Tidak banyak kiper di Indonesia yang memiliki spesialisasi mementahkan eksekusi penalti lawan, dan salah satunya adalah Ferry Rotinsulu.
Bahkan hingga saat ini, Fery Rotinsulu selalu disebut sebagai putra terbaik Palu, Sulawesi Tengah.
Kariernya dimulai di sana hingga kemudian direkrut ke Persijatim Solo FC yang kemudian bertransformasi menjadi Sriwijaya FC. Di tim Sumatra Selatan tersebut, Ferry mencapai puncak kariernya.
Copa Indonesia 2007 menjadi major trophy pertama yang dipersembahkan Ferry untuk tim Elang Sriwijaya. Ia tampil hebat sepanjang turnamen.
Penampilan terbaik Ferry adalah di dua partai puncak. Pada babak semi-final, dalam laga melawan Pelita Jaya, Ferry berhasil menghentikan eksekusi dari Ardan Aras dan Vagner Luis dalam drama adu penalti.
Pada partai puncak, Ferry lagi-lagi menjadi pahlawan. Ia berhasil mementahkan tendangan dari David da Rocha dan Eduard Ivakdalam, sekaligus memastikan gelar juara jatuh ke tangan Laskar Wong Kito.
BACA JUGA: Mengkritik Kepa Arrizabalaga
Pada musim yang sama, Ferry juga berhasil mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia untuk Sriwijaya FC. Ia terus berada di sana hingga tahun 2013.
Setelah kesuksesan pada musim 2007/2008, pada tahun-tahun selanjutnya Ferry juga terus membantu Sriwijaya FC meraih gelar juara termasuk Liga Super Indonesia pada tahun 2012.
Ujung karier penuh luka
Ferry Rotinsulu harus diakui sebagai salah satu kiper hebat yang pernah ada di kancah sepak bola Indonesia.
Menjadi luar biasa karena Ferry bukanlah tipe kiper dengan tinggi menjulang seperti Markus Haris Maulana atau Kurnia Meiga.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi ia bisa menggapai bola di udara dengan baik. Refleksnya juga kelas satu.
Sebenarnya yang ditunjukan oleh Andritany di masa kini, tidak jauh berbeda dengan yang ditunjukan oleh Ferry di era sebelumnya.
Masalah besar yang dialami Ferry dan sangat menghambat kariernya adalah faktor cedera. Ia termasuk pemain yang rentan cedera.
Penyebab utamanya adalah karena penyelamatan-penyelamatan eksentrik yang ia lakukan. Juga karena kebiasaanya untuk menyergap penyerang lawan ketika mereka masuk ke jantung pertahanan.
Tak jarang Ferry kemudian mengalami tabrakan atau benturan yang kemudian menyebabkan dirinya menderita cedera.
Salah satu yang tentu masih segar dalam ingatan adalah ketika ia membela timnas Indonesia, di mana ia kemudian mesti digantikan di tengah-tengah pertandingan, karena berbenturan dengan penyerang lawan.
Meskipun pihak Sriwijaya maupun para penggemar memberikan status legenda kepada Ferry Rotinsulu, pada kenyataanya akhir karier kiper tampan ini tidak berjalan begitu baik.
Setelah memberikan banyak gelar juara, Ferry mesti mendapati dirinya dilepas karena cederanya tak kunjung sembuh.
Ia sempat memperkuat Persebaya Surabaya dan Mitra Kukar, hingga akhirnya pensiun pada tahun 2016 di usia yang tergolong masih segar untuk seorang penjaga gawang, yaitu 34 tahun.
Yang pasti akan selalu dikenang, adalah bagaimana dengan postur yang tidak terlalu tinggi Ferry melayang untuk menggapai bola atau terbang menghentikan sepakan lawan.
Juga bagaimana ia menggagalkan penalti, satu hal ikonik yang akan selalu menjadi hal yang selalu diingat dari sosok seorang Ferry Rotinsulu.
Dan pada hari ini, 28 Desember, merupakan hari ulang tahun dari sang penjaga asal Palu ini.
Selamat ulang tahun, Ferry Rotinsulu.
BACA JUGA: Menyusuri Jejak Evolusi Kiper (Bagian Kedua)