Berbagai segi dunia sepak bola dapat kita bahas, mulai dari pertandingan, statistik, hingga yang paling menarik adalah pembahasan tentang jersey atau baju tempur sebuah kesebelasan.
Perkembangan dunia sepak bola yang selalu berubah seiring berjalannya waktu, juga menyentuh perubahan dalam jersey.
Dahulu kala jersey sepak bola hanya berfungsi untuk membedakan antara tim kesebelasan yang bertanding. Seiring perkembangan zaman, jersey tidak hanya sebagai seragam pembeda bagi tim yang bertanding, namun sudah menjadi fesyen dan identitas klub.
Di dunia, apparel terkenal seperti NIKE, adidas, dan PUMA sangat menguasai pasaran dengan kualitas dan kekhasan desainnya. Namun di tengah pertarungan tiga jenama tersebut, Indonesia juga memiliki produsen apparel yang berkualitas dan memiliki ciri khas dalam setiap desain yang dikeluarkan.
Dari sekian banyak apparel yang beredar di Indonesia, ada satu yang cukup unik, bernama Reds. Merek ini adalah sebuah apparel yang berasal dari Yogyakarta, lebih tepatnya dari kabupaten Bantul. Pendirinya ialah seorang pemuda bernama Dwi Mei Sulistya.
Berbicara tentang Reds, saya pertama kali mengetahuinya ketika Persiba Bantul menggunakan apparel ini, sekitar tahun 2013-2015. Jersey yang diproduksi Reds kala itu sangat unik, simpel, elegan, dan mengandung unsur identitas sebuah daerah.
Walaupun namanya belum cukup populer, Reds ternyata juga pernah terpampang di situsweb kolektor jersey terbesar di dunia, Classic Football Shirts (CFS). Selain itu, Reds juga menyandang kategori 100 jersey dunia versi goal.com yang disandang sebanyak tiga kali pada tahun 2014.
Ketakjuban saya pada Reds semakin menjadi, ketika klub daerah saya yaitu Persikup Kulon Progo, bekerja sama dengan Reds. Seperti yang sudah saya duga, desain yang dibuat Reds sangat unik dan elegan.
Berbekal semboyan TRUSTDISIONAL, Reds menjadi salah satu jersey yang diburu kolektor hingga ke penjuru dunia. Kekhasan, kualitas, dan keunikan dari Reds membuatnya jadi salah satu apparel yang diburu, dan dijadikan koleksi, mengingat jumlah yang diproduksi selalu dalam jumlah terbatas.
*Penulis adalah seorang penggemar Liverpool yang sedang berusaha menyelesaikan kuliahnya di salah satu kampus swasta Yogyakarta. Bisa disapa di akun twitter @ahmadsyaifudd1n