Antonio Conte, dalam wawancaranya terakhir yang dilansir dari ESPN, mengatakan bahwa ia merasa sangat gusar dan menyesali kepindahan gelandang bertahan asal Serbia, Nemanja Matic, ke Manchester United. Pelatih asal Italia itu menyatakan bahwa Matic adalah kepingan penting dari timnya, dan kehilangan Matic adalah pukulan besar bagi upaya Chelsea untuk mempertahankan gelar Liga Inggris.
Bagi Conte, alasan satu-satunya dalam melego Matic adalah karena “kegilaan” bursa transfer. Beberapa orang mungkin bertanya-tanya, mengapa Conte sebegitu kesal dan menyesal karena manajemen Chelsea melepas Matic. Toh, Matic sudah berusia 29 tahun, dan hanya menyisakan dua tahun dalam kontraknya bersama Chelsea. Lagipula, Chelsea juga sudah mendapatkan Tiemoue Bakayoko, gelandang bertahan muda yang tentu butuh menit bermain.
Bagi sebagian orang, keputusan Chelsea melepas Matic adalah keputusan yang tepat, namun ada beberapa alasan mengapa Conte, yang tentunya paling mengerti kondisi Chelsea, merasa amat gusar atas kepindahan Matic.
Ada alasan mengapa Conte menyebut Matic kepingan penting dari timnya. Dalam skema 3-4-3 yang Conte terapkan di Chelsea, keberadaan Matic (dan N’Golo Kante) adalah sesuatu yang esensial. Jika Kante berperan sebagai pengejar bola yang agresif, maka Matic adalah pemain yang jauh lebih kalem, walau pada dasarnya, tugas Kante dan Matic tak begitu beda jauh.
Permainan Matic yang sederhana dan cerdas, mampu memberikan ketenangan di lini tengah Chelsea, dan memberikan keseimbangan dalam taktik Chelsea yang ofensif. Matic juga memiliki keunggulan dalam segi fisik. Posturnya yang tinggi besar mampu berguna dalam duel-duel udara, serta tubuhnya cukup kokoh untuk menghalau lawan. Matic juga pengoper yang lebih lihai dari Kante, walaupun kebanyakan operan yang ia lakukan adalah operan-operan simple, namun ia juga mampu melepas umpan-umpan direct.
Bakayoko, pemain yang diplot untuk menggantikan Matic, memang memiliki karakteristik yang sama dengan Matic. Tinggi, kokoh, dan juga kidal. Namun tingkat intelegensi Bakayoko tentu masih kurang dari Matic, mengingat pengalamannya yang masih belum sebanyak Matic. Permainan Matic memang tidak semenonjol Kante sehingga kerap kali dipandang sebelah mata, namun karena kesederhanaannya itulah peran Matic menjadi penting.
Kala menjuarai liga musim lalu, Chelsea hanya berkompetisi di tingkat domestik. Musim depan, Chelsea harus membagi tenaga dan konsentrasi untuk Liga Champions. Kedalaman skuat menjadi hal yang integral bagi tim yang berkompetisi dalam tingkat nasional dan regional. Tanpa skuat yang dalam, dan dengan kekuatan cadangan yang timpang, tentu sebah tim akan mudah tersungkur karena pemain utamanya kelelahan, dan penggantinya tidak sepadan.
Kepergian Matic tentunya membuat skuat Chelsea kehilangan kedalamannya, terutama di posisi pemain tengah. Saat ini, selain Kante dan Bakayoko, hanya ada nama Cesc Fabregas yang berposisi natural sebagai gelandang. Tentu situasi ini tidak ideal bagi Chelsea dan Conte, yang jadwal bertandingnya tentu akan bertambah pesat karena bertanding di Liga Champions. Menyangkut hal ini, Conte mengatakan bahwa Chelsea butuh rekrutan baru setelah ditinggal oleh Matic. Namun, seandainya Chelsea tak melepas Matic, masalah kedalaman skuat tentu tidak akan semenonjol itu. Matic mampu memberikan opsi yang kualitasnya setara, bahkan lebih baik dari gelandang-gelandang Chelsea saat ini.
Apa yang Anda rasakan ketika pemain yang bermain di klub idola Anda pindah ke klub rival? Tentunya Anda akan merasa sangat kesal, karena secara langsung, klub Anda berkontribusi dalam memperkuat klub rival. Sekarang jika Anda yang memiliki kapasitas sebagai fans, apa yang pelatih klub idola Anda rasakan ketika salah satu pemain andalannya pindah ke klub saingan di liga yang sama?
Conte mungkin tak akan begitu gusar apabila Matic pindah ke klub di liga lain, namun Matic pindah ke seteru berat Chelsea, Manchester United. Pemain dengan kualitas seperti Matic tentu akan memperkuat MU, dan hal ini sudah pasti mengecilkan kesempatan Chelsea untuk kembali menjuarai Liga Inggris. Ditambah lagi, Matic kini bereuni dengan Jose Mourinho, pelatih yang memboyong kembali Matic ke Chelsea. Mourinho tentu paham dengan kemampuan Matic, dan mampu untuk mengoptimalkan kelebihan-kelebihan Matic. Melepas Matic, apalagi ke Manchester United, mungkin adalah hal terakhir yang paling diinginkan Conte, dan wajar saja apabila Conte begitu uring-uringan.
Transfer Matic ke Manchester United dapat dikatakan sebagai langkah buruk yang dilakukan manajemen Chelsea. Secara langsung memperkuat rival dan memperlemah diri sendiri jelang kompetisi yang lebih berat dibanding musim sebelumnya adalah langkah yang tidak bijak. Mudah memahami dan memaklumi kegusaran Conte, mengingat betapa meruginya Chelsea ditinggal oleh Matic. Pekerjaan Conte untuk mempertahankan gelar liga, serta menjadi penantang di Liga Champions pun akan semakin berat.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)