Nasional

Heri Susanto dan Ketidakadilan dalam Sepak Bola

Dalam sepak bola, seorang pemain bisa dengan cepatnya melambung bersama pujian. Satu gol penentu kemenangan bisa membuat tribun bergemuruh memuja namanya. Liukan-liukan cantik, permainan impresif, bisa menghadirkan chant yang khusus dicipta untuknya.

Tapi perlu diingat juga, dalam sepak bola satu kesalahan dapat berubah hukuman yang meremukkan, menenggelamkan hingga titik terdalam. Bahkan tidak jarang membuat semua lupa dengan torehan-torehan dan kontribusi besar sebelumnya. Sesuatu yang terlihat tidak adil, tapi fakta di sepak bola begitu adanya.

Kejadian tersebut baru saja terjadi pada Heri Susanto. Di awal pekan namanya dielukan sekitar 5.200 pendukung Persija Jakarta di Stadion Patriot Chandrabhaga berkat gol kemangan yang diciptakan. Terlebih itu adalah satu-satunya gol dalam pertandingan Persija Jakarta menghadapi Barito Putera yang menjadi jawaban harapan kemenangan yang telah lama dinanti.

Sayangnya di akhir pekan semua berubah untuk pemain kelahiran Magelang tersebut. Dipercaya menggantikan Marko Simic sebagai ujung penyerangan, setidaknya dua kesalahan dilakukan. Ketika berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang Borneo FC, bola sepakannya melenceng jauh dari sasaran. Begitu juga di kesempatan berikutnya.

Baca juga: Tidak Pernah Mudah Jadi Pawang Macan Kemayoran

Lebih sial bagi Hersus (panggilan Heri Susanto) karena di pertandingan yang menjadi target kemenangan tandang pertama, Macan Kemayoran justru tersungkur dengan kekalahan 0-1 atas tuan rumah. Hersus yang membuang dua kesempatan di depan gawang sontak menjadi sasaran pelampiasan kekecewaan.

Satu gol penentu kemenangan beberapa hari sebelumnya seolah tidak lagi berarti. Pun semua lupa bila setiap kali Heri Susanto mencetak gol, dipastiakan Persija memetik hasil kemenangan. Semua segera berganti caci-maki. Lini massa Jakmania dipenuhi kritikan pada pemain berusia 24 tahun itu. Dukungan yang semula hadir berubah dengan kata-kata serupa hinaan.

Terakhir, akun media sosial pribadi miliknya hilang. Entah diretas orang tidak bertanggung jawab atau memang sengaja dinonaktifkan untuk sejenak menghindar dari tekanan.

Baca juga: Bintang Persija Kirim Doa untuk Member JKT48

Tapi itulah sepak bola dengan semua yang terjadi di dalamnya. Mereka yang tidak kuat menghadapinya pasti akan tersingkir, sedangkan mereka yang berhasil mengatasi situasi tersebut dapat dipastikan akan menjadi pemain yang lebih hebat.

Di klub sebesar Persija Jakarta, bahkan kawan-kawan Hersus yang lebih senior pasti pernah mengalami hal serupa. Suporter dengan jumlah besar pasti akan memberi dukungan besar. Begitu juga tekanan yang pasti lebih besar.

Novri Setiawan, Andritany Ardhiyasa, Ramdani Lestaluhu, hingga Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas pernah dipertanyakan kualitasnya. Kritik pedas hingga hinaan pernah mengarah pada mereka ketika tampil tidak seperti yang diharapkan. Yang bisa mereka lakukan hanya memberi pembuktian hingga membuat mereka terus tumbuh menjadi seperti sekarang ini.