Juan Sebastian Veron (Argentina) adalah pemain asal daratan Amerika Latin pertama yang diboyong Manchester United dan mendaratkan kakinya di kota Manchester pada tahun 2001.
Perannya di lini tengah United tidak terlalu berpengaruh pada permainan klub saat itu. Paul Scholes pernah berkata, “Veron adalah pemain berkualitas dengan skill di atas rata-rata, namun permainannya tidak cocok dengan gaya sepak bola Inggris”.
Setahun berselang tepatnya tahun 2002, United mendatangkan Diego Forlan (Uruguay) dari klub asal Argentina, Independiente.
United sangat berharap pada Forlan untuk menjadi lumbung gol bersama Ruud van Nistelrooy, dengan ambisi merebut takhta juara Liga Inggris musim 2002/2003.
Sayang, ekspektasi Sir Alex tidak terealisasi karena Forlan hanya mampu mencetak 17 gol selama dua musim di semua ajang. Torehan yang buruk untuk seorang pemain yang berposisi striker.
Pada tahun 2003 The Red Devils merekrut gelandang Brasil, Kleberson. Ia tampil impresif bersama Selecao di Piala Dunia Korea-Jepang 2002.
United bisa dibilang “hoki” karena klub besar seperti Barcelona dan Real Madrid juga tertarik meminangnya. Namun seperti jatuh di lubang yang sama, duta Amerika Selatan kembali gagal untuk bersinar di Old Trafford.
Rasa penasaran Sir Alex terhadap potensi dari bagian selatan benua Amerika masih berlanjut dengan merekrut Gabriel Heinze (Argentina) pada tahun 2004. Heinze sempat menjadi pemain terbaik di musim pertamanya, tapi akhirnya harus meninggalkan Old Trafford karena dilanda cedera.
Tahun 2007, Anderson (Brasil) dan Carlos Tevez (Argentina) menghiasi skuat Theatre of Dreams. Kiprah dua pemain ini tidak bisa dibilang buruk, pembuktian itu mereka tunjukkan dengan mengantarkan Manchester United meraih juara Liga Champions 2008 dengan mengalahkan Chelsea di final.
Lagi-lagi, Anderson yang berkutat dengan cederanya sehingga tak mampu tampil reguler, dan Tevez yang bersitegang dengan sang pelatih.
Kutukan seolah sesaat hilang bagi pemain Amerika Selatan di Manchester United. Tahun 2008 Setan Merah merekrut pemain kembar yang berposisi sama yaitu bek sayap, Rafael dan Fabio da Silva (Brasil). Mereka tampil cukup impresif meskipun hanya jadi pilihan kedua oleh sang pelatih.
Diplot sebagai suksesor CR7 yang hengkang ke Real Madrid, Antonio Valencia (Ekuador) yang diboyong dari Wigan Athletic pada tahun 2009 mampu mematahkan kutukan itu, dengan tampil reguler dan menjadi bek kanan andalan bagi klub selama satu dekade.
Bahkan ia sempat dipercaya menjadi kapten untuk menggantikan Rooney yang hengkang ke Everton, dan sempat pula menjadi pemain tercepat nomor satu dunia dengan mengalahkan mega bintang sekaliber Messi dan Cristiano Ronaldo.
Era kepelatihan berganti seiring kedatangan pelatih asal Belanda, Louis van Gaal. Angel Di Maria (Argentina), Radamel Falcao (Kolombia), Marcos Rojo (Argentina), dan Sergio Romero (Argentina), adalah sederet nama yang menjadi rekrutan besar van Gaal pada saat itu.
Di Maria yang dipercaya mengenakan nomor keramat di klub yaitu nomor 7, alih-alih menjadi ikon klub justru melempem di pertengahan musim karena cedera.
Radamel Falcao yang berstatus pemain pinjaman dari AS Monaco pun hanya mampu menciptakan empat gol di semua ajang.
Marcos Rojo yang digadang akan menjadi tumpuan di lini pertahanan tidak mendapat tempat di tim inti, dan hanya menjadi pelapis karena kalah bersaing oleh bek lain.
Sergio Romero mungkin adalah satu-satunya pemain rekrutan van Gaal yang bernasib lebih baik, tapi lagi-lagi, dia hanya menjadi pelapis David de Gea.
Kemudian pemain asal Chile dan salah satu pembelian termahal sepanjang sejarah Manchester United, Alexis Sanchez, menjadi pemain Amerika Latin yang kesekian kalinya menjadi rekrutan gagal MU, kali ini di masa kepelatihan Jose Mourinho.
Menjadi andalan di Arsenal, ia tidak mampu jadi motor serangan yang tangguh seperti yang ia lakukan di klub asal London Utara tersebut. Sanchez pun akhirnya dilego ke Inter Milan.
Kekurangan pemain tengah di bawah asuhan Mourinho memang menjadi momok bagi klub. Andreas Pereira (Brasil) yang dipromosikan dari akademi untuk mengisi pos lini tengah tidak konsisten.
Tak urung mencari pemain tengah, United merekrut Fred (Brasil) dari klub Ukraina, Shakhtar Donetsk.
Penampilannya pun gitu-gitu saja, perannya tidak terlalu mengangkat performa tim, bahkan jarang dimainkan oleh Mourinho hingga ia sempat menjadi pilihan “kepepet” Ole Gunnar Solskjaer di lini tengah bersama McTominay.
Musim 2020/2021 manajemen klub kembali mengambil kebijakan dengan merekrut pemain Amerika Selatan.
Nama-nama tersebut adalah Alex Telles (Brasil) dan duo Uruguay, Edinson Cavani serta Facundo Pellistri. Mereka diharapkan menjadi penyelamat MU yang tampil amburadul dan inkonsisten sepanjang tahun 2020.
Entah sampai kapan pinggiran kota Manchester menjadi mimpi buruk bagi pemain asal Amerika Selatan.
Yang pasti, para fans Setan Merah masih berharap kepada Tuhan, setidaknya ada satu saja musafir Amerika Latin yang datang silih berganti mampu menjadi pemain besar, dan menjadi ikon klub suatu saat nanti.
BACA JUGA: Roses Derby Pertama Setelah 16 Tahun
*Penulis adalah musisi yang mencintai Manchester United sejak tahun 2004 dan pengagum berat Ryan Giggs. Bisa disapa di akun Twitter @fikrirabbani__