Nama Rasyid Bakri sudah menjadi ikon publik Makassar. Pria kelahiran 17 Januari 1991 ini sudah menjelma menjadi jendral lapangan tengah PSM Makassar sejak kemunculannya pertama kali pada tahun 2011 lalu. Sayang, sejauh ini ia belum mencicipi panggung Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 akibat cedera Aanterior Cruciate ligament (ACL) yang dideritanya sejak awal musim.
Penasaran dengan kegiatan sehari-hari Rasyid selama absen, Football Tribe Indonesia mengundangnya untuk wawancara via pesan WhatsApp. Pemilik nama lengkap Rasyid Assyahid Bakri ini menerima ajakan tersebut dengan ramah.
“Alhamdulillah kabar saya baik,” kata Rasyid membuka pembicaraan. “Kegiatan sehari-hari saya sejauh ini hanya berkumpul bersama keluarga di rumah.”
Ketika disinggung tentang perkembangan proses penyembuhan cederanya, Rasyid berkata proses tersebut berjalan positif. Untuk memulihkan kondisi, ia rutin menjalani terapi di klinik. Rasyid juga rutin berenang dan latihan di gym untuk menjaga kebugaran.
Kami lalu terlibat diskusi seru seputar lapangan hijau. Tak lupa, kami mengajukan pertanyaan sedikit berbau teknis tentang gaya bermain Rasyid di lini tengah. Ketika ditanya pemain nasional mana yang lebih dikaguminya, Syamsul Haeruddin atau Hariono, ia menjawab mantap.
“Tentu saja Bang Syamsul, sebagai sesama putra Sulawesi Selatan.”
Lebih lanjut, Rasyid menjelaskan bahwa ia mengagumi gaya bermain duet jendral lini tengah Barcelona, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Disebutnya dua pemain itu memiliki teknik dan visi bermain sangat tinggi. Kami lalu membandingkan keduanya dengan playmaker Eropa yang saat ini membela PSM, Wiljan Pluim.
Rasyid sendiri mengakui bahwa Pluim adalah pemain kelas Eropa yang memiliki teknik dan skill yang sangat tinggi. “Saya sangat senang bisa berkesempatan bermain dengannya,” tuturnya pendek.
Lini tengah PSM memang cukup mumpuni di Liga 1 tahun 2017 ini. Meski demikian, Juku Eja sepertinya kehilangan Rasyid yang kadang berfungsi sebagai pengatur serangan kedua jika lawan sukses mematikan pergerakan gelandang genius asal Belanda tersebut.
Menariknya, di kesempatan sebelumnya ketika kami mewawancarai langsung Pluim, pemain asing ini juga memuji Rasyid sebagai salah satu pemain lokal terbaik. Ini sudah terbukti dengan prestasi yang diraih jebolan timnas Indonesia U-23 tersebut pada Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu sebagai gelandang terbaik sekaligus menjadi bagian Tim Terbaik turnamen.
“Saya senang bisa tergabung di Tim Terbaik TSC 2016,” komentar Rasyid. “Itu menjadi motivasi bagi saya untuk berlatih lebih giat lagi.”
Sekarang, jam terbang Rasyid memang sudah termasuk tinggi. Ia sudah sering membela timnas Indonesia senior dan menjadi andalan PSM sejak debutnya melawan Persiba Bantul pada tahun 2011.
Ketika ditanya tentang kesan-kesannya menjalani debut profesionalnya di PSM, Rasyid berkata,“ Pada saat bermain pertama di Stadion Mattoanging, saya merasa sangat tegang. Ekspektasi suporter tentu saja sangat besar, dan saya tidak ingin mengecewakan mereka.”
Ekspektasi tersebut mungkin bisa lebih tersalurkan pada musim ini, ketika PSM ditangani pelatih genius asal Belanda, Robert Rene Alberts. Rasyid juga mengomentari Robert sebagai pelatih luar biasa yang selalu disiplin dan tegas. Ia juga mengagumi pendekatan sang pelatih kepada pemain-pemain muda.
Rasyid tak lupa mengapresiasi kemunculan pemain-pemain muda baru yang musim ini langsung menjadi andalam PSM, di antaranya Asnawi Mangkualam, Muhammad Arfan dan Nurhidayat. “Mereka bermain sangat baik, tapi saya yakin mereka bisa berkembang lebih jauh lagi.”
Sebelum mengakhiri obrolan singkat dengan alumni Danone Nations Cup 2005 ini, kami mengajukan pertanyaan ringan tentang apa hobi Rasyid untuk mengisi waktu luang. Lagi-lagi, jawabannya cukup bersahaja.
“Hobi saya adalah berkumpul dengan keluarga, karena menurut saya keluarga adalah hal yang paling utama setelah agama.” Rasyid lalu menutup pembicaraan dengan mengucapkan terima kasih dan berpesan, “Doakan saya semoga bisa segera pulih dan kembali bermain untuk PSM.”
Semoga cepat sembuh, Rasyid!
Baca juga: Rindu Setengah Mati kepada Rasyid Bakri
NB: Terima kasih banyak untuk Rasyid Bakri atas waktunya untuk diwawancarai
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.