Dunia Asia

Dongeng tentang Suree dan Surat Sukha

27 Juli 1982, di Sakhon Nakhon, sebuah kota besar di timur laut Thailand, lahirlah sepasang bayi kembar yang kemudian diberi nama Suree dan Surat Sukha. Di kota yang terkenal sebagai kota pertanian modern tersebut, kembar identik ini menghabiskan masa kecil dengan memainkan olahraga yang begitu mereka sukai, sepak bola.

Suree lebih terbuka dan periang ketimbang Surat yang cenderung pendiam. Meskipun demikian, baik Suree maupun Surat sama-sama andal bermain di sektor pertahanan. Suree berposisi asli sebagai bek kanan, akan tetapi sewaktu-waktu ia juga bisa dimainkan di posisi bek tengah. Sementara Surat lebih versatile ketimbang kembarannya. Ia bisa bermain di seluruh posisi pemain bertahan dan terkadang bisa dimainkan sebagai gelandang tengah.

Suree Sukha
Suree Sukha (Buriram United)

Bersama, terpisah dan kembali bersama lagi

Baik Suree maupun Surat sama-sama menempuh pendidikan di Assumptions College Sriracha. Sebuah sekolah asrama Katolik yang berada di kota Chonburi. Sekolah ini bukan hanya terkenal karena biayanya saja yang mahal, tetapi juga karena fasilitas kelas satu yang mereka miliki. Termasuk di antaranya adalah lintasan atletik dan lapangan sepak bola. Selama menempuh pendidikan di sana, Suree dan Surat tergabung dalam tim sepak bola sekolah tersebut tersebut.

Namun, nasib kemudian membawa keduanya ke jalan yang berbeda. Selepas lulus dari Sriracha, Suree mendapatkan tawaran bermain di Liga Singapura bersama Balestier Khalsa. Sementara Surat langsung bergabung dengan Chonburi FC. Meskipun demikian, mereka tidak terpisah lama. Suree hanya bertahan sebentar di Singapura dan kemudian bergabung bersama Surat di Chonburi.

Bisa jadi karena kepribadiannya yang lebih dominan, Suree lebih sering menarik perhatian ketimbang Surat. Karena itulah ketika Thaksin Shinawatra berkuasa di Manchester City, Suree mendapatkan kesempatan untuk trial bersama klub tersebut hingga akhirnya dikontrak. Sayang karena urusan izin kerja di Inggris, Suree bersama dua pemain asal Thailand lain, yaitu Teerasil Dangda dan Kiatprawut Saiweo, tidak bisa bermain untuk tim utama The Citizens. Suree dan Teerasil dipinjamkan ke Grasshooper di Liga Swiss, sementara Kiatprawut dipinjamkan ke Club Brugge.

Ketika Suree bertualang di Eropa, Surat masih bertahan di Thailand. Hingga kemudian datang kesempatan ketika klub Liga Australia, Melbourne Victory, mengontraknya. Di sana, Surat bermain selama tiga musim dan memberikan beberapa kenangan bagus.

Surat Sukha
Surat Sukha (Melbourne Victory)

Sejak tahun 2013, Suree dan Surat kembali tergabung dalam tim yang sama. Mereka bermain untuk Buriram United dan berhasil memberikan banyak gelar untuk kesebelasan tersebut. Bersama bintang Thailand yang lain, Suchao Nutnum, Suree dan Surat mendominasi Liga Thailand sampai akhirnya gelar kemudian jatuh ke tangan rival, Muangthong United.

Setelah banyak kenangan manis selama kurang lebih enam tahun, Suree dan Surat kemudian memutuskan untuk hengkang dari Buriram. Di Liga Thailand musim 2017 ini, Suree dan Surat kembali bermain di kesebelasan yang sama, Ubon UMT, yang ditangani mantan pelatih Mitra Kukar, Scott Cooper.

Pada tanggal 27 Juli setiap tahunnya, Sukha bersaudara merayakan ulang tahun mereka. Tahun 2017 ini adalah ulang tahun mereka yang ke-34. Dengan kata lain, tinggal sebentar lagi kita bisa menikmati aksi kembar paling hits di Asia Tenggara ini. Kepindahan mereka ke Ubon UMT, tim asal Ubon Ratchathani, kota yang tidak begitu jauh dari Sakhon Nakhon, pertanda bahwa Sukha bersaudara sudah ingin lebih banyak menghabiskan waktu mereka bersama keluarga.

Meskipun tidak pernah meraih gelar juara di level internasional bersama timnas Thailand, Suree dan Surat Sukha punya nama yang harum di kancah sepak bola Thailand dan bahkan hingga level Asia Tenggara. Tentu masih ingat bagaimana tujuh tahun lalu Suree mencetak gol ke gawang Indonesia pada pertandingan terakhir fase grup Piala AFF 2010, bukan

Sukshant wan keid, Suree dan Surat Sukha.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia