Suara Pembaca

Nurhidayat: “Sekolah Saya Hancur Demi Sepak Bola, Jadi Saya Akan Terus Bermain Sepak Bola”

H.Abdul Haris dan Hj. Musdalifah tidak punya firasat apa-apa saat putra pertamanya, Nurhidayat, memaksa untuk pulang kembali ke kampung halaman di Makassar yang saat itu sedang merintis usaha perikanan di wilayah Toli-Toli (Provinsi Sulawesi Tengah).

Sama seperti anak-anak kecil pada umumnya saat punya keinginan memiliki sesuatu, harus diwujudkan saat itu juga. Sejak kecil keinginan Nurhidayat sangat besar untuk menjadi pemain sepak bola. Gelaran PON di Jawa Barat tahun 2016 lalu membawa Nurhidayat menembus final cabang olahraga sepak bola dan meraih medali perak.

Cuplikan aksi terbaiknya saat PON bisa kita lihat melalui akun Instagramnya. Prestasi yang membawa Nurhidayat bisa menembus tim senior PSM Makassar dan Timnas U-19.

https://www.instagram.com/p/BSqQ45DlHo7/?r=wa1

Orang tua kemudian memenuhi keinginan Nurhidayat untuk bersekolah di Makassar, tinggal bersama kakek, dan bermain sepak bola secara serius sejak menginjak kelas lima di bangku sekolah dasar.

Dan saat ini Nurhidayat telah menembus skuat senior di PSM Makassar kemudian menjadi salah satu pemain pilihan Indra Sjafri di lini belakang saat turnamen Toulon di Prancis kemarin dan AFF Cup U-19 yang akan dilangsungkan di Myanmar bulan September nanti.

Publik Sulawesi Selatan patut berbangga karena dari 8.342.047 jiwa (Data BPS Sulawesi Selatan per tahun 2013) penduduknya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki perwakilan di Tim Nasional U-19 untuk memberikan prestasi olahraga sepak bola bangsa ini.

Nurhidayat dan Asnawi Mangkualam Bahar menjadi representasi masyarakat Sulawesi Selatan dan kota Makassar. Bahkan, Asnawi tidak hanya bermain di U-19, putera legenda PSM, Bahar Muharram ini, juga bermain untuk Timnas U-22 yang dibawa untuk SEA Games 2017 di Malaysia.

Kedua pemain ini juga memberi gambaran bagaimana kualitas pembinaan yang dilakukan oleh SSB Hasanuddin sebagai salah satu sekolah sepak bola di kota Makassar. Selain Dayat dan Asnawi, saat ini di skuat PSM Makassar juga diisi oleh alumni SSB Hasanuddin yang lain seperti Syafii, Arfan dan Hilmansyah.

Jelang keberangkatan menuju AFF Cup di Myanmar awal September nanti, Timnas U-19 saat ini sedang melakukan pemusatan latihan di Yogyakarta, tepatnya di Stadion UNY.

Setelah sebelumnya berkirim pesan melalui fasilitas pesan di Instagram, penulis mencoba membuat janji dengan Nurhidayat untuk melakukan wawancara di Hotel UNY, yang juga menjadi tempat tinggal rombongan Timnas U-19 selama di Yogyakarta.

Berikut petikan wawancara saya dengan palang pintu Timnas U-19:

Tanya: Halo, Dayat, apa kabar, tadi pagi latihannya seperti apa?

Jawab Alhamdulillah baik, tadi pagi hanya latihan skipping di  depan kamar masing-masing, sore nanti latihan di lapangan.

Berapa lama pemusatan latihan ini di Yogyakarta?

Sekitar tiga minggu sebelum berangkat ke Myanmar untuk AFF Cup U-19 awal September nanti.

Apakah saat-saat seperti ini merasa berat karena tidak bisa membela PSM yang sedang berjuang penuh merebut kembali puncak klasemen?

Agak berat sih, tapi ini panggilan negara jadi saya harus memprioritaskan timnas. Orang tua juga menyarankan untuk tetap di timnas dan harus fokus .Sebelum berangkat ke Jogja, seluruh skuat PSM, terutama para pemain senior, mendukung full dan memberi semangat kepada saya .Jadi saya juga semakin bersemangat untuk memberi yang terbaik untuk timnas.

Kesan yang didapat saat mengikuti turnamen Toulon di Prancis dan meladeni klub La Liga, Espanyol, seperti apa?

Keduanya kurang lebih sama aja sih, secara pribadi saya mendapat pengalaman yang sangat berharga, kami berhadapan dengan negara yang punya pembinaan sepak bola yang profesional, secara postur juga mereka lebih besar dari kami. Tapi itu semua tidak membuat kami gentar sedikit pun. Sebelum berangkat ke stadion, coach Indra terus memberi kami semangat, membuang jauh-jauh rasa takut kami.

