Sebagian besar orang percaya waktu berjalan linear: masa lalu, kini, dan masa depan. Secara tak sadar tiga zona waktu ini juga kita jumpai di dalam sebuah tim sepak bola.
Para pemain yang sudah uzur mewakili kejayaan atau kegagalan tim di masa lalu. Para pemain yang kini jadi bintang utama sedang berjuang meraih hasil terbaiknya untuk dikenang oleh para suporter. Kemudian, para pemain muda yang sedang tekun mengasah dirinya, untuk menatap masa depan yang lebih baik di dalam kariernya.
Jika masa lalu selalu menjadi tolok ukur sebuah kesuksesan, skuat Liverpool yang kini tengah memimpin klasemen Liga Primer Inggris 2019/2020 tentu selalu dibanding-bandingkan dengan para pemain yang juara di musim 1989/1990, atau tepat 30 tahun yang lalu.
Menariknya, di skuat Liverpool musim ini ada tiga kelompok pemain yang lahir dalam tiga zona waktu, jika menggunakan tolok ukur gelar Liga Primer Inggris terakhir yang diraih The Reds.
Ketiganya memiliki karakteristik permainan berbeda, namun bisa disatukan oleh Juergen Klopp sebagai nakhoda yang mengemudikan jalannya armada Liverpool, di ganasnya lautan Liga Primer Inggris.