Islandia terkenal akan keindahan alamnya yang luar biasa. Negara Nordik yang terletak di Atlantik Utara ubu memiliki banyak pegunungan aktif yang megah, gletser, dan mata air panas yang menyembur dalam waktu-waktu tertentu.
Selain itu, karena lokasinya yang berada di Utara, Tribes dapat menyaksikan fenomena Aurora Borealis, cahaya indah yang menyala pada lapisan ionosfer, di bulan Oktober ini. Berkat keindahan alamnya ini, Islandia menjadi destinasi wisata yang populer belakangan ini.
Islandia pun memiliki kultur yang masih lekat dengan kebiasaan Viking dahulu kala, seperti berburu ikan paus dan sebagainya. Sebagaimana kita tahu, bangsa Viking terkenal akan maskulinitasnya, dan ini turun ke kebiasaan berolahraga yang kental bagi rakyat Islandia.
Mereka terhitung aktif berolahraga, dengan bola tangan, atletik, ski, dan basket sebagai olahraga yang populer di sana. Bagaimana dengan sepak bolanya? Sepak bola baru menjadi olahraga yang populer di Islandia belakangan ini, terutama setelah prestasi yang mereka torehkan di Piala Eropa 2016.
Kini, Islandia tengah menikmati kesuksesan, dan berada di pintu kelolosan secara otomatis ke Piala Dunia 2018 nanti di Rusia. Meskipun begitu, proses yang negara kecil ini jalani hingga bisa seperti sekarang, sangat menakjubkan laksana dongeng yang indah.
Islandia tak pernah memiliki sejarah yang baik di sepak bola sebelum tahun 2016 lalu. Negara dengan ibu kota Reyjkavik ini tak pernah sekali pun bermain di putaran final Piala Dunia, dan baru sekali berpartisipasi di Piala Eropa. Selain itu, Islandia tidak pernah menyumbangkan pemain-pemain top di kancah tertinggi sepak bola dunia.
Selain Eidur Gudjohnsen, dapatkah Tribes menyebutkan siapa lagi pemain asal negara cantik ini yang bermain di klub besar di Eropa?
Meskipun Islandia telah berpartisipasi sejak tahun 1974 di kualifikasi turnamen-turnamen besar seperti Piala Eropa dan Piala Dunia, mereka tak sekali pun mampu menembus putaran final.
Negara tempat asal band rock, Sigur Ros ini, mulai bangkit semenjak tahun 2000-an. Dengan hadirnya, Gudjohnsen, nama Islandia mulai terkenal di antara pencinta sepak bola di seluruh dunia. Mereka nyaris berpeluang melaju ke babak play-off Piala Eropa 2004, namun harus rela duduk di peringkat tiga babak kualifikasi di bawah Skotlandia dengan hanya berselisih satu poin.
Namun sayangnya, prestasi mereka terus anjlok. Memasuki periode 2010-an, kondisi mereka tak kunjung membaik. Bahkan, di tahun 2012 antara bulan April hingga Juni, mereka sempat berada di peringkat 131 versi FIFA! Peringkat tersebut adalah yang terburuk sepanjang sejarah sepak bola Islandia.
Nasib Islandia membaik setelah manajer yang menangani mereka saat ini, Heimir Hallgrimsson, masuk di tahun 2013. Hallgrimsson berduet dengan pelatih kawakan asal Swedia, Lars Lagerback, yang kini menjadi manajer timnas Norwegia.
Keputusan untuk mengangkat Hallgrimsson tentunya menarik, mengingat pelatih yang satu ini juga memiliki pekerjaan sebagai dokter gigi! Namun, keputusan KSI, persatuan sepak bola Islandia, terbukti adalah keputusan yang tepat. Dengan tangan dingin Hallgrimsson (dan Lagerback), Islandia hampir lolos ke Piala Dunia 2014 di Brasil, tepat dua tahun setelah mereka terlempar ke luar 100 besar peringkat FIFA. Sayangnya, perjuangan The Boys harus terhenti di babak play-off setelah dikalahkan oleh Kroasia.
Meskipun begitu, selang dua tahun kemudian, proses panjang perjuangan Islandia membuahkan hasil. Di turnamen besar pertama mereka, Islandia membuat kejutan dengan melaju hingga ke babak perempat-final. Mereka tak terkalahkan di fase grup, dan berhasil mencatatkan kemenangan historis melawan nama besar di sepak bola dunia, Inggris.
Masih teringat jelas bagaimana Islandia menjadi sisi yang teramat dicintai di Piala Eropa 2016, bagaimana para suporternya yang menciptakan tepuk tangan khas Viking, fakta bahwa kiper utama mereka, Hannes Thor Halldorsson adalah seorang sutradara film, namun mampu tampil ciamik sepanjang turnamen, bagaimana perjalanan negara yang penduduknya hanya berkisar tiga ratus ribu jiwa ini berhasil menggetarkan jiwa penikmat sepak bola di seluruh dunia. Kredit tentu harus diberikan kepada Hallgrimsson dan Lagerback karena telah berhasil membangun skuat yang solid meski dihuni minim pemain bintang.
Bagaimana Islandia bisa mencatatkan prestasi yang mengagumkan itu?
Dilansir melalui Guardian, terungkap bahwa rahasia kesuksesan Islandia adalah dari banyaknya pelatih yang berkualitas, fasilitas sepak bola yang berkelas, serta pendidikan sepak bola usia muda yang baik. Pelatihan khusus pelatih sepak bola benar-benar diperhatikan dengan baik di negara ini.
Mereka memiliki 600 pelatih sepak bola, dengan 400 di antaranya memiliki lisensi B UEFA. 600 pelatih untuk 335 ribu penduduk, atau jika diperkecil, menjadi satu pelatih untuk 825 orang. Bandingkan dengan katakanlah, Inggris, yang hanya memiliki satu pelatih untuk 11 ribu orang. Fasilitas sepak bola di negara ini juga membantu para pelatih itu untuk membagikan ilmunya.
Islandia memang terhitung sebagai negara yang makmur, jadi jangan kaget jika di sana memiliki banyak lapangan sepak bola yang beratap sekaligus memiliki penghangat ruangan, mengingat betapa dinginnya suhu di sana. Kepingan terbaik kesuksesan Islandia tentu berada di pendidikan sepak bola usia mudanya.
KSI membangun banyak lapangan sepak bola yang ditempatkan di sebelah sekolah-sekolah dasar, agar anak-anak bisa latihan tanpa harus memikirkan lokasi yang jauh. Langkah-langkah ini tentunya patut ditiru oleh semua negara, termasuk Indonesia, untuk memajukan sepak bolanya.
Kini, Islandia hanya tinggal menghadapi lawan yang relatif mudah, Kosovo, untuk memastikan lolos ke Rusia 2018. Sejarah akan kembali diciptakan oleh Gylfi Sigurdsson dan kolega apabila mampu memastikan lolos secara langsung. Sebuah prestasi lumayan bagi negara yang hanya berpenduduk tiga ratus ribu jiwa, dilatih oleh seorang dokter gigi, dan memiliki kiper seorang sutradara film, bukan?
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket