Sejak sepak bola digaungkan pertama kali, Asia Tenggara tak pernah menjadi aktor utama di sepak bola dan hanya menjadi konsumen semata. Klub-klub tenar Eropa berulang kali singgah ke sini, namun sangat jarang ada pemain Asia Tenggara yang mampu berkarier di Benua Biru.
Ajang sepak bola akbar seperti Piala Dunia selalu rutin mengisi layar kaca televisi masyarakat Asia Tenggara, namun tak ada satupun negara ASEAN yang pernah berpartisipasi di sana. Indonesia memang pernah bermain di ajang itu, tetapi dengan nama Hindia Timur, bukan Indonesia yang sebenarnya.
Selama bertahun-tahun hingga berabad-abad lamanya, Asia Tenggara selalu menjadi pasar bagi para raksasa sepak bola untuk mengeruk keuntungan. Akan tetapi, label “penikmat setia” yang melekat di tubuh para figur sepak bola Asia Tenggara tampaknya akan segera berganti menuju “produsen ternama”, cepat atau lambat.
Dimulai dari Thailand
Tak dimungkiri lagi, Negeri Gajah Putih ini merupakan salah satu kekuatan sepak bola terbesar di Asia Tenggara. Menjuarai Piala AFF lima kali dan pemilik sembilan medali emas SEA Games adalah bukti sahih mengenai kehebatan Thailand.
Klub-klub Liga Thailand juga menjadi kandidat juara di Piala AFC maupun Liga Champions Asia seperti Chonburi FC, Muangthong United, dan Buriram United. Tim nasional mereka bahkan “hanya” kalah 1-3 dari Belanda pada 2007 lalu, dan salah seorang pemain mereka, Teerasil Dangda, pernah merumput di Liga Spanyol bersama UD Almeria dengan status pinjaman.
Peningkatan pesat yang dialami Thailand ini adalah berkat pengembangan pemain muda mereka yang dilakukan secara berjenjang dengan tertib. Pada April 2017 lalu, federasi sepak bola Thailand menjalin kerja sama dengan Ekkono Method Soccer Services yang berbasis di Barcelona untuk merancang perkembangan timnas U-14, U-16, U-19, dan U-21, serta memberikan penyuluhan bagi para pleatih untuk mendapatkan lisensi AFC B, AFC A, dan AFC Pro.
Dengan program ini, mereka berencana untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Bukan sebagai tuan rumah, tapi melalui kualifikasi. Ini merupakan sebuah keberanian besar yang layak diacungi dua jempol. Ketika negara-negara Asia Tenggara lain masih disibukkan dengan mimpi merajai Piala AFF dan tampil di Piala Asia, Thailand sudah bersiap menyongsong Piala Dunia.
Diikuti oleh Vietnam, Myanmar, dan Kamboja
Langkah sukses Thailand kemudian diikuti oleh Vietnam. Negara yang selalu dijadikan pesakitan di seri film Rambo ini juga memusatkan perkembangan sepak bolanya di akademi pemain muda, dan klub Hoang Anh Gia Lai (HAGL) adalah yang terbaik untuk urusan yang satu ini.
Bekerja sama dengan Arsenal sejak 2007 lalu, HAGL telah memproduksi banyak sekali pemain muda potensial yang tersebar di seluruh penjuru Vietnam, bahkan beberapa negara Asia Tenggara. Di Piala AFF 2016 lalu, lima pemain muda di skuat The Golden Stars adalah produksi dari akademi HAGL.
Vũ Văn Thanh, Nguyễn Văn Toàn, Nguyễn Tuấn Anh, Lương Xuân Trường, dan Nguyễn Công Phượng saat ini merupakan bagian dari timnas SEA Games yang juga ikut bermain di Piala AFF 2016 lalu. Ketika generasi Lê Công Vinh belum habis, Vietnam sudah memiliki penerusnya dan ini adalah situasi yang sangat baik untuk perkembangan sepak bola mereka.
Myanmar bahkan lebih hebat lagi. Mulai membangun sepak bola nasional dari nol sejak 2001 lalu, perkembangan mereka terhitung sangat pesat. Ivan Kolev yang pernah membesut tim nasional Myanmar bahkan mengatakan bahwa negara yang dulunya bernama Burma itu sangat mengerti bagaimana cara membangun kekuatan sepak bola, yaitu dari akarnya, pemain muda.
Kerja keras mereka mulai membuahkan hasil dalam dua tahun terakhir. Di Piala AFF 2016, Aung Thu dan kawan-kawan sukses menembus semifinal, dan di SEA Games 2017 ini, mereka berhasil lolos dari penyisihan grup.
Kamboja sendiri juga sedang melakukan proyek besar. Saat ini sedang dibangun akademi sepak bola di setiap provinsi yang rencananya akan kelar tahun depan. Nantinya, akan ada 25 akademi yang ditujukan untuk mencetak bibit pemain andal agar dapat diturunkan di SEA Games 2023. Target yang tidak muluk memang, namun tetap tergolong bagus, karena selama ini Kamboja selalu menjadi bulan-bulanan di ajang se-Asia Tenggara.
Salah satu hasil dari pembinaan ini mulai tampak, yakni kemunculan penyerang bernama Chan Vathanaka yang saat ini bermain di J3 League, kasta ketiga Liga Jepang, bersama Fujieda MYFC. Kamboja juga mulai berani memasang target tinggi yatu meraih medali emas di SEA Games 2023, walau prosesnya tentu akan sangat panjang dan terjal.