Bundesliga memang tidak menawarkan banyak uang dan gemerlap yang sama seperti di Liga Primer Inggris. Pun tak menawarkan cuaca hangat yang menyenangkan seperti di Liga Spanyol. Tetapi, 1.Bundesliga pun sebenarnya menawarkan banyak hal lain, terutama bagi para pesepak bola muda yang ingin mengembangkan bakat mereka.
Setelah transfer-transfer tidak biasa dalam beberapa tahun terakhir, di mana klub-klub asal Bundesliga mampu mendaratkan pemain yang sebenarnya sangat diincar oleh kesebelasan di kompetisi lain, jelang musim 2017/2018 ini, transfer di kompetisi sepak bola Jerman ini cenderung lesu. Dalam artian singkat, bahwa hanya sedikit saja perpindahan pemain dengan skala besar atau yang menarik perhatian.
Sebagai contoh, Bayern München. Mereka memang sudah cukup bagus menambal pensiunnya Xabi Alonso dengan mendaratkan beberapa gelandang baru, semisal Corentin Tolisso dan James Rodriguez. Tetapi sektor yang ditinggal Philip Lahm masih tanda tanya. Karena hanya menyisakan Rafinha saja yang berposisi asli sebagai bek kanan.
Sementara Bayer Leverkusen yang ditinggal tiga bintang mereka sekaligus, Javier “Chicharito” Hernandez, Omer Toprak dan Hakan Calhanoglu, cenderung bergerak pasif pada bursa transfer kali ini. Begitu pula dengan Schalke 04 yang ditinggal penyerang gaek andalan mereka, Klass-Jan Huntelaar, yang memilih pulang kampung ke Ajax Amsterdam.
Regenerasi dan kesempatan bermain bagi pemain muda
Boleh jadi alasan utama mengapa kedatangan pemain baru di Bundesliga cenderung lesu adalah soal regenerasi. Klub-klub Bundesliga akan mencoba memainkan para pemain muda di musim mendatang. Beberapa merupakan hasil promosi dari tim muda, sementara yang lain memang didatangkan untuk kemudian dimaksimalkan bakatnya.
Bayern tidak membeli bek kanan baru karena mereka sepertinya akan mencoba Joshua Kimmich di posisi tersebut. Pemain berusia 22 tahun ini tampil baik di posisi tersebut pada gelaran Piala Konfederasi lalu. Terlebih, Sebastian Rudy yang sejatinya adalah gelandang, bisa dimainkan di posisi bek kanan.
Mudiknya Huntelaar sendiri memungkinkan Schalke untuk memainkan Breel Embolo lebih sering lagi. Sementara untuk Leverkusen, kepergian bintang-bintang mereka membuka jalan bagi para pemain muda seperti Joel Abu Hanna, Kai Havertz, Leon Bailey hingga Joel Pohjanpalo untuk bisa tampil bersama tim utama kesebelasan berjuluk Die Bayer tersebut.
Anda tentu sudah sering mendengar bagaimana Jerman kemudian berhasil, bukan hanya memproduksi tetapi juga mengembangkan para pemain muda tersebut untuk menjadi bintang di kemudian hari. Apa yang terjadi di Bundesliga musim ini adalah salah satu contohnya. Kesebelasan-kesebelasan asal Bundesliga memilih menggunakan waktu saat ini untuk membuat para pemain muda mereka berada di level yang lebih baik, yaitu dengan diberikan banyak kesempatan bermain.
Maka jangan terheran apabila di masa mendatang, ketika misalnya Marcus Rashford dan Ainsley Maitland-Niles lebih disibukan oleh kritik atas penampilan mereka di timnas Inggris, sementara di Jerman, Kai Havertz, Fabian Benko dan Mahmoud Dahoud justru berhasil meraih prestasi bersama timnas Jerman.
Ingat, Jerman selalu selangkah lebih maju dari Inggris dan itu sudah terbukti sejauh ini.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia