Model permainan merupakan sebuah rancangan yang dibangun dari berbagai kumpulan prinsip-prinsip strategi dan taktik. Dalam latihan dan pertandingan, berdasarkan prinsip-prinsip ini, pemain melakukan komunikasi taktik sepak bola. Dari prinsip-prinsip inilah pelatih berangkat untuk mendesain bentuk latihan yang relevan.
Membicarakan bagaimana membangun model permainan secara detail bisa sangat memakan waktu. Satu buku tebal pun belum tentu cukup. Namun, dari banyaknya variabel-variabel yang dapat memengaruhi sebuah model permainan, ada beberapa aspek yang bisa kita kategorikan fundamental. Dua dari aspek-aspek yang dimaksud adalah, yang pertama, menganalisis guna memahami kemampuan pemain tim kita sendiri, dan, yang kedua, menganalisis guna memahami tren strategi dan taktik, baik di kompetisi atau turnamen yang akan diikuti maupun lawan(-lawan) yang akan dihadapi.
Pendekatan umum dan pendekatan spesifik
Dalam persiapan menghadapi sebuah kompetisi yang panjang atau turnamen pendek, pelatih dapat memulai proses berpikir dengan “bagaimana tim-tim lawan akan bermain”. Ini dapat kita kategorikan sebagai pendekatan umum.
Contoh, apabila lawan-lawan di liga banyak memainkan penjagaan orang per orang (man to man marking/pressing), pelatih dapat memilih untuk melatih para pemain agar dapat memainkan rotasi posisional fungsional demi memanipulasi man to man lawan. Sampai tahap ini, fokus pelatihan adalah bagaimana merusak (dismarking) man to man lawan tanpa berfokus secara spesifik ke salah satu tim atau salah satu pendekatan marking tertentu dari lawan. Ini kenapa ia disebut pendekatan umum.
Desain latihannya sendiri, sudah barang tentu, juga mengacu ke kemampuan para pemain, seperti: kemampuan atletis (kelompok usia, contohnya), teknis, dan taktis. Ketiga aspek ini yang menjadi acuan pelatih untuk menentukan level bermain timnya. Level bermain berpengaruh pada kompleksitas latihan.
Selain memahami level bermain sepak bola timnya sendiri, jadwal atau jumlah latihan selama seminggu, sebulan, dan semusim, juga harus masuk dalam perhitungan karena keberadaannya akan menjadi pembeda detail-detail dalam desain latihan. Semakin jarang berlatih (2-3 kali seminggu, misalnya), kepadatan materi latihan harian bisa sangat berbeda dengan tim yang berlatih 5-6 kali dalam seminggu.
Dari pendekatan umum, pelatih masuk ke pendekatan yang (lebih) spesifik. Pendekatan spesifik dapat dilakukan sebagai persiapan menghadapi pertandingan. Menyesuaikan prinsip-prinsip dalam model permainan tim dengan cara bermain lawan terdekat merupakan salah satu bagian dari pendekatan spesifik. Di tahap ini, pelatih mereplikasi situasi-situasi yang mungkin terjadi di dalam pertandingan berikutnya dan mensimulasikannya di dalam latihan.
Bila di dalam sebuah kompetisi tim tersebut bermain seminggu sekali, maka pendekatan spesifik dapat dilakukan mingguan (pendekatan mingguan atau weekly-based approach).
Contoh kecil
Berikut beberapa contoh pendekatan yang pernah kami pakai:
Pertama, melalui observasi sebelum turnamen, saya temukan bahwa kompetitor di turnamen Piala Soeratin tingkat kota, kebanyakan memainkan pola dasar 2 atau 3 gelandang tengah (4-2-3-1, 4-3-3, atau 4-4-2). Kedua, baik dari sisi internal tim maupun tim-tim lawan, secara alami, para pemain gemar sekali melakukan progres serangan melalui koridor sayap.
