Senyum dan tawa Frank Lampard merekah di Dublin, Republik Irlandia. Di hadapan beberapa anak asuhnya, sang legenda hidup memulai sesi pertama sebagai pelatih kepala Chelsea FC. Hati Lampard sedang bahagia-bahagianya. Bagaimana tidak, keinginan untuk melatih “keluarga keduanya” terwujud awal musim ini.
“Saya sangat bangga bisa kembali ke Chelsea sebagai pelatih kepala. Semua orang tahu cintaku untuk klub ini dan sejarah yang telah kami miliki,” katanya.
13 tahun Frank Lampard mengabdikan diri bersama The Blues. Total 684 pertandingan ia jalani di semua kompetisi dan sukses menyumbangkan 13 gelar. Lampard adalah pencetak gol terbanyak Chelsea sepanjang masa dengan total 211 gol. Deretan angka itu adalah bukti nyata kehebatan Lampard, yang lantas menahbiskan namanya sebagai salah satu legenda klub.
Di tribun Stamford Bridge, spanduk bertuliskan “Super Frank” masih membentang hingga kini. Nyanyian tentangnya terus berdendang di rimbunan penonton. Kilas balik episode terbaik Lampard di Chelsea, terkenang dalam ingatan. Semua itu adalah ekspresi kerinduan para fans kepada Lampard. Banyak di antara mereka yang merasa kehilangan sosok ikonik di lini tengah Chelsea, sepeninggalnya dari klub milik Roman Abramovich.
Di hari-hari Chelsea kelimpungan tanpa pelatih usai Maurizio Sarri pergi ke Juventus, kerinduan pada Lampard terbayar tuntas. Pria yang sempat “terjebak” sebagai pemain Manchester City di paruh kedua musim 2014/2015 itu melunasi harapan para fans. Lampard meninggalkan satu musim pertama yang fantastis di Derby County, untuk kembali mendengar nyanyian tentangnya di Stamford Bridge.
Baca juga: Buanglah Sarri(ball) pada Tempatnya
Lampard dengan berani menanggung risiko besar di Chelsea. Tiga tahun masa kontrak yang ia sepakati, belum tentu akan berakhir dengan perpanjangan. Sejak era bos Roman, tidak satupun pelatih Chelsea yang berhasil menyelesaikan tiga musim kontraknya. Bahkan nama beken semacam Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Rafa Benitez, dan Antonio Conte, dengan masing-masing persembahan gelar, harus terusir dari kursi panas pelatih kepala.
Tantangan untuk bertahan datang dari ruang ganti dan hubungan dengan pihak direksi. Seperti di musim ketiga periode kedua Jose Mourinho melatih, perseteruan dengan pemain senior membuat pria tua Portugal lengser dari kursi kepelatihan. Sebaliknya, Antonio Conte melepas sisa setahun kontraknya akibat berseberangan dengan manajemen klub.
Namun, dua kisah ini boleh jadi tidak akan menimpa Lampard. Alasan pertama, Lampard cukup mengenal dua pemain senior yang saat ini dianggap sebagai pimpinan di ruang ganti dan di lapangan. David Luiz adalah kolega Lampard saat bahu-membahu meraih trofi Liga Champions di Munich 2012 silam. Kemudian kapten Cesar Azpilicueta sempat bermain bersama Lampard selama dua musim.
Kedua, status Lampard sebagai legenda, membuat ia dihormati oleh manajemen klub. Hubungan keduanya pun telah terbangun sekian lama.
Masalah lain yang mungkin akan membuat Lampard cukup kerepotan adalah persoalan komposisi pemain. Awal musim ini, Lampard tidak bisa mendatangkan pemain baru, akibat larangan transfer yang melanda The Blues.
Apalagi, Chelsea baru saja ditinggal salah satu pemain terhebatnya. Eden hazard berangkat ke Madrid dan tak mungkin kembali lagi. Praktis, situasi pelik ini mengharuskan Lampard untuk memanfaatkan potensi pemain muda.
Pengalaman di Derby County sepertinya akan membantu Lampard. Di tim kasta kedua sepak bola Inggris itu, ia berhasil mengembangkan potensi Mason Mount, pemain yang dipinjam dari Chelsea. Terlebih, Chelsea diberkahi banyak pemain muda potensial yang masih jarang diberi menit bermain.
Nama-nama seperti Ruben Loftus-Cheek, Callum Hudson-Odoi, Ethan Ampadu, Tammy Abraham, dan tentu saja Mason Mount bakal lebih sering kelihatan di starting line-up. Jangan lupakan juga, Christian Pulisic, kapten Amerika Serikat yang baru saja datang dari Dortmund.
Bermain di bawah asuhan legenda, tentu akan menyulut semangat pemain muda. Callum Hudson-Odoi yang dikejar-kejar Bayern Muenchen kini bersemangat memperbarui kontraknya, usai Lampard ditunjuk sebagai pelatih. Pun, dengan Ruben Loftus-Cheek, ia ingin segera pulih untuk bermain di bawah arahan Lampard. Sepertinya, para pemain muda memang mengidolakan sang legenda.
Saat ini, Chelsea berada di masa transisi. Beberapa tahun belakangan, inkonsistensi melanda penampilan mereka di berbagai ajang. Meski mampu meraup sejumlah trofi, banyak fans yang merasa Chelsea seperti kehilangan jati diri.
Tugas Lampard adalah bagaimana mengembalikan jati diri dan mempertahankan status Chelsea sebagai salah satu klub terbaik di Eropa, di balik sejumlah permasalahan yang ada dan bakal melanda di masa mendatang.
Menyenangkan dan memberatkan, adalah dua hal yang bakal Lampard rasakan selama melatih Chelsea. Dua hal itu tentu ia pernah rasakan sebagai pemain, tapi akan sangat berbeda kondisinya sebagai pelatih. Namun, Lampard sudah memutuskan dan memantapkan hatinya, untuk melalui jalan terjal melatih klub yang membesarkan namanya.
Jadi, mari sama-sama melihat sang legenda bekerja!
;
*Penulis adalah blogger dan jurnalis paruh waktu. Penikmat sepak bola dari pinggiran. Dapat ditemui di akun Twitter @bedeweib.