Dua penjaga gawang dari Kroasia dan Denmark di dini hari tadi patut diapresiasi. Baik Kasper Schmeichel (Denmark) dan Daniel Subasic (Kroasia) menunjukkan penampilan kelas dunia. Secara total dalam partai semalam, walaupun Kroasia yang lolos, namun keduanya sama-sama menahan total 3 tendangan penalti.
Di Piala Dunia kali ini, Kroasia datang dengan kekuatan utama di lini tengah. Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Marcelo Brozovic menjadi penyuplai bola untuk trio lini depan, Ivan Perisic, Ante Rebic, dan Mario Mandzukic. Kombinasi tersebut bermain sangat baik di fase grup, terutama saat mengalahkan Argentina.
Sedangkan susunan pemain awal yang unik diturunkan pelatih Age Hareide. Untuk meredam lini tengah Kroasia, ia menurunkan Andres Christensen di tengah lapangan sebagai duet Thomas Delaney, dan menaruh Mathias Jorgensen sebagai duet dari sang kapten, Simon Kjaer. Uniknya di partai terakhir melawan Prancis, Hareide menurunkan Jorgensen sebagai gelandang dan Christensen di posisi aslinya sebagai bek tengah. Perubahan tersebut membuat Denmark bisa mencoba berbagai macam skema di tengah pertandingan.
Laga ini pun langsung memanas di 5 menit awal pertandingan, di mana kedua tim mamou sama-sama mencetak gol cepat.
Lemparan ke dalam bek sayap Denmark, Jonas Knudsen, di awal menit langsung menuju di depan Daniel Subasic yang langsung hasilkan kemelut. Mathias Jorgensen mampu mencetak dari operan pendek dari Thomas Delaney di detik 57. Ini tercatat sebagai gol tercepat sepanjang sejarah keikutsertaan Denmark di Piala Dunia.
Sementara Kroasia mencetak gol setelah sapuan Henrik Dalsgaard justru mengenai Andres Christensen dan bola langsung mengarah kepada Mario Mandzukic yang tidak menyia-nyiakan peluang tersebut untuk menjadi gol. Terkesan seperti hanya gol yang berbau keberuntungan, namun dalam prosesnya pujian patut diberikan kepada Ante Rebic yang sebelumnya sanggup mengirim bola ke kotak penalti setelah mengelabui Knudsen.
Selepas gol ini tempo permain justru sedikit melambat, membosankan, dan tidak hasilkan gol kembali hingga jeda petandingan.
Memasuki paruh kedua, Hareide kembali mengubah taktik di lini tengah saat mengganti Christensen dengan Lasse Schone untuk mengubah arah permainan Denmark menjadi lebih aktif menyerang. Siasat tersebut sukses di mana dalam 15 menit pertama, beberapa kali Christian Eriksen dan kolega bisa menciptakan peluang dan mendominasi, walaupun masih belum mencetak gol.
Reaksi Zlatko Dalic setelah banyak tertekan selama 25 menit babak kedua, mencoba memasukkan Mateo Kovacic menggantikan Brozovic. Pergantian ini setidaknya memberi angin segar bagi lini tengah Kroasia yang seakan bingung untuk membongkar pertahanan Denmark.
Namun seperti yang disebut di awal, laga ini tergolong sangat membosankan. Di paruh kedua tidak ada sama sekali tembakan ke gawang yang mengarah ke Subasic maupun Kasper Schmeichel. Skor sama kuat 1–1 membawa pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.
Di masa extra time, kedua negara yang memilih bermain aman membuat mereka sulit hasilkan peluang bersih di depan gawang. Satu momen kunci sebenarnya dimiliki Kroasia di menit 115 di mana Ante Rebic dilanggar Zanka sehingga berbuah penalti untuk Kroasia. Namun, sang kapten Modric gagal mengeksekusi sepakan 12 pas. Pemenang harus ditentukan lewat adu tendangan penalti.
Di babak tos-tosan, menjadi ajang pertunjukkan kedua penjaga gawang Kasper Schmeichel dan Daniel Subasic yang mampu menahan beberapa algojo yang ditunjuk kedua negara. Namun pada akhirnya, dewi fortuna benar-benar bernaung untuk Kroasia. Tiga penendangnya sukses mengeksekusi, Andre Kramaric, Luka Modric, dan Ivan Rakitic, berbanding Denmark yang hanya sukses bagi Simon Kjaer dan Michael Krohn-Deli.
Kemenangan ini membawa The Blazer lolos ke babak 8 besar untuk pertama kalinya sejak 1998.
Semakin dekat dengan pencapaian edisi 1998
Penggawa Kroasia di Piala Dunia 2018 ini banyak dibandingkan dengan skuat tahun 1998 saat mereka menginjak semifinal dan meraih status juara ketiga setelah mengalahkan Belanda dengan skor 1-2 di perebutan tempat ketiga.
Untuk membuktikan sebutan generasi emas atau apapun itu namanya, Zlatko Dalic dan anak asuhnya wajib membuktikan diri sejauh mana mereka mampu melangkah di Piala Dunia kali ini. Dengan kelolosan ini, mereka selangkah lagi menuju semifinal dan sangat berpeluang besar untuk menyamai atau bahkan melebihi para seniornya di angkatan 1998. Terlebih lawan mereka di babak 8 besar, Rusia, secara kualitas masih seimbang.
Namun untuk catatan di fase grup, setidaknya mereka telah melebihi tim di 1998. Modric dan kolega toal telah raih 3 kemenangan, sedangkan 20 tahun silam Kroasia hanya sanggup 2 kali menang dan 1 kali kalah dari Argentina.