktu.
Kegagalan itu sendiri membuat Hitzfeld mundur dari jabatannya sebagai pelatih Swiss sekaligus mengumumkan kepada publik jika dirinya pensiun dari dunia kepelatihan. Layaknya Kuhn dahulu, publik Swiss pun tetap menyanjung Hitzfeld sebagai pribadi yang memiliki jasa krusial dalam membangun sekaligus mengembangkan sepak bola mereka.
Vladimir Petković, lelaki asal Serbia yang didapuk menggantikan Hitzfeld pada Juli 2014 silam, bahkan mengakui jika perkembangan Swiss hari ini banyak dipengaruhi oleh kinerja Kuhn dan Hitzfeld. Mantan bos Lazio itu juga mengemukakan bahwa dirinya beruntung karena mewarisi skuat yang kualitasnya sangat baik dan kompetitif seperti sekarang.
Pada pagelaran Piala Eropa 2016 kemarin di Prancis, Swiss asuhan Petković yang masih dihuni generasi penuh talenta bentukan Hitzfeld beraksi cukup apik walau akhirnya gugur di perdelapan-final akibat kalah adu penalti dari Polandia.
Lalu kini, mereka tinggal selangkah lagi untuk bisa lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia. Untuk sementara, Shaqiri dan kawan-kawan duduk sebagai pemuncak klasemen Grup B di babak kualifikasi zona Eropa di atas Portugal dengan koleksi 24 poin. Lebih heroiknya lagi, poin-poin itu dikumpulkan dengan cara brilian, memenangi semua laga yang mereka lakoni sejauh ini.
Situasi tersebut harus diperhatikan secara cermat oleh banyak negara lain karena La Nati mulai menunjukkan peningkatan kualitas yang berarti. Swiss, saat ini telah menjelma jadi salah satu kekuatan baru di Benua Biru serta berpotensi menggulingkan dominasi negara-negara tradisional dalam beberapa tahun ke depan.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional