Uncategorized

Marcos Flores, Sang Gelandang Anti-Gores

Di musim pertamanya ia berhasil membawa Persib Bandung naik dari peringkat 12 ke lima besar klasemen akhir di Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016, dan kini di musim keduanya, ia tengah memburu gelar juara bersama Bali United di Go-Jek Traveloka Liga 1.

Kualitas seorang Marcos Flores memang tak perlu diragukan lagi. Sejak kedatangannya di Liga Indonesia tahun lalu, ia berhasil meraih predikat sebagai salah satu gelandang asing terbaik di kasta tertinggi kompetisi negeri ini. Bahkan, berkat performa apiknya ini, menurut data yang terlampir di Transfermarkt, nilai pasar Flores menembus angka 7,9 miliar rupiah!

Angka tersebut jelas sangat mencengangkan, karena Flores sama sekali tidak memiliki latar belakang sebagai pemain yang pernah berkarier di Eropa. Hanya Ezechiel N’Douassel (10 miliar rupiah) dan Michael Essien (8 miliar rupiah), yang bernilai lebih mahal dari Flores di Liga Indonesia. Gelandang berpostur 186 sentimeter ini bahkan lebih mahal dari marquee player Bali United, Nick van der Velden, yang hanya dibanderol 2 miliar rupiah.

Flores memang belum pernah mencicipi kerasnya persaingan di kompetisi Eropa, tapi banyaknya pengalaman yang ia miliki kala merumput di Liga Australia, turut membantunya untuk beradaptasi di iklim sepak bola Indonesia. Ia merupakan salah satu pemain bintang di Negeri Kanguru pada tahun 2010-2013, dengan menjadi pemain asing terbaik di musim 2010/2011 saat memperkuat Adelaide United, juga menjadi pemain terbaik di klub tersebut pada musim itu.

Sebagai pemain yang bertugas untuk menjadi penghubung lini tengah dan lini depan, Flores memang diberkahi kemampuan playmaking di atas rata-rata untuk ukuran sepak bola Asia Tenggara. Di Bali United saat ini , ia sudah mencetak 7 gol dan 6 asis dari 25 kali tampil. Padahal, ia sangat jarang bermain penuh.

Baca juga: Kuartet Belanda Bali United yang Berpotensi Menyaingi Trio Belanda

Baik ketika ditangani Hans-Peter Schaller maupun Widodo Cahyono Putro, Flores biasanya hanya memiliki waktu bermain antara 60 hingga 75 menit. Sebuah panggung pertunjukan dengan durasi yang sangat singkat, tapi tetap dapat membuat penonton bertepuk tangan dengan riuh ketika ia ditarik ke bangku cadangan.

Sebagai gelandang bertipe penjelajah, kerja Flores memang terhitung sangat berat. Apalagi dengan usia yang sudah menginjak kepala tiga, mungkin membuat staminanya tidak dapat bertahan lama di atas lapangan. Namun, ketika ia sudah ditarik keluar (kecuali karena cedera), bisa dipastikan bahwa keadaan sudah cukup aman bagi timnya untuk meraih kemenangan.

“Cukup sekian untuk hari ini, karena kami akan kembali membutuhkan dirimu yang lebih segar pertandingan berikutnya”. Kalimat yang mungkin sering didengar pemain yang berwajah mirip aktor Jeremy Thomas ini ketika ia berjalan menuju bangku cadangan di tengah pertandingan.

Situasi tersebut mirip dengan apa yang dialami pelindung layar anti-gores di touchscreen gawai lawas. Benda tersebut “menyediakan” dirinya untuk melindungi layar sang gawai, agar ia tetap mulus dan dapat berfungsi dengan normal. Suatu hari, pelindung anti-gores itu akan habis masa kerjanya dan harus diganti yang baru dengan tampilan lebih segar.

Tepat pada hari ini, pemain yang memakai nomor punggng 48 untuk menghormati ibu baptisnya yang meninggal di usia 48 tahun ini merayakan hari lahirnya yang ke-32. Sebuah usia yang semakin menunjukkan kematangan dan kedewasaan dalam bermain maupun menjalani kehidupan sehari-hari.

Selamat ulang tahun, Marcos Abel Flores Benard! Semoga di tahun pertamamu bersama Bali United, kamu dapat mempersembahkan gelar nasional pertama bagi Serdadu Tridatu!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.