Sulit untuk diatur?
Beberapa minggu sebelum musim 2016/2017 berakhir, Alexis dipandang menunjukkan sikap yang kurang pantas. Ia dipandang seperti Robin van Persie, dengan gestur dan sering merajuk ketika dirinya tengah tak bermain bagus. Sikap seperti itu tak sehat karena seolah-olah Anda selalu dikecewakan oleh rekan satu tim.
Martin Keown sempat berkomentar, “Saya rasa ia sulit diatur. Arsenal harus memfasilitasi dan merancang sesi latihan tersendiri. Hal itu bisa berarti bagus, namun itu juga menunjukkan bahwa Alexis adalah pemain yang selalu menuntut.”
Hal itu memang terlihat ketika Arsene Wenger nampak terlalu takut untuk menarik keluar Alexis ketika ia tengah cedera di tengah laga atau tak bermain bagus. Memang, Alexis adalah pemain penting bagi Arsenal. Namun, tentu tak boleh terjadi, seorang pelatih yang enggan mengganti pemainnya karena takut kehilangan kepercayaan. Apalagi si pemain tengah bermain buruk.
Hal menarik terlontar dari bibir Jorge Aravena, mantan pelatih Alexis ketika masih berusia 15 tahun. “Ia punya ambisi besar untuk selalu berkembang, mencari pandangan baru, mencari tempat baru yang bisa membuat dirinya semakin hebat dan bisa memaksimalkan kemampuannya,” ungkap Aravena kepada Independent.
Alexis tak suka stagnasi. Ia selalu ingin berkembang, menjadi pemain dengan kaliber yang lebih besar. Bukan soal perkembangan tim, namun dirinya sendiri. Bahkan, ia rela mengakhiri “impiannya” ketika sudah berseragam Barcelona. Ia tegas ingin hengkang dan mencari induk baru sebagai tempat berkembang.
Dan sayangnya, stagnasi adalah kawan akrab Arsenal. Bahkan, musim lalu, terjadi kemunduran yang tak terbantahkan, meski setelah memenangi Piala FA sekalipun. Dahulu, Barcelona menyadari sisi unik ini, yang bercokol di kepala Alexis. Mereka dengan senang hati melepasnya demi mendapatkan dana segar.
Kepindahannya ke Arsenal pun menguntungkan semua pihak. Barcelona mendapatkan dana segar, Arsenal memiliki pemain yang bisa menjadi tumpuan, dan kini, Alexis menjelma menjadi salah satu pemain yang paling diinginkan di bursa transfer. Proses kepindahan dari Barcelona ke Arsenal hanya butuh waktu satu minggu.
Kini, Alexis menunjukkan gelagat yang sama. Ia tak ingin terjebak dalam stagnansi yang menjangkiti Arsenal. Memang, sampai saat ini, Wenger nampaknya masih bisa menahan Alexis. Tapi sampai kapan? Dan apakah Alexis mau menahan diri dan memperpanjang kontraknya?
Baca juga: Jika Alexis Sanchez Hengkang
Dan yang paling penting, apakah sikap Alexis di atas salah? Sebuah keunikan dari seorang manusia, yang sebetulnya sangat sulit kita hakimi. Hasrat, gairah, dan ambisi adalah ranah pribadi, dan kita akan sangat sulit untuk dengan mudah campur tangan ke proses alamiah tersebut.
Memetakan isi kepala Alexis adalah usaha sederhana untuk memahami proses purba hidup manusia: berkembang dan bertahan hidup. Salah dan benar, sulit untuk ditakar.
Disclaimer: Artikel ini disarikan dan ditulis ulang dari “What happened between Alexis Sanchez and Barcelona & the answer to his Arsenal future” karya Nia Griffits.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen