Dunia Asia

Safee Sali, Ia yang Merangkul Setelah Menyakiti Indonesia

Delapan tahun setelah kegagalan meraih gelar juara Piala AFF 2010, nama Safee Sali masih berbekas di benak para pencinta tim nasional Indonesia. Bagusnya, setelah menghancurkan mimpi juara Merah-Putih, pemain Malaysia ini datang untuk terjun langsung menjajal sepak bola di negeri kita tercinta ini.

Menyambut ulang tahun ke-34 sang penyerang bertubuh gempal ini, banyak cerita yang bisa kita bahas dari dirinya. Safee ternyata tak bisa jauh-jauh dari Indonesia, karena ternyata ia masih punya hubungan darah dengan negara ini.

“Ada darah Jawa di dalam diri saya. Tapi saya asli warga negara Malaysia, karena sejak dari kecil saya sudah di sini,” ungkap Safee seperti dikutip Seputar Indonesia beberapa tahun lalu.

Mungkin itulah yang mendorongnya untuk datang ke Indonesia pada tahun 2010. Di bawah bendera Pelita Jaya, Safee akhirnya merasakan antusiasme sepak bola Indonesia. Selama dua tahun di klub tersebut, ia cukup produktif dengan mencetak 27 gol. Pria yang lahir pada tanggal 29 Januari 1984 ini juga dipercaya sebagai kapten Pelita pada musim keduanya.

Setelah menghibur pencinta sepak bola Indonesia dengan aksi-aksinya, pemain ini bisa dikatakan tak jadi dibenci oleh publik negara ini. Padahal, pada akhir tahun 2010, ia mematahkan hati pencinta timnas Indonesia dengan mencetak tiga gol bagi Harimau Malaya di final.

Akibat takluk dengan skor 0-3 di Stadion Bukit Jalil, Indonesia tak mampu mengalahkan Malaysia dalam aturan agregat skor setelah hanya menang 2-1 di Jakarta. Malaysia pun merebut gelar juara Piala AFF dari Indonesia sekaligus menjadi kampiun untuk kali pertama sepanjang sejarah. Turnamen itu juga melambungkan nama Safee, yang keluar sebagai pencetak gol terbanyak dengan koleksi lima gol.

Baca juga: 26 Desember 2010, Misteri dan Tragedi di Stadion Bukit Jalil

Pemain kelahiran Kajang, Selangor, memang pernah mengakui Indonesia cukup spesial di hatinya. Meski demikian ia juga menegaskan bahwa ia akan membela Malaysia dengan seluruh jiwa dan raganya jika bertemu dengan Indonesia di dalam sebuah pertandingan.

Pengalamannya membela Pelita Jaya mendatangkan berhak tersendiri bagi penyerang ikonik ini. Pada tahun 2011, ia sempat diundang untuk mengikuti seleksi bersama klub Wales yang tampil di Liga Inggris, Cardiff City. Sayang, beberapa hal termasuk masalah izin kerja menghambat kemungkinan dirinya melanjutkan karier di Eropa.

Selanjutnya, mantan pemain Sarawak, Selangor FA, dan Kuala Lumpur FA ini kembali ke Indonesia. Namun, perjalanannya di Indonesia selanjutnya berakhir membingungkan. Pelita Jaya melebur dengan Arema Cronus pada pertengahan 2012, sehingga Safee secara otomatis menjadi bagian skuat Singo Edan. Namun, karena Arema bergabung dengan liga yang saat itu dianggap ilegal, pemain bertinggi badan 172 sentimeter ini dipinjamkan ke Johor Darul Ta’zim (JDT).

Di luar dugaan, JDT ternyata mempermanenkan kontrak pemain yang telah mencatatkan lebih dari 70 penampilan bersama tim nasional Malaysia ini. Ia lalu menikmati tiga gelar juara Liga Super Malaysia berturut-turut, plus satu gelar bergengsi, Piala AFC. Namun, tahun-tahun Safee di JDT dipenuhi beberapa kontroversi, termasuk perkelahiannya di lapangan dengan Kiko Insa. Pada tahun 2017, ia akhirnya menyudahi kebersamaannya dengan klub raksasa Malaysia tersebut untuk bergabung dengan PKNS.

Melihat usianya yang kini sudah menginjak 34 tahun, mungkin tak lama lagi Safee akan gantung sepatu. Namun, sampai kapan pun penggila sepak bola di Indonesia akan memiliki kenangan spesial tentang pemain ini.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.