Kolom Nasional

Persija Jakarta: Harga Mati Gengsi Ibu Kota

Apa yang ada di benak Anda tentang Jakarta? Selain macet dan padat pemukiman, semua bisa Anda dapatkan di ibu kota. Sayangnya, ironi terjadi ketika membicarakan sepak bola. Sebagai klub yang berbasis di pusat pemerintahan dan ekonomi Indonesia, Persija Jakarta malah terseok dalam mengarungi kompetisi teranyar tahun lalu, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016.

Dimulai dari cerita miris saat menjadi tim musafir setelah kandangnya direnovasi, hingga manajemen yang terkesan kurang tertata rapi. Imbasnya, sokongan dana sponsor seret dan permainan tim di atas lapangan pun terasa hambar, kendati dukungan dari The Jakmania terus mengalir.

Jangankan memikirkan persaingan dengan rival utamanya, Persib Bandung, Persija justru kerepotan sendiri dan mengakhiri TSC 2016 pada posisi yang sangat buruk untuk kaliber tim ibu kota, peringkat ke-14. Jelang bergulirnya Go-Jek Traveloka Liga 1, tuntutan perubahan terus disuarakan suporter.

Hingga pada akhirnya, Selasa, 14 Maret 2017, harapan mulai kembali timbul. Eks CEO Bhayangkara FC, Gede Widiade, setuju didaulat menjadi Direktur Utama Persija. Tak hanya seremoni serah terima, Gede langsung bergerak cepat dengan melunasi utang Macan Kemayoran.

Pemain bagus, meski tak semewah Persib, didatangkan. Dimulai dari top skor Barito Putera di TSC 2016, Luiz Junior, yang dipinjam dari Madura United, hingga gelandang pekerja keras di Timnas U-22, Muhammad Hargianto. Belum lagi kisah kasih yang akhirnya sampai, Arthur Irawan. Sempat berlatih di Persija, eks Malaga dan Espanyol ini akhirnya resmi jadi penggawa tim ibu kota.

Kendati tak lantas jor-joran, perubahan mulai terlihat di tim asuhan Stefano ‘Teco’ Cugurra ini. Dari sisi non-teknis, Persija sudah tak lagi jadi tim pengembara karena bakal menempati Stadion Patriot di Bekasi dan sesi latihan pun dikembalikan di Jakarta. Ambisi kebangkitan wajib diusung, agar gengsi ibu kota tetap terjaga.

Previous
Page 1 / 3