12 tahun setelah Lilian Thuram memutuskan pensiun dari Timnas Prancis usai Euro 2008, sejarah tercipta di Stade de France. Sang ‘Thuram’ baru lahir di pentas internasional dan ia membawa nama sang ayah, namun dengan nama depan berbeda. Didier Deschamps, kompatriot sang ayah di generasi emas skuat tim Ayam Jantan, menurunkannya di laga persahabatan kontra Finlandia. Ia adalah anak sulung Lilian, Marcus Lilian Thuram-Ulien.
Debutnya tak mulus, memang. Bermain penuh selama 90 menit, di kandang megah Les Bleus itu, di luar dugaan Hugo Lloris dan kolega kalah 0-2. Anak-anak muda Finlandia sukses meruntuhkan debut istimewa Thuram. Namun, cerita tak berhenti di situ, karena like they always said, the rest is history.
Performa impresifnya di sisi kiri menarik perhatian Deschamps. Di laga kontra Portugal, 3 hari berselang, Marcus Thuram diberi jatah bermain selama 31 menit. Bukti bahwa ia tak hanya dipanggil ke timnas hanya untuk pelengkap saja. Ia membantu Prancis menang tipis 0-1 dan mengunci tiket ke semifinal UEFA Nations League 2020.
Namun, panggung sejati Marcus tersaji di laga ketiganya bersama Prancis. Dipercaya sebagai starter dan menggusur Kylian Mbappe ke bangku cadangan, pria kelahiran Parma, Italia ini, sukses menjadi bintang kemenangan Prancis atas Swedia.
Mekar di Prancis, mengadu nasib di Jerman
Meski lahir di Italia dan punya keturunan Guadelope dari sang ayah, Prancis adalah cinta pertama Marcus. Ia menimba ilmu sepak bola di ACBB, sebelum Sochaux memboyongnya ke akademi pada tahun 2012. 5 tahun di sana, Marcus Thuram mendapatkan kesempatan berkembang lebih masif ketika Guingamp datang memboyongnya pada 2017.
Cerita mulai diukir si anak sulung di titik ini. Nama belakangnya mencolok, mengingatkan orang pada sosok sang ayah, Lilian, yang termasuk salah satu bek terbaik dunia di masanya. Namun, Marcus berbeda. Tinggi dan berbadan tegap, Marcus yang tercatat bertinggi 191 sentimeter ini nyatanya lincah dan dibekali teknik olah bola mumpuni.
Musim 2018/2019 adalah musim terbaiknya di Ligue 1. 9 gol digelontorkan pria berusia 20 tahun kala itu dan membuatnya masuk radar Borrusia Moenchengladbach. Dan awal musim 2019/2020, lembar baru dibuka Marcus di Jerman. Dengan mahar €9 juta saja, Gladbach memboyongnya ke Bundesliga, tempat terbaik untuk sang bintang muda mengasah karier.
Meledak di Bundesliga
Datang ke Gladbach mengikuti jejak kompatriotnya, Alassane Plea, Marcus langsung nyetel. Bertandem dengan Lars Stindl hingga Breel Embolo, fleksibilitas Marcus Thuram membantunya menemukan tempat di tim utama. Bersama Marco Rose, ia kerap dimainkan melebar di sisi kiri hingga menjadi striker utama di tengah.
Hebatnya, semua dijalani Marcus dengan nyaris tanpa cela. Ia gesit dan lincah ketika bermain di sayap, juga tangguh dan kuat serta tajam, ketika bermain sebagai striker utama. Catatan 10 gol dan 8 asis dalam semusim membuat pintu timnas pelan tapi pasti mulai mengintip.
Musim ini saja, ia sejatinya baru punya koleksi 1 gol dan 2 asis dari 7 laga, namun itu sudah lebih dari cukup untuk menyakinkan Deschamps bahwa Les Bleus membutuhkannya. 3 caps sudah dicatatkan kakak Khephren Thuram ini, di mana ketiganya ia mainkan dari pos gelandang serang kiri.
Menghitung waktu ke liga top Eropa?
Diageni oleh Mino Raiola, membuat nama Marcus Thuram ibarat menunggu waktu hingga tawaran tim mapan Eropa datang padanya. Versatility Marcus membuatnya jadi komoditi menarik di bursa transfer. Apalagi, ia juga punya postur mumpuni namun juga lincah dan gesit. Jika ragu, tengok saja aksinya kala mengobrak-abrik pertahanan Swedia dan membuatnya membuat publik Prancis terkesima,
Dengan banderol harganya yang kini melejit ke angka €32 juta, hanya persoalan waktu saja sebelum Marcus Thuram meninggalkan Bundesliga. Pertanyaannya, dengan jejak panjang sang ayah yang pernah bermain di Serie A hingga LaLiga, apakah si anak sulung akan menyusul jejaknya? Atau, justru Marcus kembali mengukir cerita dengan namanya dan ia hijrah ke Premier League?