Suara Pembaca

Masa Pencerahan The Magpies dengan Alan Hardy dan Kevin Nolan

The Magpies

Kevin Nolan sesungguhnya menyesali kejadian setahun silam di Leyton Orient. Kala itu, ia dicopot dari posisinya sebagai manajer oleh direktur operasional dari Italia. Dia memimpin tim sejak Januari 2016 dan meletakkan jabatannya sebagai player-manager tiga bulan kemudian. Statistiknya tidak buruk: tujuh kemenangan dan dua kali imbang dalam 15 pertandingan dan hanya berselisih dua poin dari titik terakhir zona playoff promosi.

Pada tahun baru 2017 lalu, ia mendapat telepon dari Alan Hard, orang yang baru saja mengakuisisi Notts County, perihal kesanggupannya mengangkat performa tim dari keterpurukan. Tentu saja ia tak membuang banyak waktu dan menerima tawaran tersebut.

Ia diumumkan sebagai pelatih baru The Magpies pada 12 Januari 2017 menggantikan John Sheridan. Nama Nolan kemudian didaftarkan sebagai pemain pada hari terakhir bursa transfer musim dingin. Jadilah ia mengemban status player-manager untuk sekali lagi.

Nolan menerima estafet kepelatihan saat tim berada di titik nadir League Two: kalah sepuluh kali secara beruntun dan terjerumus ke zona degradasi. Tugas yang teramat berat mengingat usianya belum menyentuh 35 tahun dan hanya punya pengalaman tiga bulan sebagai pelatih di Leyton Orient. Akan tetapi, ia memilih terus melangkah dan mengambil segala langkah yang diperlukan guna menyelamatkan County.

Sebagai bagian dari reformasi komposisi tim, Nolan memanggil mantan rekannya di The Magpies yang lain, kali ini Newcastle United, Shola Ameobi. Daya sengat pemain yang lama menjadi ban serep di Newcastle itu masih ampuh di level keempat sepak bola Inggris. Ameobi bermain di 17 laga dan menyumbang 4 gol, cukup untuk turut menempatkan Notts County di posisi 16 dengan koleksi 56 poin.

Meski terlalu dini untuk memberi label ‘manajer sukses’ pada Nolan, pangkalan warta lokal Nottingham Post sudah menyematkan predikat ”One of brightest manager in lower leagues” di dada sang pelatih. Mereka menulis, “Dia hanya berada di sini selama beberapa bulan, tetapi berbaliknya peruntungan tim ini dalam waktu singkat membuatnya pantas mendapatkan pujian”, pada 26 Maret 2017, satu bulan sebelum kompetisi berakhir.

Lebih jauh lagi, mereka menyajikan laporan bernada harapan bertajuk “Kevin Nolan dan Notts County dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-sama” pada minggu lalu. Mereka memuji dampak yang dihasilkan Nolan dalam waktu singkat di Notts County dan berharap promosi ke League One pada musim depan bersama sang pelatih muda.

Langit cerah nampaknya siap menghiasi langit Meadow Lane. Mereka berada dibawah pengasuhan Alan Hardy, seorang pengusaha lokal yang amat perhatian, serta memiliki pelatih pembelajar yang amat cerdas dalam diri Kevin Nolan. Hanya waktu yang akan menjawab mungkinkah klub tertua dunia mencuat kembali ke level teratas piramida sepak bola Inggris, sesuatu yang terakhir kali mereka rasakan pada 1991/1992 bersama Neil Warnock muda.

***

Kevin Nolan, kelahiran 24 Juni 1982, dapat menjadi model percontohan pensiunan muda sepak bola Inggris. Di usianya yang belum menginjak 35 tahun dan belum gantung sepatu, ia berani menjajal peruntungan di dunia manajerial. Ia memilih tidak mengikuti jejak Gary Neville, Jamie Carragher, Jamie Redknapp, serta nama-nama mengilap lain yang lebih suka berada di studio televisi. Menurunnya “populasi” pelatih Inggris dalam beberapa tahun terakhir nampaknya disebabkan tergodanya para pensiunan akan kursi empuk di depan kamera.

Memang benar akademi pelatih St. George’s Cross belum sehebat akademi Coverciano di Italia atau manajemen klub di level atas lebih suka mengimpor pelatih asing yang sudah teruji kualitasnya. Namun, kemunduran dunia kepelatihan Inggris seharusnya dapat dihindari jika para pelakunya, para mantan pemain yang pensiun, memiliki kesadaran dan kemauan melibatkan diri dalam pembinaan dan kompetisi secara langsung, bukan keinginan memburu zona nyaman di dunia komentator televisi.

Nama-nama macam Nolan (di Notts County), Garry Monk (sudah resign dari Leeds United), Eddie Howe (Bournemouth), Paul Tisdale (Exeter City), hingga Steven Gerrard (Liverpool U-18 musim depan) adalah deretan sosok yang perlu diduplikasi etos kerjanya demi kebaikan sepak bola Ingris di masa depan.

Author: Mukhammad Najmul Ula (@najmul_ula)
Mahasiswa yang menganggap dua hal paling menggairahkan di dunia adalah sepak bola dan ilmu politik.