Sepulang dari turnamen di Toulon, Prancis, bulan Mei kemarin, Nurhidayat langsung kembali ke skuat PSM untuk Go-Jek Traveloka Liga 1. Menghadapi Borneo FC dan langsung masuk starting XI, menjadikan pertandingan ini sebagai debut profesional Nurhidayat di tim PSM senior.

Debut yang bisa dibilang manis sebab Nurhidayat berhasil memberi kemenangan untuk Juku Eja. Nurhidayat juga terpilih sebagai pemain terbaik versi PSM Stats. Fakta yang juga sangat menarik karena Nurhidayat menjalani debut dengan tidak menempati posisi alaminya yaitu sebagai stopper. Coach Rene Alberts menempatkan Dayat sebagai gelandang bersama Arfan, Marc Klok dan Wiljan Pluim. Sehabis pertandingan, di kamar ganti, Wiljan Pluim mengatakan permainan Dayat malam itu bagus padahal baru dua hari bergabung bersama tim.

Berikut pengakuan dari Nurhidayat tentang debut manisnya ini:

Coach Rene Alberts memasang Anda sebagai gelandang bersama Arfan saat debut melawan Borneo FC, apakah kaget dengan instruksi pelatih saat itu?

Masuk menjadi pemain inti saat itu saja saya tidak terbayang karena harus bersaing dengan bek-bek senior yang bermain sejak awal musim. Sebelum berangkat ke stadion, pelatih mengumumkan bahwa saya masuk sebagai pemain inti dan berposisi sebagai gelandang. Saya langsung berkonsultasi dengan Arfan mengenai posisi saya yang baru. Sepanjang perjalanan di bus saya terus memikirkan bagaimana saya bermain sebagai gelandang. Saat di kamar ganti, saya menyendiri dan memfokuskan rasa percaya diri saya. Bang Ferdinand Sinaga kemudian memanggil saya dan memberi tahu untuk tidak gentar dan bermain sebaik mungkin.        

Saat di tunnel sebelum memasuki lapangan giliran bang Zulkifli Syukur yang membisiki saya agar jangan takut dengan Ponaryo Astaman. Mendekati kick-of, sang kapten, Hamka Hamzah, juga berbisik yang sama kepada saya. Usai memenangkan pertandingan saya sangat berbahagia sekali karena kerja keras sepanjang pertandingan didukung penuh oleh para senior dan seluruh skuat PSM saat itu.

Setelah berhasil menjalankan tugas yang berbeda saat berposisi di timnas, apakah Anda mencoba untuk bisa bermain di banyak posisi? Bagaimana jika pelatih menaruh Anda di pos bek kiri secara bergantian bersama Reva Adi Utama?

Saya siap bermain di posisi apa saja, sesuai yang diinstruksikan oleh pelatih, mengingat juga masa bermain saya juga masih sangat panjang, jadi saya harus menimba pengalaman sebanyak-banyaknya. Tapi kalau untuk posisi bek kiri mungkin saya tidak bisa, atau mungkin karena belum mencoba saja. Hehehe

Oh, iya, ini pertanyaan iseng. Terserah dijawab apa. Seberapa sering membuka Instagram dalam satu hari?

Biasanya kalau lagi free saya membuka Instagram, tapi tetap dibatasi. Jadi sebenarnya para pelatih mengumpulkan handphone kami setiap jam sembilan malam, dan diberikan kembali sehabis sarapan pagi. Tidak ada satu pun pemain yang berani melanggar aturan ini, karena sanksinya berat, langsung dikeluarkan dari timnas. Jadi paling lambat jam setengah sepuluh malam para pemain sudah istirahat di kamar masing-masing.

Kondisi sepak bola nasional kita, terutama kompetisinya, saat ini masih serba tidak pasti, kabar terakhir bahkan sistem degradasi di liga satu rencana dihapuskan. Apakah orang tua dan keluarga yang awalnya sangat mendukung karier yang mulai dibangun saat ini sudah punya opsi lain yang lebih realistis untuk masa depan Dayat?

Alhamdulillah saat ini orang tua masih mendukung terus. Kedua orang tua sebenarnya menyarankan untuk menjadi anggota Polri, bahkan sewaktu bermain di U-21 Bhayangkara FC, saya juga mendapatkan tawaran itu. Tapi saya belum memikirkan pilihan itu saat ini. Saya masih optimis dan terus berjuang untuk karier sepak bola saya. Bayangkan saj,  saya berkali-kali pindah sekolah sewaktu SMA dan akhirnya bisa lulus melalui program Paket C. Sebenarnya saya juga saat itu mendapat tawaran beasiswa dari Pertamina. Sekolah saya hancur demi pilihan saya untuk menjadi pemain sepak bola. Dan saya akan terus bermain sepak bola.

