Suara Pembaca

Bali United (Calon) Juara Pesanan, Benarkah Demikian?

Bali United dalam gelaran Shopee Liga 1 2019 musim ini telah menjelma menjadi raksasa menakutkan di sepak bola Indonesia. Tim kebanggaan Pulau Dewata ini agaknya memang tak ingin mengulangi kesalahannya di musim lalu yang hanya berhasil duduk di posisi sebelas klasemen akhir.

Musim ini Serdadu Tridatu jauh lebih awas dari musim lalu. Sejauh ini mereka berhasil membukukan 40 poin dari 16 pertandingan. Torehan tersebut sekaligus menahbiskan diri mereka sebagai juara paruh musim Shopee Liga 1 2019, meskipun mereka masih harus memainkan dua laga sisa putaran pertama.

Hal tersebut karena PS TIRA-Persikabo yang menguntit di bawah mereka tak akan mampu menyusul jarak delapan poin hanya dengan satu laga sisa putaran pertama.

Melihat prestasi ini tentu membuat banyak pengamat bola meyakini Bali United sebagai calon kuat juara Shopee Liga 1 2019. Akan tetapi, tak semua pengamat sepak bola mengatakan hal tersebut sebagai bentuk apresiasi.

Banyak nada sumbang yang mengatakan bahwa Bali United adalah juara ‘pesanan’ untuk tahun ini, setelah di tahun sebelumnya Persija Jakarta telah mengambil ‘jatah pesanan’ juara tersebut. Apa lagi semenjak isu mafia bola di awal tahun ini beredar, isu juara pesanan selalu banyak dikaitkan dengan sejumah tim di Indonesia.

Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan, sekaligus menjadi ganjalan tersendiri bagi para Semeton Dewata, pendukung Bali United. Benarkah tim kebanggaan mereka hanya mengambil ‘pesanan’ juara tahun ini, seperti banyak isu yang beredar?

Baca juga: Pesona Bali United Bagi Pemain dan Pelatih Asing

Sebenarnya apabila melihat bagaimana Bali United sekaligus para rival mereka bermain di musim ini, maka tak ada bukti terkait ‘pesanan’ juara untuk Bali United tahun ini. Bali United musim ini memang pantas diperhitungkan, karena mereka memang mengalami banyak pembenahan setelah kegagalan musim lalu.

Tercatat Bali United mendatangkan pelatih yang berhasil mengantarkan Persija Jakarta menjadi juara musim lalu, Stefano Cugurra, untuk menukangi mereka.

Pelatih yang akrab dengan sapaan coach Teco ini juga membawa beberapa sosok veteran seperti Gunawan Dwi Cahyo, Leonard Tupamahu, dan mantan anak buahnya di Persija, William Pacheco, untuk mengisi skuat Bali United. Selain itu pihak manajemen juga mendatangkan sosok bintang yang pernah menjadi juara bersama Bhayangkara FC di tahun 2019, Paulo Sergio. 

Tak hanya mereka, runner-up GOJEK Traveloka Liga 1 2017 ini juga berusaha menambah kedalaman skuat yang telah menjadi kelemahan mereka musim lalu, dengan mendatangkan beberapa sosok potensial seperti sayap lincah Fahmi Al Ayyubi, bek muda tangguh Haudi Abdillah, serta penjaga gawang yang menyelamatkan Perseru Serui dari jeratan degradasi musim lalu, Samuel Reimas.

Dengan hadirnya mereka semua yang kualitasnya tak jauh berbeda dari skuat lama Bali United yang tak banyak berubah, tentu pihak pelatih dan manajemen tak perlu khawatir terkait banyaknya pemain yang bakal dipanggil timnas Indonesia.

Baca juga: Bali United Lepas Sebagian Saham ke Publik

Selain banyaknya sosok baru yang ada dalam skuat Bali United musim ini, strategi dari coach Teco juga menjadi faktor penting di balik moncernya penampilan Bali United musim ini. Pelatih dari Negeri Samba ini dengan berani menerapkan formasi menyerang 4-2-1-3 dengan memainkan banyak pemain tipikal menyerang seperti Ilija Spasojevic, Melvin Platje, Stefano Lilipaly, serta Paulo Sergio secara bersamaan.

Dalam catatan saya mungkin hanya Madura United yang menerapkan strategi menyerang yang lebih ekstrem dibanding Bali United, dengan menerapkan formasi 4-2-4 berisi skuat yang tak kalah berkualitasnya.

