Meski berhasil menjadi runner-up Piala Presiden 2018, Bali United sepertinya tidak segarang musim lalu. Sepertinya ada yang hilang dalam skuat asuhan Widodo Cahyono Putro. Salah satu hal yang ditenggarai menjadi penyebab adalah penampilan dari gelandang asing, Kevin Brands, yang tidak sesuai harapan. Rumor menghangat bahwa Serdadu Tridatu akan merekrut kembali gelandang asal Argentina berpaspor Australia, Marcos Flores.
Kevin Brands dianggap kesulitan beradaptasi secara permainan. Pemain asal Belanda itu seakan tidak memiliki koneksi yang baik dengan para pemain di lini serang Bali United seperti Nick van der Velden, Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, dan tentunya penyerang tengah, Ilja Spasojevic.
Kesulitan ini kemudian berpengaruh terhadap produktivitas tim. Dalam situasi tertentu, Brands kurang bisa untuk mencari ruang dan celah untuk membongkar pertahanan lawan, terutama ketika tim berada dalam situasi ditekan oleh lawan. Seperti ketika berhadapan dengan Persija di partai final Piala Presiden misalnya. Aliran bola yang mampet ini pun kemudian berpengaruh kepada kemungkinan seorang Ilija Spasojevic mencetak gol.
Sebenarnya, Lilipaly bisa saja ditempatkan di posisi gelandang serang. Meskipun demikian, tampaknya Widodo ingin melakukan eksperimen yang sama dengan ketika ia sukses membuat Irfan Bachdim memainkan peran yang lebih melebar. Widodo lebih senang memainkan Lilipaly di sektor sayap.
Marcos sendiri masih berstatus tanpa klub usai kontraknya diakhiri oleh Bali awal tahun ini, tetapi satu yang pasti, Bali United memang diberikan kompensasi terkait jumlah pemain asing karena akan berlaga di kompetisi Asia. Saat ini, Bali United sudah diperkuat oleh Ahn Byung-keon, Nick van der Velden, dan Bruno Demerson. Kabarnya, mereka diperbolehkan untuk melengkapi slot pemain asing mereka dengan satu pemain lagi. Nama Marcos menjadi yang paling mencuat seiring kemungkinannya untuk pulang kembali ke Stadion Kapten I Wayan Dipta.
Marcos Flores adalah salah satu jenis gelandang serang yang tidak biasa. Ia mungkin tidak bertenaga laiknya Makan Konate atau Paulo Sergio. Spesialisasinya pun bukan umpan-umpan panjang seperti yang dilakukan oleh Gustavo Lopez, atau bergerak secara dinamis seperti Hilton Moreira. Banyak yang menganggap bahwa Marcos lamban dan tidak bertenaga.
Yang menjadi spesial dari seorang Marcos Flores adalah visi dan kreativitasnya. Sepertiga lapangan akhir bagian penyerangan adalah daerah operasi dari seorang Marcos Flores. Ketika sudah berada di sana, ia seakan tidak terhentikan.
Masih segar dalam ingatan bagaimana terjadi kolaborasi yang sangat berbahaya antara Marcos dan Febri Hariyadi ketika sang pemain masih memperkuat Persib Bandung. Memulangkan Marcos Flores boleh jadi rencana yang bagus bagi Bali United untuk mengembalikan ketajaman mereka seperti musim lalu.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia