Sebagai pelatih, Oscar Tabarez sebenarnya merupakan sosok yang unik. Jalan pikirannya sangat tidak biasa, bahkan boleh dibilang ada dalam ruang yang sama dengan pelatih hipster asal Argentina, Marcelo Bielsa. Yang paling menarik dari Tabarez adalah pemilihan pemain yang ia bawa ke sebuah turnamen. Terkadang, pilihan Tabarez untuk timnas Uruguay sering membuat heran. Termasuk pada Piala Dunia edisi kali ini di mana ia mengikutsertakan seorang Diego Laxalt.
Sejak menangani timnas Uruguay pada tahun 2006, Tabarez memang memiliki kebiasaan memanggil pemain yang ia rasa cocok dengan skemanya. Dalam tahapan tertentu, bahkan terlepas dari penampilan pemain tersebut di level klub. Misalnya yang terjadi pada Piala Dunia 2010, ketika ia tetap memanggil Sebastian Abreu, padahal penyerang gaek tersebut hanya tampil delapan kali untuk klubnya saat itu, Aris Thessaloniki.
Pada Piala Dunia edisi kali ini pun, Tabarez memanggil sejumlah nama yang menarik. Selain Laxalt, adapula nama-nama yang cukup asing seperti Guillermo Varela, Giorgian De Arrascaeta, Nahitan Nández, hingga Jonathan Urretaviscaya. Tetapi, Laxalt tentu adalah yang paling menarik di antara semuanya.
Lebih dikenal karena bakatnya tidak mekar ketika berseragam Internazionale Milano, Laxalt lebih banyak dipinjamkan ke tim-tim lain. Di klubnya saat ini, Genoa, nasib Laxalt sebenarnya juga tidak betul-betul baik. Berposisi asli sebagai gelandang serang atau penyerang sayap, di Genoa, Laxalt bermain sebagai gelandang kiri atau bek kiri di skema 3-5-2 miliki pelatih Davide Ballardini. Boleh dibilang Laxalt tidak berada dalam situasi untuk menunjukan kemampuan terbaiknya, tetapi Tabarez kemudian tetap memanggil Laxalt.
Setelah bermain beberapa menit di laga melawan Arab Saudi, Laxalt akhirnya mendapatkan kesempatan bermain sejak menit pertama di laga pamungkas Uruguay di fase grup melawan tuan rumah Rusia. Berbeda dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya di mana Uruguay menggunakan formasi dasar 4-4-2, ketika berhadapan dengan Rusia, Tabarez menggunakan formasi dasar 3-5-2. Skema yang begitu familiar bagi Laxalt karena sudah memainkan peran serupa di musim sebelumnya. Tabarez seakan ingin mengakomodir kemampuan dari seorang Laxalt.
Hasilnya jelas sesuai dengan ekspektasi Tabarez. Laxalt bermain mengesankan sepanjang pertandingan dan Uruguay menang dengan skor 3-0. Laxalt terus berlari dan bergerak, menggempur lini pertahanan lawan. Sebuah tendangan keras dari Laxalt membentur Denis Cheryschev kemudian menjadi gol kedua Uruguay pada pertandingan kali ini. Pergerakan liar Laxalt sampai memaksa Igor Smolnikov mendapatkan kartu kuning kedua, dan mesti menyelesaikan laga lebih cepat.
Laxalt tampil hebat di laga Piala Dunia perdananya. Melihat apa yang terjadi di laga melawan Rusia, boleh jadi skema 3-5-2 dan memainkan Laxalt adalah salah satu cara yang mesti dipertimbangkan Uruguay agar bisa terus melaju di Piala Dunia edisi kali ini. Toh, terlihat pada laga kali ini ketika Laxalt dimainkan, mereka bisa memenangkan dengan skor lebih dari satu gol.