Suara Pembaca

Bursa Transfer Musim Dingin, Pit Stop Ala Sepak Bola

Belasan orang sudah berada pada posisinya masing-masing di pit stop, menantikan datangnya mobil balap yang harus segera mendapatkan perbaikan, untuk mencapai peforma yang maksimal setelah sebelumnya menempuh puluhan laps.

Ada yang memegang alat dongkrak, ada yang memegang alat untuk membuka ban, ada yang memegang alat pemasang baut, ada yang memegang “wheel gun” bertekanan tinggi, dan ada yang memegang selang berisi bahan bakar yang siap disalurkan ke tangki mobil balap.

Ketika mobil balap datang, maka semua elemen tadi bekerja keras untuk mencapai hasil yang sempurna dengan waktu seminimal mungkin, sehingga kinerja mobil dapat optimal kembali ketika berada pada lintasan yang sesungguhnya.

Inilah yang terjadi pada area pit stop Formula 1. Pit stop merupakan saat bagi mobil balap Formula 1 yang dijuluki jet darat untuk melakukan perbaikan agar tampil prima, dalam menghadapi beberapa laps ke depan demi mencapai posisi terbaik.

Hal yang sama sebenarnya terjadi juga dalam sepak bola. Pit stop dalam sepak bola dapat dikategorikan memiliki makna yang sama dengan bursa transfer musim dingin.

Masa transfer musim dingin digunakan para klub untuk memperbaiki penampilan tim, mengganti kinerja yang lama dengan kinerja yang baru, serta menambah kemampuan klub untuk mengarungi paruh kedua kompetisi yang sedang berlangsung.

BACA JUGA: Mengenal Spesifikasi Dejan Kulusevski

Bursa transfer musim dingin merupakan saat bagi para klub untuk mendatangkan pemain baru yang tentunya diharapkan mampu mendongkrak performa tim.

Periode yang hanya berlangsung satu bulan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh manajemen dan pelatih klub untuk mendatangkan pembelian yang efektif, setidaknya untuk jangka pendek. Ini berbeda dengan bursa transfer musim panas yang berlangsung antara dua sampai tiga bulan. 

Para klub Eropa pun sudah bersiap untuk mendapatkan pemain incarannya. Beberapa klub yang diprediksi akan bergerak aktif dalam masa pit stop ala sepak bola ini, di Liga Primer Inggris contohnya Chelsea dan Manchester United.

Kedua klub tersebut tentu membutuhkan perbaikan skuat, karena inkonsistensi penampilan yang ditunjukkan sampai dengan paruh musim pertama Liga Inggris.

Chelsea yang baru saja mendapatkan kabar gembira dengan dikabulkannya putusan banding atas larangan transfer, tentu harus bergerak cepat untuk menutupi kelemahan klub, khususnya di lini belakang.

Sampai pekan ke-20 Liga Primer Inggris, Chelsea merupakan klub dengan jumlah kebobolan paling banyak jika dibandingkan dengan para klub yang berada di zona Liga Champions.

Frank Lampard beserta manajemen The Blues harus segera mencari pemain belakang yang mampu menutupi kelemahan, dan memberikan rasa nyaman bagi penjaga gawang. Lampard saat ini berusaha menutup kelemahan ini dengan memperbanyak pemain di lini kedua, dalam formasi 3-4-2-1 seperti yang diperlihatkan pada tiga pertandingan terakhir liga domestik.

Formasi tiga bek sejajar terakhir kali digunakan Chelsea saat menjuarai Liga Inggris pada musim 2016/2017. Di samping itu, dengan banyaknya pemain di lini tengah, Chelsea berusaha memainkan ball possession sehingga ketika bola terebut lawan, tidak langsung berhadapan dengan lini belakang.

BACA JUGA: Bibit Muda Chelsea Mulai Bermekaran

Di sisi lain kubu Setan Merah akan berusaha mempertajam lini depan dengan mendatangkan striker baru. Hal ini sangat diperlukan, mengingat sampai dengan pekan ke-20 Liga Primer Inggris, Manchester United merupakan klub dengan jumlah gol paling sedikit di lima besar klasemen.

Sayangnya, Mario Mandzukic dan Erling Haaland, dua nama penyerang yang dikaitkan ke MU belakangan ini, gagal merapat. Mandzukic memilih berlabuh di Liga Qatar dengan memperkuat klub Al-Duhail, sedangkan Haaland sudah bergabung dengan Borussia Dortmund.

Solskjaer tentu berusaha membujuk manajemen The Red Devils untuk mendatangkan striker berkualitas, demi mengamankan tiket Liga Champions musim depan. Opsi lain, bisa juga Setan Merah mendatangkan seorang gelandang tengah yang akan berperan sebagai pengatur irama permainan.

BACA JUGA: Ode untuk Erling Håland

Menyeberang ke Negeri Pizza, AC Milan sepertinya juga akan bergerak aktif untuk memperbaiki skuatnya. Hasil minor yang didapat di pengujung tahun dengan menelan kekalahan 0-5 dari Atalanta, adalah skor yang sangat memalukan. Hasil ini tentu berbanding terbalik dengan pencapaian pada sepuluh tahun pertama millennium ketiga.

Manajemen AC Milan pun bergerak cepat dengan mendatangkan kembali sang mantan, yaitu Zlatan Ibrahimovic. Kedatangan Ibrahimovic diharapkan memberikan opsi baru di lini depan. Selain itu, pengalaman yang dimiikinya juga diharap dapat mendongkrak penampilan para juru gedor AC Milan yang lain.

Pembelian pemain pada jendela transfer musim dingin biasanya menyasar pemain yang bisa cepat beradaptasi dengan formasi yang diterapkan pelatih. Sebab dengan kompetisi yang masih bergulir, pemain baru tidak punya banyak waktu beradaptasi, sebagaimana yang terjadi ketika bursa transfer musim panas.

Manajemen klub dan pelatih pun diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam pembelian pemain, demi menutup kelemahan yang terjadi pada setengah musim pertama kompetisi, dan demi mencapai target yang diinginkan.

Bursa transfer musim dingin berlangsung sampai dengan akhir Januari di Eropa. Patut ditunggu klub manakah yang mampu memanfaatkan periode ini dengan maksimal.

 

*Penulis bisa disapa di akun twitter @freddisidauruk