Persib Bandung memulai Go-Jek Traveloka Liga 1 dengan kurang meyakinkan. Bagaimana tidak, dari dua laga yang sudah dijalani (minus laga kontra Sriwijaya FC kemarin malam), Persib hanya mampu mendulang dua poin saja dari kemungkinan enam poin yang didapat.
Walaupun belum pernah kalah, tetapi permainan anak asuh Djadjang Nurdjaman disebut tidak berkembang dan kurang meyakinkan. Hal ini menjadi pertanyaan bagi setiap Bobotoh, atau bahkan seluruh penikmat sepakbola negeri ini. Dengan skuat yang begitu mewah, seharusnya Persib bisa bermain lebih baik. Selain taktik yang tidak berkembang dan mudah dibaca lawan, tampaknya jelas ada satu permasalahan lain yaitu kondisi fisik.
Tentu yang paling terlihat adalah kondisi fisik marquee player anyar Persib, Michael Essien dan Carlton Cole. Kedua pemain ini baru bermain sebanyak 121 menit untuk Essien dan 70 menit untuk Cole. Menit bermain yang sedikit itu menjadi pertanyaan jika kita melihat status mereka sebagai pemain berlebel marquee.
Djanur boleh saja berdalih jika kedua pemain itu sudah berumur dan tidak fit seperti dahulu. Tetapi perlu diingat bahwa dua mantan pemain Chelsea itu sudah mengikuti pra-musim sejak kurang lebih satu bulan lamanya.
Buruknya fisik para pemain Persib bisa kita lihat bagaimana mereka bisa kebobolan hanya dalam kurun waktu 5 menit saja saat berhadapan dengan PS TNI. Hilangnya konsentrasi diakibatkan oleh menurunya kondisi fisik para pemain. Menurut Djanur dalam konfrensi pers selepas pertandingan menjelaskan bahwa lini belakang lengah dan berjanji akan memperbaikinya.
“Lini pertahanan perlu dievaluasi. Kebobolan dua gol dalam lima menit terakhir pertandingan adalah sesuatu yang sangat buruk,” ujar Djanur (22/4/2017)
Lalu banyak pemain Persib yang bertumbangan bahkan sebelum menjalani debutnya. Sebut saja Sergio van Dijk yang cedera lutut, Raphael Maitimo terkena iritasi mata, dan terakhir penyerang muda, Angga Febriyanto, mengalami cedera saat berhadapan dengan PS TNI. Bahkan Billy Keraf harus ditarik keluar karena kondisi fisik yang belum prima. Padahal sebelumnya Billy masuk sebagai pemain pengganti yang menggantikan Angga sebelum.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah latihan pra-musim Persib Bandung sudah maksimal dan sesuai dengan yang diinginkan staf pelatih? Padahal seharusnya latihan pra-musim menjadi tempat pematangan taktik bermain, strategi, serta menyiapkan kondisi fisik pemain untuk dapat berkompetisi satu musim penuh.
Sekadar trivia, Persib memulai latihan perdana pada Januari 2017 lalu. Waktu yang bisa dikatakan singkat untuk untuk sebuah tim menjalani latihan pra-musim, mengingat kala itu kepastian kemulaian liga juga masih simpang siur.
Selain itu Persib pun mengikuti beberapa turnamen pra-musim serta uji coba yang cukup banyak. Terhitung kesebelasan Pangeran Biru ini mengikuti turnamen Piala Presiden pada bulan Febuari, di mana Persib hanya mampu meraih juara ketiga. Setelah itu ada pertandingan kontra PSMS Medan pada tanggal 26 Maret yang berakhir tanpa gol untuk kedua tim. Terakhir mereka menghadapi Bali United di Gelora Bandung Lautan Api pada tanggal 8 April dan berakhir kekalahan tuan rumah dengan skor 2-1 untuk keunggulan Irfan Bachdim dan kawan-kawan.
Belum dihitung dengan pertandingan melawan tim lokal Bandung serta mengikuti turnamen segitiga di Purwokerto pada bulan Maret lalu.
Jika dihitung memang pertandingan persahabatan Persib cukup banyak, namun tidak semua anggota tim mengikuti. Vladimir Vujovic serta Essien dan Cole baru hadir ketika beberapa hari liga akan dimulai. Selain menu latihan yang tidak berbarengan, fisik setiap pemain akan berbeda kondisinya.
Persiapan yang kurang ideal itulah salah satu faktor kondisi fisik para pemain Persib tidak optimal. Memang setiap tim memiliki standarnya masing-masing, sebab sebuah kesebelasan akan berbeda untuk mencapai kondisi yang ideal.
Cederanya beberapa pemain dan kondisi fisk yang tidak optimal bisa diindikasikan bahwa pra-musim Persib Bandung tidak sesuai dengan harapan. Apalagi tekanan yang diterima oleh kesebelasan peraih dua gelar liga Indonesia ini sungguh berat. Selain fisik yang terlihat begitu kedodoran, persoalan mental pun tampaknya perlu dibenahi oleh staf pelatih.
Terlebih kepada dua pemain marquee player yang dimiliki Maung Bandung. Terlihat jelas bahwa kondisi fisik mereka tertinggal jauh dengan pemain lainnya. Ekspektasi kepada mereka memang bukan saja menghasilkan pundi-pundi keuntungan untuk Persib, tetapi sebuah prestasi yang dibanggakan oleh jutaan Bobotoh.
Menjadi pekerjaan rumah bagi Djadjang Nurjaman sebagai pelatih kepala Persib dan terlebih Yaya Sunarya yang bertanggung jawab terhadap fisik setiap pemain. Yaya harus berusaha keras mengembalikan kondisi fisik beberapa pemain yang masih tertinggal seperti Essien dan Cole.
Sejatinya pra-musim adalah ajang untuk mempersiapkan tim secara maksimal demi menghadapi liga yang sesungguhnya. Sehingga diperlukan program yang tepat untuk mempersiapkan mental, fisik, dan taktik.
Selain itu ajang pra-musim digunakan untuk membentuk kekompakan di dalam tim dalam menghadapai kompetisi yang panjang dan keras. Karena kekompakan merupakan kunci kesuksesan Persib dalam meraih gelar juara Liga Indonesia pada musim 2014. Jangan sampai ketika musim sudah berjalan masalah baru muncul. Itulah kenapa pentingnya pra-musim dilakukan secara terstuktur, dan sistematis.
Sebab suka atau tidak suka jika Persib gagal juara musim ini, sorotan akan banyak tertuju dari mewahnya skuat tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini namun tak berdampak signifikan dengan prestasi di atas lapangan.
Author: Ferdyan Adhi Nugraha (@Ferdyannugrahaa)