Kolom

Generasi Emas Colney (Bagian Kedua): Lini Tengah Padat Merayap

Memprediksi peluang gelandang muda dari akademi menembus tim utama Arsenal bisa menjadi pekerjaan yang pelik.

Fakta pertama yang membuatnya menjadi pelik adalah, lini tengah, selalu dipenuhi gelandang-gelandang kualitas elite. Pun, Arsene Wenger juga “dipaksa” membeli di jendela transfer musim panas tahun lalu. Artinya, peluang gelandang muda dari akademi bisa menembus tim utama sangat tipis. Namun, bukan berarti tidak bisa.

Musim lalu, ada satu nama yang sempat mencuri perhatian. Pemain ini asli dari Inggris, dan diturunkan ketika Arsenal tampil di ajang Piala FA di kandang Southampton. Posisi aslinya adalah gelandang sentral, tapi ia juga bisa dimainkan sebagai bek kanan. Kemampuannya ini bisa menjadi daya tawar kepada pelatih untuk membawanya ke tim utama.

Nah, ada satu lagi pemain, yang punya potensi terpendam. Ia, lebih sering dipinjamkan, demi mendapatkan menit bermain. Pemain asal Jerman ini disebut punya potensi menjadi playmaker jempolan di masa depan. Bahkan, Borussia Dortmund pernah melakukan pendekatan. Di usianya yang sekarang, pemain berwajah murung ini harusnya sudah bermain di level tertinggi.

Siapa kedua pemain yang dimaksud?

Ainsley Maitland-Niles

Ainsley Maitland-Niles

Ainsley baru berusia 19 tahun. Tetapi, ketika mendapatkan kesempatan bermain bersama tim utama, ia bisa menunjukkan kedewasaan. Ia tak memperumit keadaan dan bermain sesuai kemampuannya. Artinya, di tengah sorotan publik sebagai calon pemain Arsenal masa depan, Ainsley bisa tetap tenang dan tidak demam panggung.

Pemain kelahiran tahun 1997 ini bisa melakoni dua peran ketika bermain sebagai gelandang. Ainsley bisa bermain sebagai deep-lying playmaker seperti Granit Xhaka, atau menjadi box-to-box seperti Aaron Ramsey. Mari kita bedah satu per satu. Perhatikan video di bawah ini:

Berduet bersama Alex Oxlade-Chamberlaindi lini tengah, Ainley bermain lebih ke dalam. Meski tak benar-benar menjadi seperti deep-playmaker, Ainley menunjukkan bahwa ia punya seleksi umpan yang cukup baik. Seperti saya bilang di atas, ia tak memperumit keadaan. Pilihan umpannya sederhana, dan yang paling penting, tidak sulit untuk diterima rekannya.

Ketika Arsenal menyerang (membangun serangan dari bawah), ia beberapa kali menengok ke berbagai arah untuk memastikan situasi. Pertama, untuk memeriksa posisi rekan. Jadi ketika mendapat bola dari bek, ia sudah punya rencana sasaran umpan. Kedua, ia memastikan tidak dikuntit lawan ketika menerima bola. Jadi, progresi serangan Arsenal tetap bersih.

Sebagai gelandang yang lebih bertahan ketimbang Chamberlain, ia selalu waspada dengan keberadaan dua bek tengah dan pemain lawan yang mencoba memanfaatkan jarak antar-pemain Arsenal yang tengah bertahan. Ia membantu di bek tengah dengan tidak terlalu jauh dari “zona 5”, atau daerah di depan kotak penalti.

Kecepatan Ainsley sangat membantu ketika Arsenal kehilangan bola di daerah-daerah berbahaya. Ia bisa mengejar bola, untuk setidaknya, menghambat usaha serangan balik lawan. Situasi ini memang tidak ideal. Namun begitulah ciri tim Arsene Wenger ketika bermain dengan empat bek. Kompaksi yang tidak terjaga dan menyediakan terlalu banyak ruang untuk lawan.

Lantas, bagaimana ciri Ainsley ketika ia bermain “seperti Ramsey”? Perhatikan video di bawah:

https://www.youtube.com/watch?v=yD8FAzWB8Js

Video di atas ini menarik. Terutama, memperlihatkan kemampuan Ainsley menggunakan Teknik menggiring bola untuk penetrasi wilayah lawan. Ia tak banyak melakukan banyak trik untuk melewati lawan. Ainsley menjaganya tetap sederhana. Satu langkah kecohan dan selanjutnya sprint jarak pendek untuk meninggalkan lawan.

Di sinilah terletak perbedaan antara dirinya dan Ramsey. Ainsley lebih suka berlari dengan bola, sementara Ramsey mengandalkan pergerakan tanpa bola dan kejeliannya mencari ruang. Bahkan jika diamati lebih seksama, Gooners pasti akan mendapatkan gambaran Alex Song dalam diri Ainsley.

Ketika menggiring bola dan ditekan lawan, ia sering merendahkan atau mencondongkan tubuh bagian atas dan merentangkan tangannya untuk melindungi bola. Gerakan ini seolah-olah menyelubungi bola dengan tubuhnya.

Gerak tangan berguna untuk menjaga jarak antara badannya sendiri dan badan lawan. Ketika menguasai teknik ini, lawan akan kesulitan masuk ke bagian samping badan Anda untuk melakukan body charge atau menjulurkan kaki untuk menggaet bola.

Dari video di atas juga terlihat Ainsley beberapa kali melepaskan umpan jauh diagonal. Cukup akurat, meski terkadang terlalu boros. Pun ia harus terus mengasah kaki kirinya. Gelandang dengan dua kaki hidup seperti Santi Cazorla akan memudahkan untuk melepas umpan ke segala arah.

Tak melatih kedua kaki pun sebenarnya bukan masalah, asal Anda punya teknik dan akurasi seperti Xhaka dan Mesut Ozil.

Previous
Page 1 / 2