Dua informasi ini melahirkan dua keputusan umum yang memengaruhi model permainan kami. Yang pertama, karena lawan memainkan pola 2 atau 3 gelandang tengah, kami perlu memainkan pola dasar 3 atau 4 gelandang tengah.
Kedua, kegemaran bermain dari sayap dapat difasilitasi dengan memainkan pola dasar yang memiliki 3 penyerang sayap atau, jika menggunakan pola 2 penyerang, desain latihannya adalah membuat penyerang sisi bola selalu sadar untuk bergerak melebar ke ruang apit (half space) atau sayap sisi bola serta membuatnya paham bagaimana caranya melakukan overload.
Desain latihan mengacu ke kedua informasi di atas. Contoh, ketika berlatih Budiki (build up dari kiper) sampai finishing, penyederhanaan bentuk permainan lapangan kecil (small sided games) mengacu pada prinsip bermain dalam bentuk dasar 3-4(berlian)-3.
Yang perlu dipahami adalah fokus utama bukan melulu pada formasi itu sendiri. Fokus pendekatan adalah pergerakan dan pola-pola (skenario) penguasaan bola serta pressing yang digunakan dalam pertandingan. Formasi dasar hanya merupakan salah satu acuan bergerak.
Penggunaan pola dasar 3-berlian-3 sebagai salah satu dasar desain latihan kami gunakan sampai kami menyelesaikan pertandingan ke-3. Setelah pertandingan ketiga, pendekatan permainan kami ubah. Bila sebelumnya kami memakai pola dasar 3-berlian-3, di pertandingan ke-4 kami menggunakan pola dasar 4-berlian-2. Mengajarkan duo penyerang untuk paham kapan dan bagaimana ikut meng-overload area sayap menjadi salah satu prinsip penting ketika kami berlatih fase-fase menyerang.
Salah satu pertimbangan mengubah pola 3 bek ke pola 4 bek adalah sebagai antisipasi atas lawan yang memilikikecepatan saat menyerang dari sayap; ditunjang pemain nomor #9 yang sangat kuat dan atletis di tengah; dan penggunaan formasi serang yang terdiri dari 3 sampai 4 pemain di lini terdepan saat progres bola memasuki separuh lapangan lawan.
Mensimulasikan lingkungan pertandingan ke dalam lingkungan latihan
Dalam kurikulum Sepak Bola Indonesia (FILANESIA) yang disusun oleh High Performance Unit (HPU) PSSI, salah satu prinsip paling krusial dalam melatih model permainan sebagai bagian dari persiapan menghadapi pertandingan adalah mensimulasikan apa yang akan pemain hadapi di dalam pertandingan terdekat ke dalam sesi latihan.
Salah satu cara paling sederhana menerapkan hal ini adalah mereplikasi skenario-skenario bermain dari kita sendiri ke dalam latihan yang berbentuk permainan lapangan kecil (small sided games/SSG).
Contoh, pola dasar 3-berlian-3 menghadapi lawan yang pressing-nyamenggunakan pola dasar 4-4-2. Hal pertama yang harus dilakukan oleh pelatih adalah menentukan prinsip-prinsip sirkulasi dan progres bola timnya sendiri disertai penjelasan mendetail peran masing-masing pemain. Bila Anda memiliki dua skenario serangan, jelaskan secara gamblang ke pemain dan uji coba keduanya melalui praktik dalam latihan.
Bek langsung mengakses lini terdepan menggunakan umpan menyusur tanah
Salah satu skenario progres bola dari lini belakng sampai lini depan dalam budiki. Half back right (HBR), half back left (HBL), dan center back (CB) di lini belakang plus empat gelandang di tengah. Di lini depan menyisakan penyerang tengah. Di tim biru, dua penyerang di depan dan dua gelandang di tengah merupakan irisan dari pola 4-4-2, yang mana hanya dua penyerang dan dua gelandang tengah yang dimasukkan ke dalam set dari sesi latihan ini.
