Berdiri pada sekitar tahun 1940, Persita Tangerang baru mendapatkan keabsahan sebagai anggota PSSI pada 9 September 1953. Atas kesepakatan publik sepak bola Tangerang, akhirnya tanggal resmi mereka menjadi bagian dari PSSI kemudian dijadikan hari lahir klub.
Dahulu jersey mereka bukan ungu yang hingga kini sudah menjadi ciri khas. Dulu Persita menggunakan jersey berwarna merah bercelana putih. Agar membedakan dengan Persija Jakarta yang di era klasik menggunakan warna merah, maka warna klub dan jersey kemudian diganti menjadi ungu.
Persita mengalami masa keemasan mereka ketika M. Thamrin menjadi pimpinan daerah di Kota Tangerang. Dana segar untuk mendaratkan pemain, plus perbaikan infrastruktur membuat Persita kemudian menjelma menjadi salah satu tim kuat di kancah sepak bola Indonesia. Prestasi terbaik mereka tentu ketika menjadi runner-up Liga Indonesia 2002.
Di masa jayanya Persita sempat diperkuat para pemain dengan kelas bintang nasional. Ilham Jayakesuma adalah legenda di tim ini. Zaenal Arief dan Firman Utina meretas karier mereka di Tangerang. Pemilik dua gelar juara Liga, Ahmad Jufriyanto merupakan salah satu produksi dari pembinaan Persita di masa jaya mereka. Jupe, sapaan akrab Jufriyanto, kabarnya masih disebut-sebut sebagai alumnus terbaik.
Ketika M. Thamrin lengser dari jabatannya, prestasi Persita cenderung menurun. Kemudian keadaan semakin sulit ketika di era baru sepak bola Indonesia di mana tim mesti lepas dari pemerintah daerah. Tim berjuluk Pendekar Cisadane ini kesulitan mendapatkan sponsor. Keadaan semakin sulit setelah organisasi ulama membuat fatwa bahwa sepak bola diharamkan di Tangerang. Munculnya fatwa ini disebabkan terlalu seringnya terjadi kericuhan antar suporter di daerah ini.
Setelah kepayahan untuk bisa terus bertahan di level tertinggi sepak bola Indonesia. Persita kemudian lengser pada tahun 2014. Kini mereka mencoba kembali memunguti sisa kejayaan dan berusaha kembali ke pentas tertinggi.
Mengincar promosi ke Liga 1
Di Torabika Soccer Championship (TSC) B musim lalu, Persita sebenarnya masuk kandidat favorit juara. Mereka memimpin fase grup dengan hanya sekali menelan kekalahan. Di babak kedua TSC B, mereka juga tampil baik dengan hanya sekali kalah dari tim kuat, PSS Sleman. Selebihnya penampilan Egi Melgiansyah dan kawan-kawan luar biasa tanpa cela. Sayang di babak perempatfinal mereka kalah dari tim yang kemudian berhasil menjadi juara, PSCS Cilacap dengan skor tipis 1-0.
Di Liga 2 nanti Persita tentu masih menyimpan penasaran karena langkah mereka terhenti di tengah jalan. Dengan persiapan dan skuat yang lebih matang, Persita tentu mengincar tiket lolos ke Liga 1. Terlebih lawan mereka di Grup 2 nanti tidak jauh berbeda dengan yang mereka hadapi di fase grup TSC B musim lalu.
Grup ini berisi Persikad Depok, Persika Karawang, Persikabo Bogor, PS Bengkulu, dan dua tim lain asal Banten yaitu Perserang Serang serta Cilegon United. Yang berbeda hanyalah hadirnya Lampung Sakti yang kini ditangani oleh Nova Arianto. Dan bisa jadi tim inilah yang akan menyulitkan langkah mereka untuk melaju ke fase selanjutnya.
Permasalahan home base pun sejauh ini sudah mencapai titik terang. Di Liga 2 nanti Pendekar Cisadane akan menggunakan Stadion Maulana Yusuf, Serang sebagai kandang mereka. Pemilihan ini bisa dibilang jauh lebih baik untuk para Laskar Viola, penggemar Persita, ketimbang mereka mesti melakukan perjalanan yang sedikit lebih jauh ke Stadion Singaperbangsa, Karawang, yang menjadi kandang Persita di TSC B lalu.
Tuah talenta lokal dan skema Bambang Nurdiansyah
Mayoritas skuat Persita kali ini kebanyakan merupakan putra daerah Tangerang dan sekitarnya. Sebenarnya Persita sendiri memiliki keuntungan karena mereka sewaktu-waktu bisa mendapatkan sokongan pemain dari eks dua tim Liga 1 yaitu Persija dan Persib.
Terlebih kehadiran salah satu akademi sepak bola terbaik di negeri ini, Villa 2000, yang bertempat di Tangerang Selatan membuat Persita tidak akan kehabisan talenta-talenta lokal terbaik.
Di Liga 2 kali ini mereka juga berharap pada kekuatan yang dimiliki oleh para pemain lokal Tangerang dan sekitarnya. Egi Melgiansyah dipastikan akan tetap menjadi pemimpin sekaligus mesin utama yang menggerakan tim. Meskipun masa jayanya sudah lewat, kita tahu dulu Egi muda punya kualitas operan yang luar biasa. Masalah yang mesti ia hadapi adalah soal kelebihan berat badan yang segera mesti diatasi.
Persita juga dipastikan mendapatkan Yogi Triana dari Sriwijaya FC. Kembalinya putra daerah ini membuat Persita tidak perlu khawatir untuk posisi kiper. Meskipun sebenarnya mereka sudah memiliki Reki Rahayu. Untuk menemani bek senior Ledi Utomo, Persita sudah mendaratkan Firmansyah dari Persija Jakarta.
Lini depan bisa dibilang kekuatan inti dari tim Pendekar Cisadane. Trio lini serang mereka memiliki daya ledak yang luar biasa. Sirvi Arvani akan ditopang oleh Rudi ‘Bogel’ Setiawan, dan pemain yang dijuluki ‘Messi Tangerang’ Aldi Al-Achya. Terlebih karena Sirvi sejatinya adalah penyerang sayap, maka ini memungkinkan penyerangan Persita menjadi lebih cair dan sering terjadi perpindahan posisi di antara ketiganya. Tentu ini adalah skema yang sangat membahayakan tim lawan.
Penyerangan akan menjadi andalan Persita untuk mengarungi kerasnya gelaran Liga 2 nanti. Apalagi juru taktik mereka, Bambang Nurdiansyah, dahulu terkenal sebagai penyerang yang sangat moncer, baik ketika memperkuat timnas maupun level klub. Terlebih dalam jajaran staf pelatih ada nama Mukti Ali Raja dan Uci Sanusi yang merupakan bagian penting ketika klub berhasil menjadi runner-up Liga pada 2002.
Prediksi: Dengan persiapan yang lebih matang, tim ini memiliki bekal yang lebih lengkap dibanding kala mengarungi TSC lalu. Persita Tangerang punya kans besar untuk mendapatkan tiket promosi ke level tertinggi.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia