Eropa Italia

Milan Skriniar: Bersama Internazionale Milano untuk Bersinar

Maurizio Sarri memandang Luciano Spalletti seperti seorang menteri pertahanan. Pujian tersebut dilontarkan selepas Internazionale Milano dengan sangat baik meladeni agresivitas Napoli. Tentu, seorang menteri pertahanan membutuhkan awak personel yang andal. Spalletii punya personel muda yang siap bersinar, namanya Milan Skriniar.

Usianya masih 22 tahun dan Skriniar sudah terlihat seperti pemain veteran. Mantan pemain Sampdoria ini sudah nampak seperti menguasai lini pertahanan Internazionale. Bersama duetnya, Joao Miranda, Skriniar membentuk kombinasi dua bek tengah yang tak hanya tangguh, namun juga dapat menyokong proses Internazionale membangun serangan.

Pertahanan Internazionale memang dapat belum sepenuhnya dikatakan kokoh, atau Anda boleh menyebutnya belum konsisten. Namun, dengan komposisi pemain yang tepat dan pendekatan pelatih di laga besar, Internazionale, khususnya Skriniar, hanya membutuhkan waktu lebih untuk membentuk unit yang solid.

Dalam diri Skriniar sendiri, Internazionale sendiri tak hanya mendapatkan bek tangguh dan pintar. Skriniar adalah wujud investasi jangka panjang yang patut mendapatkan pujian. Ia tak perlu waktu lama untuk beradaptasi dan dengan 23 juta euro dana yang dikeluarkan untuk memboyong Skriniar dari Il Samp, bisnis ini jauh lebih baik ketimbang mercato Internazionale yang sempat begitu buruk.

Milan Skriniar

Yang ditawarkan Skriniar untuk Nerazzuri

Jika diamati, satu hal yang langsung terbayang adalah kecerdasan pemain asal Slovakia ini. Aspek kecerdasan sangat penting untuk bek tengah, membantu Skriniar untuk bisa meredam beragam macam jenis penyerang di Serie A Italia.Ketika tak bisa berpikir jernih, bek tengah di Italia akan dapat dengan mudah dimanfaatkan penyerang-penyerang yang bisanya cerdik, sekaligus licin.

Pertama, silakan simak video Skriniar di bawah ini dan perhatikan kebiasaannya mengambil bola dari kaki lawan.

https://www.youtube.com/watch?v=d7hTxmDiPbU

Video tersebut merupakan kompilasi penampilan Skriniar ketika masih berseragam Sampdoria. Terlihat dengan jelas akurasi Skriniar untuk melakukan tekel tanpa menjatuhkan diri. Kaki yang panjang dan kokoh membuat Skriniar bisa menjulurkan kaki dengan mudah, sekaligus menahan benturan dengan kaki lawan ketika mengambil bola. Jadi, ketika berhasil merebut bola, lawan tidak akan mudah mengambil kembali penguasaan, karena biasanya langsung terpelanting.

Namun, dari video di atas, ada satu momen menarik, yang kemungkinan besar luput dari pengamatan. Momen yang dimaksud adalah ketika Skriniar menubrukkan badan dengan sekejap sembari menjulurkan kaki untuk mengambil bola, tepatnya menit 2:11.

Tubrukan badan yang ia lakukan bukan untuk sengaja menjatuhkan lawan, karena tentu saja akan berbuah pelanggaran. Skriniar menubrukkan badan untuk membuat penyerang lawan kehilangan keseimbangan. Karena saking cepatnya, serta “disamarkan” dengan juluran kaki, penyerang lawan bahkan wasit, bisanya, tidak akan menyadari siasat ini. Konsentrasi penyerang lawan pasti akan tersita kepada aksi berkelit mengamankan bola dari terjangan kaki Skriniar.

Ketika kehilangan keseimbangan, badan lawan akan cenderung goyah atau condong ke satu arah, yaitu menjauhi bola. Aksi yang mungkin hanya satu detik ini yang mengizinkan Skriniar untuk mencuri bola dengan nyaman, tanpa mengganggu arah lari penyerang lawan.

Meski terlihat mudah, aksi ini memerlukan tiga teknik dasar bek tengah yang sulit dikuasai, yaitu penguasaan timing, kemampuan membaca arah gerak lawan, dan memaksimalkan gerak tubuh bagian atas. Kombinasi dari tiga teknik terjadi dalam waktu bersamaan dan Skriniar bisa melakukannya dengan baik.

Baca juga: Milan Skriniar, Pelengkap Kepingan Eropa Timur di Inter Milan

Kemampuan ini akan sangat berguna ketika melawan penyerang lawan yang tinggi dan berbadan kokoh, misalnya Edin Dzeko. Lawan dengan profil postur seperti Dzeko biasanya mampu melindungi bola dengan baik. Penyerang seperti ini akan rentan ketika ia mencoba menggiring bola. Ketika ia mencoba mengubah arah bola inilah Skriniar bisa memaksimalkan kemampuannya.

Apakah Skriniar sendiri menyadari kemampuannya? Bisa jadi tidak, karena aksi tersebut berhubungan dengan memori otot, yaitu suatu gerakan yang sudah dilatih secara intensif dan dikeluarkan secara alami hingga si pemain tak menyadari sudah menguasai teknik sulit tersebut.

Seorang bek pasti diajarkan cara menabrakkan badan dengan baik. Lama-kelamaan, aksi tersebut seperti menjadi aksi alamiah ketika seorang bek tengah beradu dengan penyerang lawan. Dan lama-kelamaan pula, bek tersebut akan mendapatkan timing paling ideal untuk menubrukkan badan. Semua dilatih di tengah latihan intensif dan tumpukan pengalaman pertandingan. Dan di usia 22 tahun Skriniar bisa melakukannya. Mengerikan!

Selain cermat menubrukkan badan, Skriniar juga cerdas menghadapi lawan yang mengandalkan kelincahan dan kecepatan, misalnya seperti Lorenzo Insigne. Perhatikan video di bawah:

https://twitter.com/BTLvid/status/922528178945581062

Ketika melawan penyerang yang lebih pendek dan lebih gesit, Skriniar tidak gegabah untuk menjulurkan kaki. Ia mengukur jarak dan membiarkan Insigne masuk ke dalam jangkauan kakinya. Ketika Insigne mencoba memanfaatkan celah di samping tubuhnya, Skriniar juga mengikuti gerakan tersebut untuk kemudian menjulurkan kaki, dengan akurasi yang memuaskan.

Aksi ini menunjukkan bahwa Skriniar bisa bermain dengan kepala dingin, apalagi ketika menghadapi lawan yang tengah berada dalam performa apik. Pengukuran jarak yang dilakukan Skriniar juga diselaraskan dengan penempatan posisi kawan.

Jadi, Insigne seperti tidak punya opsi lain selain menggiring bola. Meski berhadapan satu lawan satu dengan lawan yang tangkas, pola pikir Skriniar tetap bertahan sebagai kesatuan unit. Dan hal ini yang akan membuat pertahanan Internazionale semakin kuat seiring waktu.

Seperti kata Johan Cruyff, jika bertahan dalam wilayah yang terlalu luas, seorang bek akan terlihat medioker. Namun jika ia bisa bertahan dalam ruang yang lebih kecil, seorang bek akan menjadi kelas dunia. Skriniar tak pernah lepas dari pola pikir itu. Ia menyesuaikan diri dengan gerak tim, tidak bertahan secara individu.

Skriniar punya potensi

Potensi bersinar

Usia muda selalu menguntungkan bagi mereka dengan bakat besar. Mereka punya waktu panjang untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Skriniar punya keistimewaan itu, di mana usia 22 hingga nanti 25 tahun adalah masa menyerap ilmu lebih banyak lagi. Masuk usia emas, Skriniar bisa menjelma sebagai salah satu bek paling tangguh di dunia.

Ia punya dasar untuk menjadi Nemanja Vidic yang tangguh itu. Pun, Skriniar bisa menjadi seperti Alessandro Nesta yang lihai merebut bola dari kaki lawan. Yang perlu ia lakukan hanya belajar lagi. Itu saja. Dan tentu saja tetap rendah hati, tak berpuas diri, dan mawas diri. Karena terkadang, gangguan terbesar seorang pemain muda bukan lawan tangguh di atas lapangan hijau.

Skriniar punya potensi untuk bersinar sedangkan Internazionale Milano sudah berbisnis dengan benar. Yang perlu dinggat bukan hanya menjadi pesepak bola tenar. Skriniar harus sadar bahwa kerja keras tak boleh pudar.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen