“Serupa, tapi tak sama,” begitu ujar salah satu penonton pendukung timnas Indonesia di Stadion Shah Alam ketika saya tanya tanggapannya tentang laga Indonesia melawan Thailand. Anggapan yang bisa dibantah, namun tentu tak sulit untuk menganggukkan kepala tanda setuju dengan pernyataan ini. Sore kemarin, dari segala sudut pandang, Thailand dan Indonesia bak teman sepermainan yang kembali bertemu di taman bermain mereka dengan kekuatan yang berimbang. Pemandangan yang surealis, mengingat Thailand sering sekali melesat lebih jauh dari kita.
Sudah saya tuliskan sebelum laga bahwa baik Thailand U-22 dan Indonesia U-22 akan saling beradu tanding di pos sayap. Selain karena keduanya kerap memainkan sepak bola dengan gaya bermain yang tak berbeda jauh, materi pemain yang mereka bawa ke SEA Games 2017 kali ini pun menunjang pendekatan taktikal dengan memanfaatkan sisi sayap masing-masing.
Bila di Indonesia ada nama Febri Haryadi, Saddil Ramdani, Osvaldo Haay hingga Yabes Roni dan Septian David Maulana yang mampu bermain melebar, di Thailand pun, kondisinya sama. Tiga pemain bintang Negeri Gajah Putih, dua di antaranya adalah gelandang sayap, yakni Chaiyawat Buran dan Sasalak Haiprakhon. Selain beradu gelandang sayap, baik Indonesia dan Thailand pun menghiasi skuat mereka dengan bek sayap mumpuni.
Bila Garuda Muda mengusung nama Rezaldi ‘Bule’ Hehanussa dan Gavin Kwan Adsit di posisi bek sayap, Thailand tak mau ketinggalan dengan membawa nama Kevin Deeromram, penerus terbaik bagi kehebatan seorang Teerathon Bunmathan. Dan dengan komposisi inilah yang kemudian membuat laga sore hari kemarin (15/8) berjalan layaknya adu tangguh sisi sayap kedua tim.
Dari Kevin Deeromram ke Rezaldi Hehanussa
Babak pertama adalah mutlak milik Kevin Deeromram. Bek kiri Thailand bernomor punggung 11 ini tak hanya aktif menyerang dan rajin bertahan, namun juga piawai mengambil eksekusi bola mati. Kemampuan khusus yang membuatnya semakin mirip dengan seniornya, Teerathon. Cara menggiring bolanya begitu khas dengan kaki kiri yang menarik ditonton. Dalam satu momen di tepi lapangan di pertengahan babak pertama, ia mengejar bola liar dengan santai, menahannya sebentar dengan kaki kiri, memutar badan menghadap gawang, lalu melakukan nutmeg manis kepada Gavin Kwan yang berlari menyongsongnya
Cantik sekali. Elegan dan berkelas.
Ia juga yang bersama dengan Chaiyawat, meneror berkali-kali lini pertahanan sebelah kanan timnas. Tak hanya karena kedua penghuni sisi kiri Thailand begitu tangguh dan kuat, namun juga karena keduanya adalah tumpuan utama serangan timnas Thailand. Di sesi latihan terakhir sebelum laga perdana, pelatih Worrawoot Srimaka beberapa kali menerapkan game yang menitikberatkan serangan di sisi kiri. Maka ketika Chaiyawat memanfaatkan kesalahan Kurniawan Kartika Aji dan berujung gol, itu bukan hal yang mengagetkan.
Babak pertama, sayap kiri Thailand unggul satu gol atas Indonesia.
Tapi, itu hanya 45 menit pertama. Tiga menit usai sepak mula babak kedua, sisi kiri Indonesia tampil menggebrak. Bila di babak pertama anak asuh Luis Milla fokus di sisi kanan dengan bertumpu pada Gavin yang ofensif dan Febri yang tricky, di babak kedua, jatah ofensif dan fokus serangan beralih ke sisi kiri yang dihuni Osvaldo dan Rezaldi.
Untuk hal ini, Bule, sapaan akrab Rezaldi, langsung tancap gas. Menit ke-48, usai melakukan kombinasi umpan dengan Osvaldo di sisi kanan pertahanan Thailand, Bule menekuk bola ke kaki terlemahnya di kaki kanan, menengok sekejap ke tiang jauh di kotak penalti Thailand, lalu mengirim umpan tarik yang jatuh tepat di arah lari Febri. Sialnya, sontekan kaki kanan Febri melenceng tipis di sisi kiri gawang Nont Muangnam.
Tapi, di menit itu kemudian sisi sayap kiri Garuda Muda menebar peringatan awal yang berdentum keras bagi timnas Thailand.
Menit ke-61, Bule, yang sukses melakukan intersep di bagian permainan Thailand dan bergerak melakukan gerak lari ke tengah, segera menyodorkan umpan kepada Osvaldo, gelandang muda Persipura yang berada dua meter di depannya. Melewati satu pemain, Osvaldo tepat berhadapan dengan Worawut Namvech, bek tengah tangguh milik Thailand yang sepanjang laga mengawasi Marinus Manewar.
Dengan satu gerakan sederhana, Osvaldo menjauhkan bola tepat ketika Worawut sudah memasang kaki untuk mengambil bola. Keputusan cerdas karena tepat di momen itu, kaki panjang bek Thailand bernomor punggung 4 tersebut menghentikan lari gemulai pemuda Papua ini. Kombinasi Bule dan Osvaldo yang boleh dibilang menjadi asis bagi gol penalti Septian David. Kerja kombinasi menarik yang sialnya, baru dilakukan dan efektif di babak kedua.
Babak kedua menit ke-62, sayap kiri Indonesia berbagi skor sama dengan Thailand, 1-1. Dan skor ini yang kemudian bertahan sampai akhir laga.