Eropa Inggris

Ketika Pierre-Emerick Aubameyang Resmi Menjadi Milik Arsenal

Jendela transfer tinggal menyisakan dua hari lagi ketika sebuah kabar manis diterima oleh para fans Arsenal. Antara manajemen Arsenal dan Borussia Dortmund mencapai kata sepakat untuk transfer Pierre-Emerick Aubameyang. Bagaimana rupa skuat The Gunners ketika pemain asal Gabon tersebut resmi bergabung?

Diperkirakan, kesepakatan yang terjalin di antara Arsenal dan Dortmund akan diikat oleh nilai transfer senilai 60 juta paun, atau sekitar 65 juta euro. Praktis, dengan nilai tersebut, Aubameyang akan menjadi pemain termahal yang pernah diboyong Arsenal, mengalahkan nilai transfer Alexandre Lacazette ketika direkrut dari Lyon dengan biaya 52 juta paun.

Bersama Arsenal, Aubameyang akan diikat kontrak berdurasi 3,5 tahun dengan gaji mencapai, kurang lebih, 180 ribu paun per pekan. Namun, sebelum suporter Arsenal bisa merayakan kedatangan Aubameyang, The Gunners sendiri harus mencarikan klub baru untuk Olivier Giroud dan menunggu Dortmund resmi mendapatkan penyerang baru.

Sebelumnya, Giroud sendiri sudah mengungkapkan bahwa dirinya ingin bertahan di Kota London jika memungkinkan. Niat tersebut membuat Arsenal tak bisa memasukkan namanya ke dalam proposal penawaran untuk Aubameyang. Penyerang asal Prancis tersebut memang pada awalnya akan diberikan kepada Dortmund dengan status pinjaman sampai akhir musim.

Giroud butuh menit bermain demi mengamankan statusnya sebagai penyerang utama timnas Prancis. Jika memang harus bermain di London, maka Arsenal dikabarkan tengah mempertimbangkan meminjamkan Giroud ke Chelsea, yang kebetulan tengah mencari penyerang tengah yang baru.

Menit bermain Giroud sudah sangat terbatas bahkan sebelum Aubameyang masuk dalam radar Arsenal. Arsene Wenger sendiri tentunya tidak mudah mengambil keputusan membangkucadangkan Lacazette, penyerang termahal Arsenal saat ini.

Giroud sendiri hanya bermain di Liga Europa, atau ketika Arsenal tengah dalam posisi tertinggal. Tentu, menit bermain yang ia dapatkan tidak cukup ideal untuk mengamankan satu tempat di timnas Prancis untuk Piala Dunia 2018.

Dilemanya adalah, jika melepas Giroud ke Chelsea, maka Arsenal akan memperkuat rival secara langsung. Jika tidak melepas Giroud, Wenger kembali harus berhadapan dengan pemain yang suasana hatinya tidak menentu, sama seperti ketika begitu keras kepala mempertahankan Alexis Sanchez. Demi karier Giroud juga, mungkin melepas adalah pilihan yang akan diambil.

Lantas, bagaimana jika Aubameyang sendiri resmi bergabung dengan Arsenal? Pendekatan seperti apa yang akan dan harus diambil Wenger?

Melakukan rotasi penyerang

Pertanyaan yang akan banyak terlontar adalah, “Apakah Aubameyang dan Lacazette bisa bermain bersama?”

Jawaban paling mudah untuk pertanyaan tersebut adalah “melakukan rotasi”. Kedua pemain ini memang punya spesifikasi atribut yang berbeda. Oleh sebab itu, Wenger bisa memainkan keduanya secara bergantian, sesuai dengan ciri lawan. Perbedaan gaya bermain Aubameyang dan Lacazette sendiri tidak akan berpengaruh kepada cara bermain Arsenal secara tim.

Dengan melakukan rotasi, Wenger tak perlu mengubah cara bermain Arsenal, terutama di dua pertandingan terakhir ketika melawan Crystal Palace dan Chelsea. Kemampuan Aubameyang untuk bergerak ke sisi lapangan sangat cocok dengan cairnya permainan Arsenal. Bahkan, Aubameyang akan menambah unsur kecepatan dan kemampuan berlari mengeksploitasi ruang di belakang bek lawan. Sesuatu yang sampai saat ini masih jarang ditunjukkan oleh Lacazette.

Apakah skema ini punya kekurangan? Tentu saja, namun bukan di atas lapangan. Kekurangan yang dimaksud berhubungan dengan banderol Aubameyang. Menjadikan dua penyerang berharga 52 dan 60 juta paun sebagai “alat rotasi” saja tentu sungguh sayang. Oleh sebab itu, ketika Wenger mencadangkan salah satunya, pasti akan banyak suara sumbang yang meminta keduanya dimainkan bersama-sama.

Apakah hal itu mungkin? Bisa saja, tapi dengan pendekatan yang berbeda.

Mengorbankan satu gelandang

Tentu sangat menyenangkan melihat tim kesayangan bermain menyerang selama 90 menit. Terutama ketika lini depan diisi pemain-pemain dengan kreativitas tinggi dan ketajaman yang bisa diandalkan. Imajinasi menjadi liar dan keinginan untuk nonton bareng bersama chapter masing-masing tentu akan meningkat.

“Tuntutan” yang sama tentu akan dirasakan Arsenal ketika Aubameyang dan Lacazette bisa bermain bersama dan tidak sedang cedera.

Sesuai skema di atas, memainkan Lacazette dan Aubameyang secara bersamaan menuntut beberapa penyesuaian. Pertama, Wenger harus mengorbankan salah satu gelandang. Di dalam ilustrasi, Granit Xhaka yang dikorbankan, dengan mempertahankan Mohamed Elneny dan Jack Wilshere. Mengorbankan Mesut Özil tentu bukan pilihan yang bijak. Perlu diingat, tidak menutup kemungkinan Elneny dan Wilshere yang menjadi “tumbal”.

Masalahnya adalah, Arsenal tengah menikmati dua performa yang menyenangkan ketika bermain dengan dasar tiga gelandang (Elneny, Xhaka, Wilshere). Mengubahnya tentu akan “merusak” aliran performa apik tersebut. Namun, kesukaan Wenger akan dua pivot bisa saja membuat hal ini terjadi. Apalagi, dengan mencadangkan salah satu gelandang bisa dianggap sebagai cara melakukan rotasi.

Sebagai catatan, asumsi di atas belum memasukkan nama Aaron Ramsey, penampil terbaik Arsenal sebelum dirinya cedera. Ketika Ramsey sembuh, tentu skema yang bisa disajikan Wenger bisa lebih kaya. Dengan menambah dua pemain dalam diri Aubameyang dan Mkhitaryan, Wenger bisa menggelar berbagai rupa skema, dengan tetap mempertahankan cairnya pergerakan dan kesatuan tim.

Jika Wenger bisa membuat tim tetap disiplin mempertahankan struktur, Arsenal akan menjadi sebuah unit dengan lini depan yang berbahaya, bersanding dengan Manchester City dan Liverpool. Tapi ingat kata kuncinya ya, jika Wenger bisa membuat tim disiplin mempertahankan struktur.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen