Satu lagi klub asal Papua yang meramaikan belantika sepak bola nasional, klub yang baru promosi dari Liga 3 tersebut kini tengah bercokol di puncak klasemen Liga 2 2019 bahkan dengan capaian tak terkalahkan. Mutiara tersebut bernama Persewar Waropen.
Berbeda dari kakak-kakaknya seperti Persipura Jayapura atau Persiwa Wamena yang sudah eksis lama, Persewar Waropen baru berdiri pada tahun 2005. Menginjak tahun ke-14 eksistensi klub berjuluk Mutiara Bakau ini mampu mengejutkan banyak pihak.
Hingga pekan kelima Anthon Kipin dan kawan-kawan mengoleksi 11 poin tanpa terkalahkan sejauh ini. Skuat asuhan Ino Ivakdalam ini bahkan mengungguli eks kontestan GOJEK Liga 1 2018, Mitra Kukar, dan jawara Liga 3 2019, Persik Kediri, dalam dua pertandingan terakhir.
Meski termasuk tim baru di belantika sepak bola nasional, Persewar musim ini dihuni oleh beberapa pemain yang berpengalaman terutama talenta asli Papua seperti Boaz Isir, Viktor Pae, Marko Kabiay, Izaac Wanggai serta Elfis Harewan dan Okto Maniani.
Satu talenta yang menarik perhatian khalayak adalah Gustap Crismon yang sudah mencetak 4 gol di lima pertandingan. Jumlah gol Gustap sendiri adalah setengah dari jumlah gol yang dicetak Persewar saat ini yakni 8 gol.
Jika dilihat dari klasemen sementara Liga 2 2019, capaian Persewar terbilang istimewa. Bahkan bersama Martapura FC mereka jadi tim yang belum terkalahkan baik di wilayah barat maupun wilayah timur. Bahkan koleksi poin Persewar hanya beda satu dengan dua tim pemuncak klasemen wilayah barat, Persita Tangerang dan Persiraja Banda Aceh, yang kini mengoleksi 12 poin dari 5 pertandingan.
Tentu ini merupakan hal spesial yang diraih tim promosi seperti mereka. Tak kalah mentereng mantan pemain timnas Elie Aiboy juga didapuk sebagai asisten pelatih tim yang kini harus mengungsi ke stadion Untung Suropati di Pasuruan sebagai home base sementara.
Meski jauh dari para pendukung setianya, Warscorps, di kabupaten Waropen dan tak bisa lagi bermain di stadion Gelora Waropen yang berkapasitas 12.000 penonton nyatanya sang Mutiara Bakau tetap bersinar di tanah perantauan. Bahkan performa Persewar jauh lebih mengkilap di laga tandang.
Di saat stadion Untung Suropati memberikan magis tersendiri di mana mereka mampu meraih 1 kemenangan dan 2 hasil seri. Di awal musim Liga 2, klub yang menjadi runner-up Liga 3 Nasional ini berhasil menundukkan Persatu Tuban dengan skor 0-2, bahkan baru-baru ini sang Macan Putih, Persik Kediri, juga menelan kekalahan dengan skor serupa di stadion bersejarah, Brawijaya.
Baca juga: Aku dan Persik Kediri, Djayati!
Menjadi tim yang mengejutkan di awal liga bukanlah hal mudah, tapi tak perlu dilebih-lebihkan juga. Di bulan Juli ini Persewar terbilang menghadapi bulan yang berat. Meski sudah berhasil lolos dari jerat dua tim asal Kalimantan, Persiba Balikpapan dan Mitra Kukar, serta menang dari Persik Kediri, tapi PSBS Biak, Martapura FC, dan PSIM Yogyakarta sudah menunggu di depan.
Meski PSBS yang akan dihadapi di tanggal 19 Juli nanti kini tengah terpuruk di dasar klasemen, nampaknya perlawanan sengit akan diberikan Cendrawasih Kuning agar tak mendapat malu dari saudara mudanya. Belum lagi adangan dari PSIM Yogyakarta yang memiliki materi bintang seperti duo naturalisasi Cristian Gonzales dan Raphael Maitimo, yang akan dihadapi barisan pertahanan yang digawangi kiper Barep Wahyu yang sejauh ini baru kebobolan 3 gol.
https://www.instagram.com/p/BzHwMsnpFV3/
Menyaingi hegemoni Persipura di masa depan
Andai Mutiara Bakau mampu lolos ke babak delapan besar dan mudah-mudahan dapat bermain di Liga 1 2020 nanti, banyak pekerjaan rumah yang mampu mereka selesaikan. Apalagi akhir-akhir ini kita tahu bagaimana nasib tim-tim asal Papua yang berlaga di kasta tertinggi. Kata merger menjadi mimpi buruk yang seolah menghantui masyarakat Raja Ampat, Serui dan Wamena.
Bahkan mengarungi Liga 2 sendiri, dilansir dari Tempo.co, Persewar hanya bermodalkan Rp 50 juta saja dari sponsor utama mereka, Bank Papua. Manajer tim, Julens Bonai, bahkan mengkritik kebijakan bank daerah tersebut yang dianggap pilih kasih terhadap tim-tim Papua selain Persipura.
“Kebijakan itu memberikan keuntungan yang besar kepada Bank Papua, kok bantu Persewar hanya 50 juta? Itu kan namanya pelecehan buat kami. Dua tahun kami pasang logo Bank Papua di jersey secara cuma-cuma, tidak ada bantuan,” kata Julens sambil membandingkan dana Rp 10 miliar yang didapatkan Boaz Solossa dan kawan-kawan yang tengah mengarungi Shopee Liga 1 2019.
Baca juga: Persipura Jayapura yang Sedang Sulit Berjaya
Belum lagi keinginan terdalam segenap tim yakni tentunya dapat bermain di hadapan masyarakat Waropen sendiri suatu saat nanti. Maka satu lagi halangan yang harus dipikirkan Persewar matang-matang ke depan adalah bagaimana memperbaiki standar stadion Gelora Waropen agar sesuai standar Liga 1.
Semoga saja dengan permainan bagus yang ditunjukkan Mutiara Bakau, suatu hari nanti tim ini benar-benar bernilai bukan untuk dijual kembali melainkan untuk dihidupi oleh orang-orang yan benar-benar cinta sepak bola tanpa harus merelokasi tim ini ke lain kota dan benar-benar menjadikan Persewar sebagaimana kebanggaan kabupaten Waropen, kebanggan Papua dan tentunya Indonesia.
Ndiso Woiso, Persewar!