Hari itu, 91 tahun yang lalu. Soeri dan Ali bersepakat membentuk perkumpulan sepak bola yang kemudian menjelma jadi salah satu perkumpulan sepak bola terbaik negeri ini.
Sebelas gelar juara, masing-masing di tahun 1931, 1933, 1934, 1938, 1954, 1964, 1973, 1975, 1979, 2001, dan terbaru di tahun lalu, menjadi catatan panjang kejayaan semenjak bernama VIJ hingga kini kita kenal Persija. Itu belum ditambah status sebagai klub yang belum pernah degradasi.
Selain prestasi, dukungan besar suporter setia menjadi bekal tersendiri yang membuat klub ini kian besar. Jadi wajar, di hari jadinya, pesta meriah disiapakan di rumah mereka, Jakarta.
Sejak sore Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah ramai. Aroma pesta telah terasa. Mereka yang datang dari segala penjuru kota terlihat ceria. Bahkan ada juga mereka yang datang dari jauh, bukan dari Jakarta.
Seperti Tessa Witarsa, Jakmania dan cucu drg. Endang Witarsa –pelatih tersukses Persija Jakarta dan tim nasional Indonesia— yang kini menepi ke Pulau Dewata. Dari jauh ia datang untuk berpesta. Juga membawa harapan untuk klub kebanggaannya.
“Harapan sama seperti yang lain. Tetap eksis, tambah maju, jangan melupakan orang-orang yang berjasa buat Persija dan mantan-mantan pemain juga sejarah,” ucapnya.
BACA JUGA: Sepak Bola Ala drg. Endang Witarsa
Tessa Witarsa memang bukan orang asing untuk Persija Jakarta. Sebagai cucu Endang Witarsa, sejak kecil sepak bola sudah akrab dengannya, begitu juga Persija. Setiap kali Macan Kemayoran berlaga, Tessa selalu hadir di stadion mendampingi sang Pipa atau bergabung dengan Jakmania lainnya.
Meski kini tinggal jauh dan tidak selalu bisa hadir langsung di stadion, ia mengaku Persija sudah menjadi darahnya dan kemana pun ia pergi semua tahu ia adalah pendukung Persija.
“Gue cuma bisa support aja tapi nggak selalu hadir. Tapi Persija sudah dalam darah gue. Kemana pun gue pergi semua tahu gue pendukung Persija,” lanjut Tessa.
Pesta dimulai sebelum pertandingan Persija Jakarta menghadapi tamunya, Persipura Jayapura. Tidak seperti pertandingan biasanya, pertandingan kali ini dikemas berbeda. Saat FIFA Anthem berkumandang, sebelas bendera besar masuk lapangan bersama pemain kedua tim. Bendera-bendera itu bertuliskan tahun Persija Jakarta meraih juara.
BACA JUGA: Cikarang yang Ternyata Nyaman Bagi Persija
Baju kedua tim saat masuk lapangan juga berbeda. Klub ibu kota melapis jersey mereka dengan kaos merah bertuliskan angka 91. Sedangkan tamunya mengenakan kaos oranye dengan tulisan ‘HBD Persija’. Diikuti lebih dari 59 ribu penonton yang hadir memulai sepak mula dengan nyanyian selamat ulang tahun.
Pertandingan Persija Jakarta malam itu memang lebih ramai dari biasanya. Selain pesta yang disiapkan, ini adalah kembalinya Macan Kemayoran ke rumah mereka, SUGBK. Jadi tidak aneh bila semua Jakmania ingin hadir langsung. Termasuk mereka yang mungkin telah lama tidak terlihat di tribun Persija.
Pesta bertema ‘SINER91’ terus berlanjut. Setelah jatuh, bangkit, dan berjaya bersama, semangat ‘Siner91’ diangkat untuk menjaga apa yang sudah ada dan menggapai apa yang belum dipunya.
Saat jeda petandingan satu kejutan kembali dihadirkan. Lifetime achievement award diberikan kepada legenda Persija Jakarta, Patar Tambunan, sebagai penghargaan tertinggi. Juga penghargaan kepada 40 pendiri Jakmania yang hampir 22 tahun setia menemani Macan Kemayoran.
BACA JUGA: Ismed Sofyan, 40 Tahun dan Terus Berlari
Temmy Meliana Lubis, salah seorang pendiri yang menjadi perwakilan penerima penghargaan menyebut, penghargaan yang didapat mengingatkannya akan waktu hampir 22 tahun yang tidak terasa mendampingi klub yang dicinta
“Nggak kerasa aja sih udah hampir 22 tahun,” tutur wanita yang biasa dipanggil Bunda Temmy itu.
Bunda Temmy juga menyebut, dengan penghargaan yang diberikan manajemen, membuatnya merasa dihargai, merasa diperhatikan, dan pada akhirnya merasa lebih memiliki.
Namun puncak pesta dihadirkan suporter usai laga yang berakhir dengan kemenangan itu. SUGBK berubah merah. Suar menyala di mana-mana. Kembang api beterbangan ke udara. Urusan sanksi, dipikir belakangan.
Tapi bagi saya, penutup paling manis malam itu adalah ketika Bambang Pamungkas memegang bendera raksasa penanda gelar juara 2001. Seolah penegasan, ia ada saat itu.
Selamat ulang tahun Persija Jakarta!