Cerita

Secercah Harapan untuk Stadion Harapan Bangsa

Setelah enam musim absen mentas di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Persiraja Banda Aceh berencana pindah markas menuju Stadion Harapan Bangsa untuk mengarungi Liga 1 2020.

Bak buah simalakama, keputusan Laskar Rencong untuk meninggalkan stadion H. Dimurthala yang dikenal angker pun mau tak mau harus dilakukan sebagai salah satu syarat verifikasi peserta Liga 1 2020.

Stadion H. Dimurthala yang baru saja direnovasi pada 2018 ini memang dikenal sebagai salah satu stadion paling angker di Indonesia. Bayangkan, sejak dua tahun lalu belum ada tim tamu yang mampu seri, apa lagi menang, di stadion yang terletak di Lampineung, Banda Aceh, tersebut.

Kepastian kepindahan Nurul Zikra dan kawan-kawan tersebut dikatakan langsung oleh presiden klub, Nazaruddin Dek Gam, beberapa waktu lalu.

“Kami akan memakai Stadion Harapan Bangsa saat mengikuti kompetisi Liga 1 2020. Persiraja sudah bermain di Liga 1 dan tidak mungkin menggelar pertandingan di stadion yang berkapasitas 8 ribu penonton (Stadion H. Dimurthala). Tujuan kami untuk menghibur rakyat dengan tontonan menarik. Tetapi di stadion yang berkapasitas sebesar itu mereka bukannya terhibur tetapi malah tersiksa,” ujar Nazaruddin dikutip dari tagar.id.

Dilansir dari indosport.com, Stadion H. Dimurthala sendiri nantinya akan difungsikan untuk latihan Persiraja. Sementara suporter Persiraja bisa memadati Stadion Harapan Bangsa dengan kapasitas lebih besar sekitar 45 ribu penonton.

Selain itu, tagar.id menambahkan bahwa Stadion H. Dimurthala akan menjalani renovasi besar-besaran mulai 2020. Renovasi yang dilakukan termasuk di antaranya memperbaiki fasilitas stadion seperti rumput lapangan dan penambahan tribun penonton, khususnya A dan B.

BACA JUGA: Mengenal Seluk Beluk Aceh World Solidarity Cup 2017

Meski hanya semusim, pindahnya Laskar Rencong ke stadion Harapan Bangsa memberikan secercah harapan bagi stadion yang berdiri sejak 1997 ITU, untuk dapat memperpanjang napasnya.

Stadion ini sempat dipakai sebagai tuan rumah Aceh World Solidarity Cup 2017, namun setelahnya tak pernah lagi dipakai untuk ajang sepak bola skala nasional. Stadion berkapasitas 45.000 penonton tersebut saat ini hanya digunakan  untuk ajang Piala Kapolda Aceh.

Persiraja pun menjadi satu-satunya pihak yang mampu memberikan secercah harapan untuk Stadion Harapan Bangsa tahun depan. Pasalnya, hanya Laskar Rencong-lah satu-satunya klub profesional yang tersisa di Bumi Serambi Mekah di saat Aceh United per tahun ini sudah direlokasi ke Bangka Belitung.

Sementara beberapa nama tenar lainnya yang membuat kita bernostalgia seperti PSAP Sigli, PSBL Langsa, PSLS Lhokseumawe, dan PSSB Bireun, bukan klub asal Banda Aceh. Pun mereka sudah memiliki stadion sendiri yang cukup, jika hanya digunakan untuk pertandingan Liga 3 atau Liga 2.

Simalakama Harapan Bangsa

Tak hanya merenovasi Stadion H. Dimurthala secara besar-besaran, manajemen Persiraja juga masih memiliki kesempatan beberapa bulan ke depan untuk mempercantik Stadion Harapan Bangsa. Banyak aspek yang harus dibenahi, misalnya saja kualitas rumput stadion dan buruknya sistem drainase, sehingga membuat stadion tergenang lumpur dan menyulitkan permainan.

Ingat ketika Ilija Spasojevic harus membersihkan lumpur dengan kedua tangannya saat hendak mengeksekusi penalti di laga kontra Mongolia?

Nahas, buruknya kualitas rumput di Stadion Harapan Bangsa juga berakhir sial bagi Garuda, yang harus rela melihat Kirgizstan keluar sebagai juara Aceh World Solidarity Cup 2017.

BACA JUGA: Kondisi Buruk Lapangan di Aceh dan Kisah Legenda Sepak Bola yang Terlupakan

Selain rumput, tentu ada beragam aspek yang perlu dilengkapi oleh Persiraja untuk mempercantik stadion terbesar di Aceh Raya ini. Misalnya, setiap stadion yang didaftarkan sebagai kandang klub peserta Liga 1 wajib memiliki lumen lampu sekitar 800 – 1.200 lux, dan merata di seluruh area lapangan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penerangan jika dilangsungkan pertandingan di malam hari.

Beberapa detil yang juga harus dilengkapi seperti fasilitas ruang ganti yang minimal harus memiliki 25 tempat duduk beserta lokernya, berpendingin ruangan dan di kamar mandinya terdapat minimal empat showers, empat toilet duduk, dan dua urinoir juga menjadi syarat yang diajukan oleh PT. Liga Indonesia Baru.

Namun tentu yang jadi masalah ketika pindah ke Stadion Harapan Bangsa adalah stigma lunturnya kekuatan Laskar Rencong yang selama beberapa musim ke belakang dikenal sebagai tim jago kandang.

Musim ini saja Persiraja menyapu bersih seluruh pertandingan kandang di Wilayah Barat dengan satu kata yang tidak lain dan tidak bukan adalah: kemenangan. Hasil impresif ini membuat mereka lolos ke babak 8 Besar dengan status juara grup Wilayah Barat Liga 2 2019.

Anak asuh Hendri Susilo ini pun tentu perlu adaptasi untuk bermain di stadion yang bernama lain Lhong Raya ini, karena selama beberapa musim belakangan menjamu para tamu di Stadion H. Dimurthala.

BACA JUGA: Kilau Gemilang Deretan Pemuda dari Aceh

Namun jika manajemen Persiraja bergerak cepat mempercantik Stadion Harapan Bangsa, bukan tidak mungkin stadion ini akan memberikan harapan baru bagi klub yang pernah jadi juara Perserikatan di tahun 1980 itu.

Selain itu, Stadion Harapan Bangsa juga mampu menjadi daya pikat bagi para pesepak bola asal Aceh yang kini tengah merantau dan tersebar di beberapa klub di Indonesia. Bahkan dilansir dari bolatempo.co, presiden Persiraja  ingin memulangkan sejumlah pemain asli Aceh untuk membela Laskar Rencong dan bermain di hadapan sanak saudara serta handai taulan se-Aceh Raya.

“Ayo dong bantu Aceh. Jangan lihat dari nilai kontraknya. Kalau dari nilai kontrak, jelas kami tidak sanggup karena tidak punya sponsor sampai hari ini,” harap Nazaruddin.

Nah akankah manajemen mampu memberikan secercah harapan bagi Stadion Harapan Bangsa di Liga 1 2020? Stadion ini jelas butuh bersolek, tapi biaya yang akan mereka gelontorkan semoga akan terbayar dengan performa Laskar Rencong di kompetisi kasta tertinggi.