Piala AFF akan diadakan lagi pada bulan Desember tahun ini. Turnamen yang akan menentukan negara terkuat di Asia Tenggara ini akan diadakan setelah tahun lalu terpaksa dibatalkan karena pandemi Covid-19. Banyak fans di Asia Tenggara yang menanti-nanti, sejauh mana negara mereka akan melaju di Piala AFF kali ini, dan siapa yang akan merebut gelar juara di akhir turnamen.
Vietnam jelas menjadi unggulan terdepan di turnamen bulan Desember nanti. Mereka memiliki modal yang lebih bagus dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain, mengingat keberhasilan mereka lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan mengalahkan negara-negara asal Asia Tenggara lainnya, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Akan tetapi, Vietnam tidak boleh menganggap remeh negara lainnya, mengingat mereka mesti memperbaiki diri setelah gagal mengikuti langkah vietnam di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022. Mereka harus waspada terhadap setiap negara yang siap merengut gelar juara yang mereka dapat di tahun 2018.
Dan berbicara tentang tidak boleh menganggap remeh, ada satu negara yang wajib diberikan perhatian ekstra oleh negara-negara lainnya. Negara tersebut adalah Indonesia. Banyak media yang memberikan perhatian lebih kepada Indonesia, mengingat gencarnya rumor terkait naturalisasi pemain berketurunan Indonesia yang sedang bermain di Eropa. Kehadiran mereka jelas akan membuat kompetisi lebih sulit diprediksi.
Namun sayangnya, dengan banyaknya rumor terkait Indonesia yang beredar di media sosial, banyak fans tidak menyadari, mereka bisa jadi tim yang sangat berbahaya, atau mereka juga bisa jadi tim yang akan mengalami kesulitan di piala AFF nanti. Penyebabnya adalah jadwal piala AFF yang bermain di luar kalender internasional FIFA. Hal ini membuat para pemain yang berkarir di luar Asia Tenggara terancam tidak dapat tampil, mengingat tim tidak berkewajiban melepas pemainnya. Dan tim-tim yang memiliki pemain dari Asia Tenggara jelas enggan melepaskan pemainnya, mengingat jadwal kompetisi mereka akan semakin padat menjelang akhir tahun.
Jika para pemain yang bermain di luar Asia Tenggara tidak dapat tampil, maka Indonesia bisa mengucapkan selamat tinggal terhadap rencana naturalisasi mereka untuk membantu Indonesia juara piala AFF ini, mengingat nama-nama pemain yang akan dinaturalisasi adalah pemain yang menjadi andalan di timnya masing-masing. Meskipun belum ada yang tahu bagaimana para pemain naturalisasi akan beradaptasi dengan gaya bermain timnas Indonesia, ketidakhadiran mereka di piala AFF akan mengecewakan banyak pihak.
Akan tetapi, hal tersebut bukanlah kerugian, melainkan keuntungan yang hilang dari Indonesia. Kerugian sebenarnya yang harus mereka hadapi adalah kemungkinan tiga pemain kunci yang tidak dapat bermain karena masalah yang sama di turnamen nanti, yakni Asnawi Mangkualam Bahar yang bermain di Korea Selatan, Egy Maulana Vikri di Serbia, dan Witan Sulaeman di Polandia. Kehilangan Egy dan Witan di lini depan tidak dapat dipungkiri akan mempengaruhi lini depan Indonesia. Dengan gocekan khas mereka, umpan-umpan silang terukur, serta kemampuan mencetak gol baik dari jarak jauh ataupun jarak dekat, membuat mereka menjadi pemain andalan yang hampir selalu bermain ketika dipanggil memperkuat timnas Indonesia.
Meskipun begitu, ketidakhadiran mereka masih dapat ditutupi oleh pemain lainnya, seperti pemain muda Persipura Ramai Rumakiek ataupun pencetak gol terbanyak bagi PSS Sleman, Ramai Rumakiek. Kehilangan yang akan menjadi masalah untuk Indonesia adalah Asnawi Mangkualam Bahar. Bek kanan yang membela Ansan Greeners ini selalu tidak tergantikan di Timnas Indonesia. Ketenangannya dalam mengawal sisi kanan lapangan serta kelihaiannya membantu penyerangan tidak mudah digantikan oleh pemain lainnya. Apabila Asnawi tidak dapat dipanggil, Indonesia kemungkinan besar akan menggeser satu bek tengah mereka menjadi bek kanan, atau memanggil bek kanan lain yang jelas harus beradaptasi lagi dengan skema pelatih.
Kehilangan ketiga pemain tersebut akan membuat perjuangan Indonesia lebih berat lagi. Mereka mendapatkan tuntutan berat untuk meraih gelar juara di tahun ini, mengingat mereka belum pernah meraih gelar juara piala AFF sekalipun semenjak turnamen tersebut digulirkan. Tekanan yang lebih besar jelas dirasakan pelatih Shin Tae-yong, mengingat nasibnya akan ditentukan di turnamen ini setelah serentetan kegagalan di kualifikasi Piala Dunia hingga kualifikasi Piala Asia U-23.
Dengan banyaknya tekanan serta kerugian yang mungkin akan menerpa mereka, tentu menarik untuk menunggu sejauh mana Indonesia akan melaju di piala AFF tahun ini.