Nasional Bola

Rindu Setengah Mati kepada Rasyid Bakri

PSM Makassar memang sukses memuncaki klasemen sementara hingga pekan ke-11. Juku Eja mencatatkan tujuh kemenangan dari sebelas pertandingan. Namun, para pendukung PSM merasa ada yang kurang dari keberhasilan sementara ini, yaitu absennya ‘pangeran’ mereka, Rasyid Asyyahid Bakri.

Rasyid Bakri menatap awal Go-Jek Traveloka Liga 1 dengan penuh optimisme. Ia sedang berada pada puncak karier di usia keemasannya yang memasuki 26 tahun. Pemain kelahiran Kabupaten Gowa, 17 Januari 1991 ini, menyandang status sebagai pemain tengah terbaik Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu. Bersama pemain asing yang juga sedang naik daun, Wiljan Pluim, Rasyid juga menjadi otak permainan PSM yang bangkit untuk bersaing di papan atas pada paruh kedua turnamen di musim 2016 tersebut.

Sayang, nasib berkata lain. Ketika menjalani pertandingan pra-musim menghadapi Celebest FC pada bulan April 2017, Rasyid harus ditandu keluar lapangan. Belakangan diketahui, sang idola publik Makassar ini menderita salah satu cedera yang paling ditakuti pemain sepak bola professional, yaitu Anterior Cruciate Ligament (ACL).

https://www.instagram.com/p/BT8zxI1FWLR/?taken-by=psm_makassar

Alhasil, sang pemakai nomor punggung 17 ini harus menepi dari lapangan hijau selama empat sampai enam bulan. Artinya, besar kemungkinan sampai musim berakhir, Rasyid masih akan harus menjalani pengobatan dan absen dari semua kegiatan latihan maupun pertandingan.

Fenomena baru Sulawesi Selatan

Sedikit yang menyadari bahwa kemunculan Rasyid Bakri sebagai talenta dari Sulawesi Selatan adalah awal dari suatu era yang sempat gelap. Sebelum pelatih keturunan Jerman-Kroasia, Petar Segrt, mengorbitkan Rasyid ke tim utama PSM pada tahun 2012, tanah Sulawesi sedang mengalami krisis talenta yang sanggup bersaing di tingkat nasional.

Sebelumnya, Sulawesi Selatan memiliki pemain-pemain kelahiran dekade 1980-an seperti Syamsul Chaeruddin, Zulkifli Syukur dan Hamka Hamzah yang masing-masing pernah sukses di tim nasional. Namun, seiring merosotnya prestasi PSM sebagai klub terbesar pulau tersebut pada akhir dekade 2000-an dan awal 2010-an, talenta-talenta lokal pun cukup banyak yang layu sebelum berkembang. Nama Diva Tarkas yang sempat digadang-gadang sebagai penerus Syamsul kini tak jelas bermain di mana.

Untungnya, PSM pernah memiliki Petar Segrt yang memiliki hasrat besar dalam mengembangkan pemain-pemain muda. Pelatih yang menangani PSM di Liga Primer Indonesia 2012 ini melahirkan nama Rasyid serta memoles penyerang PSM yang lebih dulu muncul, yaitu Muhammad Rahmat.

Bakat Rasyid sendiri sebenarnya sudah terlihat ketika mewakili Makassar Football School di turnamen internasional tingkat remaja, Danone Nations Cup 2005. Setelah bergabung dengan PSM senior, barulah dirinya mulai diberi peran sentral di PSM oleh Petar.

Rasyid juga dipercaya memperkuat tim nasional Indonesia di Piala AFF 2012. Sayang, setelah ajang tersebut, kemampuannya lebih banyak dilewatkan oleh pelatih-pelatih tim Merah Putih. Meski pernah tergabung di Timnas U-23 yang berlaga di Asian Games 2014, hanya lima kali ia tercatat memperkuat timnas senior di ajang internasional resmi.

Namun, ada salah satu kiprah berkesan Rasyid bersama timnas, yaitu ketika mencetak gol ke gawang AS Roma yang berlangsung di Italia pada bulan Juli 2014 lalu. Meski hanya berstatus laga uji coba, mencetak gol ke gawang Roma yang diperkuat Il Gladiatore, Francesco Totti, tentu menjadi kenangan berkesan bagi Rasyid sendiri.

Seiring berlalunya waktu, peran Rasyid semakin sentral di lini tengah PSM. Kembalinya pemain sarat pengalaman Ponaryo Astaman ke Makassar pada tahun 2014 pun tak sanggup menggeser posisi yang sudah kadung dikuasai Rasyid.

Selama dilatih arsitek berpengalaman Robert Rene Alberts, posisi Rasyid sebagai gelandang menyerang kerap dikombinasikan dengan kecerdikan pemain asal Belanda, Wiljan Pluim. Umpan-umpan penting dan tusukan-tusukan maut keduanya selalu ditunggu-tunggu para pendukung PSM. Dengan absennya Rasyid akibat cedera ACL pada putaran pertama Liga 1 2017 ini, kokohnya Juku Eja di puncak klasemen tetap terasa hambar.

Untuk melepas rindu kepada sang idola, rasanya rekaman-rekaman video di YouTube akan selalu menjadi pelampiasan. Rindu tak tertahankan ingin melihat lagi gol-gol spektakuler Rasyid seperti yang dilakukannya ke gawang Bali United dan PS TNI pada TSC 2016 lalu. Bahkan jika diingat-ingat, tujuh gol dan delapan asis yang dicetaknya selama pagelaran TSC 2016 semuanya berkualitas.

Semoga cepat sembuh, Pangeran!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.