Meskipun menganut formasi menyerang yang tergolong ekstrem, terdapat perbedaan mendasar dari gaya permainan kedua tim ini. Para pemain depan Bali United lebih banyak diberi kebebasan menciptakan ruang di daerah pertahanan lawan. Jarang ada pemain yang sepanjang permainan hanya menempati satu posisi.

Hal tersebut wajar, mengingat Stefano Lilipaly, Melvin Platje, Paulo Sergio, atau bahkan Ilija Spasojevic memang pemain multiposisi.

Meskipun awalnya Lilipaly lebih sering menempati sayap kiri, Paulo Sergio lebih banyak beroperasi di belakang penyerang, atau Melvin Platje banyak menyisir sisi kanan lapangan, tak jarang mereka justru ditemukan berada di kotak penalti bersama Spasojevic untuk menunggu umpan dari lini kedua.

Permainan dinamis mereka ini juga didukung oleh pergerakan serta umpan matang yang berasal dari lini kedua. Pemain tengah Fadhil Sausu dan Brwa Nouri, serta duo fullback Andhika Wijaya dan Ricky Fajrin, boleh dibilang sukses menjalankan peran kedua mereka sebagai pelayan lini depan Bali United.

Kualitas umpan mereka yang berada di atas rata-rata pemain biasa di Indonesia tentu membantu para pemain depan mendapat kesempatan mencetak gol.

Bandingkan dengan formasi 4-2-4 dari Madura United. Greg Nwokolo serta Andik Vermansah memang pemain berkualitas. Tak ada yang meragukan kemampuan mereka. Namun duo sayap kebanggaan timnas ini tak mampu bergerak sedinamis lini depan Bali United.

Mereka berdua hanya bergerak mungkin bertukar posisi sayap kanan atau kiri. Jarang mendapati mereka berada di kotak penalti lawan. Mereka lebih banyak menjadi pengumpan bagi lini depan.

Alhasil ketika lini depan yang diisi Beto Goncalves dan Alexander Rakic mengalami kebuntuan, bantuan dari lini kedua terkadang malah telat datang. Sesuatu yang jelas berbeda dari Bali United.

Baca juga: Awal Bagus Stefano Cugurra Bersama Bali United

Selain dalam hal menyerang, coach Teco juga berhasil menyulap pertahanan Bali United menjadi yang terbaik di musim ini. Keputusan mengejutkan dengan lebih memilih pemain veteran Leonard Tupamahu sebagai pilihan utama dibanding Haudi Abdillah yang jauh lebih muda, menjadi keputusan brilian dari pelatih.

Pengalamannya dalam bertahan sekaligus pengambilan keputusan secara cepat dan tepat membuat ia mampu menjadi tandem setara dengan William Pacheco. Mereka berdua diperkuat oleh duo fullback muda disiplin, Andhika Wijaya dan Ricky Fajrin. Maka tak heran Bali United hingga saat ini masih menjadi tim dengan gol kemasukan paling sedikit, hanya sebelas gol.

Semua kegemilangan tersebut juga dibantu oleh tidak konsistennya permainan para rival Bali United. Madura United yang digadang-gadang sebagai calon juara yang sama kuat dengan Bali United saat ini harus menjalani periode lima laga tanpa kemenangan yang membuat pelatih mereka, Dejan Antonic, terpaksa mundur dari jabatannya.

PS TIRA Persikabo yang sempat menjadi tim yang tak terkalahkan sepanjang 13 laga awal saat ini juga sedang dalam masalah, setelah dihantam Persela Lamongan dengan skor telak 6-1.

Selain Madura United dan PS TIRA Persikabo, banyak tim besar lain yang belum menemukan konsistensinya. Arema FC, Persija Jakarta, Persib Bandung, PSM Makassar, hingga Persipura Jayapura hingga saat ini masih banyak membuang poin di laga yang harusnya dapat dimenangkan.

PSS Sleman serta Borneo FC yang tak diunggulkan, justru mampu hadir sebagai kekuatan baru dengan berada di papan atas klasemen sementara Shopee Liga 1 2019. Situasi ini tentu memuluskan langkah Bali United dalam persaingan gelar juara musim ini.

Maka dengan segala uraian di atas, tak heran Bali United musim ini mampu bercokol di puncak klasemen sementara Shopee Liga 1 2019. Menyebut mereka sebagai juara ’pesanan’ tentu akan melukai harga diri seluruh elemen tim Bali United, karena hingga saat ini Serdadu Tridatu sedang mencoba mewujudkan cita-cita Bali sebagai juara sejati kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia.

 

*Penulis merupakan seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang gemar menganalisis sepak bola Indonesia. Bisa dihubungi di ID LINE: achmzulfikar