Membicarakan sepak bola, tidak seru kalau tidak membahas suporter dan segala tingkah lakunya. Saya ingat almarhum ayah saya (yang lebih menggemari dan bermain olahraga golf tetapi juga mengagumi dedikasi dan kerja keras Sir Alex Ferguson saat melatih Manchester United) kala membandingkan suporter golf yang sopan dan kalem dengan suporter bola yang heboh. Bahkan ada yang membawa segala alat musik dan atribut klub membuat suasana stadion semakin meriah.
Apalagi jika tim nasional bertanding, suporter rela antri dari pagi hingga malam untuk mendapatkan tiket menonton tim kesayangan. Sepak bola benar-benar olahraga yang menyatukan semua elemen masyarakat. Siapapun dia, perbedaan agama, ras, pandangan politik, strata sosial, semua tidak berlaku saat sudah berada di stadion menyanyikan lagu dukungan untuk tim nasional atau klub pujaan.
Selama ini, kita selalu bicara sepak bola itu di Eropa atau Amerika Latin. Tetapi, sepak bola Asia beberapa tahun terakhir juga tengah menggeliat dan siap bangkit. Bagaimana, ya, fanatisme penonton di Asia?
Suporter Jepang bisa dikatakan salah satu suporter paling fanatik. Mereka rela keluar uang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mendukung tim Samurai. Dengan teriakan khasnya ”Nippon Nippon”, mereka menunjukkan rasa cinta suporter pada tim nasionalnya.
Kalau Indonesia? Meminjam istilah Betawi, suporter bola Indonesia memang ”kaga ada matinye”. Tentu semua tidak lupa kemeriahan para penonton saat memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk menyaksikan tim Garuda bertanding.
Setelah timnas Indonesia U-22 bermain imbang lawan Puerto Riko dalam uji coba Selasa (13/6), pelatih timnas Indonesia U-22 Luis Milla benar-benar merinding melihat fanatisme suporter Merah Putih di Sleman, Yogyakarta. Pelatih asal Spanyol ini sampai terharu dan tidak bisa berkata-kata melihat fanatisme suporter yang memadati Stadion Maguwoharjo. Bahkan, Milla tidak sabar melakoni laga-laga berikutnya di Sleman.
Namun, suporter Kamboja menjadi yang terbaik. Tidak peduli saat tim nasional mereka kalah, keesokan harinya jika Angkor Warriors tanding, para suporter tetap datang mendukung tim nasional mereka dengan kesabaran.
Peringkat FIFA mereka bisa jadi sangat rendah dibanding negara lain di ASEAN dan Kamboja belum menjadi kekuatan Asia Tenggara layaknya Thailand dan Malaysia. Tetapi, kesabaran dan loyalitas suporter mereka adalah yang terbaik. Semangat nasionalisme mereka tercermin dari betapa suporter tetap mendukung tim nasionalnya sekalipun harus kalah beruntun.
Suporter Indonesia inspirasi suporter Filipina: Clasico ISL dan BP
Sepak bola Filipina mulai dilirik saat negeri ini mencapai babak empat besar di Piala AFF 2014. Para suporter membentuk kelompok yang bernama Ultras Filipinas. Ada yang menarik dari kisah ini karena Ultras Filipinas dan suporter klub di Filipina ini justru terinspirasi dari cara suporter Indonesia memberi dukungan ke klub dan tim Garuda. Bahkan mereka beranggapan suporter tim nasional Indonesia adalah terfanatik di Asia Tenggara. Sebuah fakta yang memang tak perlu diperdebatkan,.
Salah satu suporter Filipina bahkan ada yang cukup familiar dengan sepak bola Indonesia. Ted de Ocampo, salah satu suporter Filipina, pernah bekerja di Indonesia selama empat tahun dan ada tiga hal yang dia kenal dari sepak bola Indonesia: Persib, Persija, dan Bambang Pamungkas.
Rivalitas panas Persib dengan Persija ternyata juga diikuti oleh suporter bola Filipina. Legenda Persija dan tim nasional Indonesia Bambang Pamungkas juga menjadi salah satu pemain yang dikagumi.
Semoga saja hal ini bisa memotivasi tim nasional Indonesia untuk terus meningkatkan prestasi dan para suporter Indonesia untuk berlaku tertib di dalam dan di luar stadion. Jika kita para suporter bisa menunjukkan dukungan secara santun dan bisa menjadi inspirasi negara lain, tentunya itu hal positif, bukan? Jadi, para suporter, jangan buat rusuh, ya!
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)