Bola diprogres kiper (GK) ke salah satu half back, bisa kiri atau kanan. Bila akses progres ke penyerang nomor #9 serta jalur umpan ke gelandang diblokir lawan, bola dapat dimainkan kembali (back pass) ke kiper untuk kemudian dipindahkan ke half back yang bebas. Di sini kemudian pelatih perlu mengawasi pemosisian pemain. Hindari pemain-pemain gelandang menutup jalur umpan bek pemegang bola ke nomor #9.
Pemosisian DMC, CML, dan AMC di atas mampu memudahkan HBL untuk langsung mengakses nomor #9. Setelah umpan dilepaskan, AMC harus segera mengorientasikan dirinya untuk membantu nomor #9 mendapatkan situasi 2vs.1 dengan bek biru. Sekaligus, bila memungkinkan, si AMC sendiri atau nomor #9 yang menyelesaikan permainan dengan menerima bola dan menginjak garis atau membuat gol ke gawang kecil.
Untuk mengondisikan (conditioning) pemain sebelum masuk ke latihan di atas,pelatih bisa mendahuluinya melalui latihan permainan posisional. Salah satu contohnya adalah latihan 5 vs.3.
Menentukan irisan untuk latihan posisional
Setelah menentukan irisan, pelatih kemudian menyederhanakannya. Penyederhanaan dapat dilakukan dengan memainkan 5vs.3 di dalam lapangan yang lebih kecil yang disesuaikan dengan level kemampuan dan konteks spesifik latihan.
Latihan posisional 5vs.3
Latihan 5vs.3 di sini juga harus dibarengi dengan “pengenalan” prinsip-prinsip bermain yang nantinya digunakan oleh pemain dalam 11vs.11. Gambar di atas merupakan ilustrasi sederhana dari skenario bek mengakses penyerang nomor #9 disertai orientasi permainan setelah nomor #9 menerima umpan.
Menurunkan prinsip-prinsip bermain kepada pemain
Selain contoh sederhana di atas, pelatih juga perlu melatih pemain agar memahami prinsip-prinsip bermain. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan di sini merupakan panduan bagi pemain untuk beraksi; merupakan titik tolak pemain dalam melakukan komunikasi taktik.
Panah-panah di antara HBL, CF, dan AMC dalam ilustrasi sebelumnya merupakan indikator prinsip-prinsip permainan. Instruksi sederhananya adalah:
- Sebelum HBL menerima bola sodoran dari kiper, semua gelandang tengah harus melakukan shoulder-check (cek bahu) untuk memonitor di mana posisi penyerang di belakangnya.
- Saat HBL menerima bola, pastikan gelandang tengah tidak menutup jalur umpan ketiga milikHBL. Bergerak menjauh dari jalur umpan sambil berusahamemancing lawan untukmenjauhkannya dari jalur umpanHBL(contoh: lihat posisi CML).
- Posisi berdiriAMC harus memungkinkannya memonitor posisi penyerang CF (no. 9) sekaligus
- Ketika HBL melepaskan umpan ke CF, AMC harus mulai bergerak ke depan untuk membantu lini serang penyerang mempertahankan penguasaan bola.
Tentunya, penyampaian dari pelatih ke pemain harus tepat; harus gamblang dan detail disertai penggunaan bahasa yang dapat dipahami oleh pemain. Diksi dan kalimat penyampaian menjadi sangat penting di dalam fase ini. Prinsipnya adalah penggunaan istilah yang dipahami dan/atau disepakati bersama serta hindari untuk memberikan instruksi yang menghambat (narrow-breadth attention) pemain menerima informasi lebih banyak.
Contoh, jangan sampai instruksi-instruksi kepada AMC dan CF di dalam fase ini malah membuat keduanya hanya berkonsentrasi ke permainan kombinasi di antara keduanya padahal, dalam situasi serupa di dalam pertandingan, kedua penyerang sayap justru sedang tidak terjaga dan berpeluang memberikan keuntungan taktis lebih banyak bila penyerang sayap mendapat suplai bola.
Selamat mencoba!