Suara Pembaca

Mengapresiasi Hari Nur Yulianto, Si Invincible dari Kendal

Berposisi asli sebagai penyerang sayap, Hari Nur Yulianto menjadi sosok yang mengeksplorasi dirinya di lini depan PSIS Semarang. Pernah bermain di sayap kanan dan lebih banyak diturunkan pada sayap kiri, ia sesekali berimprovisasi menjadi penyerang bayangan yang menawan.

Bekerja sama dengan Bruno Silva di lini depan Mahesa Jenar, Hari Nur Yulianto menjadi tandem yang efektif bagi penyerang asal Brasil tersebut.

Pergerakan tanpa bola yang selalu mengejutkan lawan dan acap kali lolos dari penglihatan lawan, di samping umpan yang cukup akurat, ia juga mempunyai shot power kaki kanan atau kaki kiri yang sama baiknya.

Liga 1 2018 adalah awal jatuh cinta penulis pada sosok bernomor punggung 22 kelahiran Kendal, Jawa Tengah ini. Di musim yang juga menjadi musim terbaiknya, ia telah membukukan sepuluh gol di Liga 1 2018, dengan rincian empat gol melalui sundulan, empat gol dengan kaki kiri dan dua gol menggunakan kaki kanan.

Di antara sepuluh gol tersebut sebanyak tujuh gol dihasilkan Hari Nur Yulianto dari penempatan posisi yang membuatnya tidak terlihat atau tidak terkawal.

Arti dari kata “tidak terlihat” sendiri lebih akrab dengan istilah blind side atau blind side run atau dapat diartikan sebagai penyerang dan bek lawan dalam posisi yang berdekatan.

Fokus bek lawan hanya kepada arah datangnya bola, sedangkan pemain penyerang memposisikan diri di belakang bahu bek, sehingga bek lawan tak melihat pergerakan si penyerang.

Pada situasi ini butuh bek yang selalu memantau keadaan di balik tubuhnya. Menariknya lagi, Hari Nur memainkan seluruh laga tanpa pernah absen di seluruh 34 pertandingan Liga 1 2018.

Penulis berasumsi, ini dikarenakan ia bagus dalam penempatan posisi, bagus dalam pergerakan tanpa bola sehingga minim pantauan pemain lawan. Selalu mencari ruang kosong, sehingga sulit untuk pemain lawan segera menutup ruang tembak.

Efek dari blind side run ini, membuat Hari Nur Yulianto kerap tak terbaca pergerakannya dan acap kali  lolos dari penjagaan lini belakang lawan. Sehingga tidak ada pengawalan ketat dan duel keras yang menggangu bagi dirinya. Bek-bek lawan cenderung lebih mengawal Bruno Silva yang merupakan mesin gol utama ketimbang dirinya.

Lebih lanjut lagi kondisi fisik yang prima menjadikan penampilan ia cukup konsisten. Bagi penulis sendiri, momen yang menarik terjadi pada pekan ke-23 Liga 1 2018 saat PSIS Semarang menghadapi  Perseru Serui. Hal itu dimana Bayu Nugroho memegang bola di sepertiga akhir daerah lawan atau kotak penalti Perseru.

Apesnya, Hari Nur Yulianto saat terjatuh setelah berbenturan dengan Donny Monim yang ingin menutup ruang tembak Bayu Nugroho yang juga diapit Kunihiro Yamashita. Namun di saat yang tepat ia cepat bangkit dan menahan bola dengan kaki kanan yang masih sempat Bayu sodorkan.

Bola diam sejenak, kaki kiri bagian dalam membuat sapuan. Bola menghujam deras.dan gol! Keseimbangan yang baik, sapuan yang baik dan gol e aleman, ik! dari seorang Hari Nur Yulianto yang ikut menjadi aktor dalam kemenangan 3-2 untuk PSIS saat itu. Sayang semusim berikutnya performa Hari Nur Yulianto menjadi semakin tak terlihat.

Hanya 31 pertandingan dilakoni dan 6 gol disarangkan ke jala lawan di Liga 1 2019. Namun di musim 2020 yang sempat tertunda ini Hari Nur Yulianto telah menyumbangkan sebiji gol dari tiga pertandingan awal Laskar Mahesa Jenar. Yoh iso yoh, PSIS dan si Invincible dari Kendal, Hari Nur Yulianto!

Penulis adalah seorang karyawan swasta bagian Refraksionis Optisien yang hobi literasi sepak bola Indonesia. Dapat ditemui di akun Twitter @RanahAnanda