Bisa diceritakan pengalaman yang tak terlupakan di partai final cabang olahraga sepak bola saat PON di Jawa Barat?

Waktu itu sebelum kami berangkat ke Bandung, dari pihak KONI Sul-Sel sudah tidak percaya kalau tim kami akan berprestasi. Coach Syamsuddin Umar bahkan bilang ke kami kalau banyak kalangan di Makassar memprediksikan tim kami akan gugur di babak penyisihan dan pulang sebelum upacara pembukaan. Alhamdulillah itu semua tidak terbukti, kenyataannya kami sampai final, meskipun dikalahkan oleh tuan rumah dan hanya berhasil meraih medali perak saat itu. Sangat bangga karena bisa memberi yang terbaik untuk tanah kelahiran. Sehabis PON, para pemain diperebutkan oleh banyak tim dan agen pemain. Saat ini, pemain-pemain jebolan PON bermain di tim-tim yang berlaga di Liga 1 dan Liga 2.

Sebagai salah satu pemain yang paling berbakat dan paling menjanjikan yang saat ini dimiliki PSM apa rencana karier-karier Anda selanjutnya? Misalnya kalau ada tawaran bermain di kompetisi di luar Indonesia apakah Anda bersedia?

Saat ini saya masih terikat kontrak dengan manajemen PSM, kalaupun ada tawaran, jika ada kesepakatan, ya, saya jalani. Sehabis turnamen Toulon, ada beberapa agen pemain dari berbagai negara yang melihat permainan kami. Mereka ada yang berasal dari Italia, Belanda, Inggris, dan negara-negara lain. Para agen pemain waktu itu kaget melihat skor akhir saat kami kalah 1-0 melawan Brasil, skor yang diluar prediksi mereka. Katanya ada sekitar 5-6 pemain dari kami yang dipantau oleh mereka, termasuk saya. Kita lihat saja ke depannya.

Setiap hari latihan dan belajar taktik, banyak terinspirasi dari permainan siapa saat ini?

Kalau di nasional saya banyak belajar dari cara bermain bang Hamka Hamzah, kalau di level internasional, permainan Sergio Ramos sangat menarik buat saya pelajari.

Jadi asupan nutrisi terkontrol dong saat di PSM atau timnas? Sudah coba Gudeg Jogja?Atau rindu dengan masakan Makassar?

Untuk makanan yang kami konsumsi, aturannya sangat ketat dan dipantau oleh para pelatih dan ofisial tim. Makan jajanan-jajanan (seperti siomay atau mi ayam) atau makan di luar hotel sangat dilarang, kalau ada yang melanggar langsung dikeluarkan dari timnas. Kalau lagi libur latihan sebenarnya kita dibebaskan, tapi itu kembali ke diri masing-masing .Belum pernah coba gudeg. Kalau coto Makassar nanti pulang ke Makassar sesekali.

Mengakhiri wawancara ada beberapa pertanyaan penutup, terserah jawabannya apa.

  1. Bambang Pamungkas atau Kurniawan Dwi Yulianto? Jawab: Kurniawan dong
  2. Noah atau Coldplay? Jawab: Coldplay
  3. Hamka Hamzah atau Sergio Ramos? Jawab: Sergio Ramos
  4. Pallubasa atau Sop Saudara? Jawab: Sop Saudara
  5. Hargianto atau Asnawi Mangkualam? Jawab: Hargianto
  6. Persebaya atau Arema? Jawab: Persebaya
  7. Boca Juniors atau River Plate? Jawab: Boca Juniors. Tapi tetap Real Madrid dong!

Menutup tulisan dan hasil wawancara ini Nurhidayat juga menyampaikan agar PSM Makassar bisa berhasil juara musim ini. Semoga banyak kemenangan hingga akhir musim. Juga ucapan terima kasih atas dukungan dari para pemain dan pelatih di PSM. Sesaat sebelum keberangkatan kemarin semua pemain mengirimkan pesan ke handphone Nurhidayat untuk memberi semangat. Titus Bonai dan Rizky Pellu hampir setiap hari mengirimkan pesan, memberikan semangat untuk Dayat.

Semoga bendera merah putih berkibar paling tinggi di Myanmar, timnas U-19 menjadi juara di AFF Cup bulan depan!

Author: Ade Saktiawan (@adesaktiawan)