Lewat kolomnya di Daily Mail, Ian Herbert menyebut bahwa Zlatko Dalic adalah unknown manager, alias sosok paling tak dikenal di antara empat pelatih tim nasional yang lolos ke semifinal Piala Dunia 2018.
Bagi saya pribadi, Herbert tidak mengada-ada atau sengaja memancing kontroversi dengan label yang ia sematkan kepada lelaki pembesut Kroasia itu. Suka tidak suka, memang harus diakui jika Dalic kalah populer dibanding Didier Deschamps (Prancis), Roberto Martinez (Belgia), dan Gareth Southgate (Inggris).
Pasalnya, sebelum menukangi Kroasia per bulan Oktober 2017 silam, karier kepelatihan Dalic lebih banyak dihabiskan buat membesut kesebelasan-kesebelasan level bawah plus jauh dari sorotan. NK Varazdin, HNK Rijeka, Dinamo Tirana, dan Slaven Belupo merupakan tim-tim dari Kroasia serta Albania yang pernah mencicipi ramuan Dalic pada rentang 2005 hingga 2010.
Selepas itu, pria berumur 51 tahun ini ‘mengasingkan diri’ ke semenanjung Arab (tepatnya di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab). Tim-tim seperti Al-Faisaly, Al-Hilal, dan Al-Ain, menjadi entitas yang percaya terhadap kemampuan Dalic meracik strategi tempur dalam kurun 2010 sampai 2017.
Selain bareng Al-Ain (sukses memenangi Liga UEA, Piala Presiden, Piala Super UEA, dan runner-up Liga Champions Asia), prestasi yang ditorehkan Dalic bersama klub-klub lainnya termasuk dalam kategori biasa-biasa saja.
Kendati demikian, federasi sepak bola Kroasia (HNS) tidak memandang Dalic sebagai figur semenjana. Berbekal pengalaman dan pengetahuan taktiknya yang mumpuni, mereka sepakat untuk mengangkat Dalic sebagai pelatih timnas Kroasia, setelah Ante Cacic diberhentikan gara-gara rentetan hasil buruk pada kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa.
Namun perlu diketahui bahwa masa depan Dalic bersama Kroasia tak serta merta aman dengan pelantikan tersebut. Gagal mengantar Vatreni ke Piala Dunia 2018 sama artinya dengan pemecatan.
Mujur bagi Dalic, brace Andrej Kramaric di Stadion NSC Olimpiyskiy ketika bertandang ke markas Ukraina pada laga pamungkas babak penyisihan Grup I, membawa Kroasia finis ke peringkat dua klasemen akhir sekaligus mengunci satu tiket ke babak play-off.
Dengan pencapaian itu, kans Vatreni buat mentas di Piala Dunia 2018 masih terbuka. Yunani yang merupakan runner-up Grup H, menjadi kubu yang mesti dihadapi pada fase play-off. Diiringi performa mengesankan di bawah arahan Dalic, Kroasia lantas mencuat sebagai pihak yang beroleh tiket ke putaran final Piala Dunia 2018, usai membungkam Vasilis Torosidis dan kawan-kawan via agregat mencolok 4-1 dari sepasang laga.
Bermaterikan pesepak bola dengan kualitas ciamik layaknya Luka Modric, Ivan Perisic, Ivan Rakitic sampai Danijel Subasic di tubuh skuat, bikin para pengamat setuju untuk mendapuk Kroasia sebagai kuda hitam di Piala Dunia 2018. Tak peduli bahwa mereka menghuni satu grup yang sama dengan Argentina, Islandia, dan Nigeria, pada fase penyisihan.
Alih-alih tampil semenjana, tim besutan Dalic justru menampilkan sesuatu yang di luar dugaan. Mereka sukses menyapu bersih seluruh pertandingan lewat permainan memikat, dan finis sebagai pemuncak klasemen Grup D.
Di fase gugur, berturut-turut Denmark (16 besar), Rusia (perempat-final), dan Inggris (semifinal), menjadi lawan yang berhasil ditundukkan secara susah payah. Hal itu terjadi karena Vatreni harus bermain minimal selama 120 menit (bahkan laga kontra Denmark dan Rusia mesti disudahi via adu penalti), guna memuluskan langkah ke final.
Lesatan Kroasia ke babak pamungkas pada akhirnya melambungkan sosok Dalic sebagai juru taktik. Di balik sikapnya yang tenang kala mendampingi anak asuhnya dari tepi lapangan, tersimpan inteligensia dalam membaca situasi dan kemampuan untuk mendongrak semangat sekaligus mental anak asuhnya.
Performa yang diperlihatkan Modric dan kawan-kawan pada fase semifinal kontra The Three Lions menjadi bukti teraktual mengenai sentuhan magis Dalic.
Sadar timnya ada di posisi terjepit usai tertinggal oleh gol Kieran Trippier, Dalic meminta duo bek sayapnya, Ivan Strinic dan Sime Vrsaljko, agar lebih berani naik ke depan demi memberi tekanan lebih kepada sepasang wingback Inggris, Kieran Trippier dan Ashley Young, seraya membantu pergerakan eksplosif Ivan Perisic dan Ante Rebic yang menempati posisi winger.
Tak sampai di situ, Dalic juga menginstruksikan kepada trio gelandang andalannya yaitu Brozovic, Modric, dan Rakitic untuk semakin berani membawa bola, mengatur ritme permainan sekaligus mencecar celah-celah di lini tengah The Three Lions yang dihuni Dele Alli, Jordan Henderson serta Jesse Lingard.
One of the most impressive dynamic #passmaps of this World Cup.
Strong links, with an essential role for Brozovic deep in midfield.
Offensive movement and variation by Perisic & Rebic.
Freedom to move and dictate play for Modric & Rakitic. pic.twitter.com/xr5Tqo5dwJ— 11tegen11 (@11tegen11) July 12, 2018
Seperti yang sama-sama kita ketahui, hal itu mendatangkan dampak positif untuk Vatreni setelah Perisic dan Mario Mandzukic mengoyak jala Jordan Pickford.
Kini, publik akan menunggu racikan ajaib Dalic saat tim asuhannya bertemu Prancis pada babak final. Terlepas dari hasil apapun yang dituai Kroasia nanti, jangan kaget apabila hal-hal eksepsional perihal taktik dan strategi, kembali ditunjukkan pria dengan potongan rambut belah tengah bak Ariel Peterpan zaman dulu itu, guna mengimbangi skema permainan Les Bleus asuhan Didier Deschamps.
Di turnamen selevel Piala Dunia, Dalic melambungkan namanya sebagai salah satu pelatih dengan kapabilitas mumpuni. Tak peduli bahwa perjalanan kariernya selama ini banyak dihabiskan untuk membesut tim-tim kelas bawah, dan tidak populer. Suatu hal yang kerap dijadikan dasar utama buat menilai kemampuan seseorang.