Suara Pembaca

Philippe Coutinho: Beda Rencana, Tujuan Sama

Ketika saya memasuki salah satu kantor di daerah Jakarta Barat, saya melihat tulisan “If the plan does not work, change the plan but never the goal” terpampang pada dinding kantor tersebut. Sejenak saya berpikir, bahwa hal yang tertulis dalam quote tersebut menjadi hal yang selalu kita ingat.

Terkadang apa yang sudah kita rencanakan dari awal atau yang sering disebut sebagai Plan A, memiliki hambatan yang besar dan tidak dapat meraih tujuan, sehingga kita selalu melakukan opsi rencana lain atau yang sering disebut sebagai Plan B. Namun, tentu harapannya bahwa meskipun rencana yang dilakukan berubah, hasil yang menjadi tujuan akhir dari kegiatan tersebut adalah sama.

Pada bulan Juli 2010, seorang pemuda yang masih berusia 18 tahun, berangkat meninggalkan negaranya yang terkenal dengan sepak bola yaitu Brasil, menuju negara baru dengan tujuan untuk menjadi bintang sepak bola dunia.

Sebenarnya kepindahannya dapat terjadi pada bulan Juli 2008, namun karena usianya belum mencapai 18 tahun pada masa tersebut, maka proses transfernya harus ditunda dua tahun kemudian. Petualangan sang pemuda pun dimulai di kota Milan, untuk bergabung dengan klub Internazionale Milano. Pemuda tersebut adalah Philippe Coutinho.

Baca juga: Khedira dan Coutinho ke Arsenal? Ah, Bercanda!

Philippe Coutinho diproyeksikan menjadi bintang sepak bola yang memiliki masa depan cerah. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu Coutinho sudah mendapat kontrak dari Inter Milan pada saat usianya 16 tahun. Kala itu juga presiden Inter, Massimo Moratti,  menyatakan bahwa Coutinho adalah masa depan Inter.

Hal ini ditambah dengan fakta bahwa Coutinho melakukan debut bagi tim nasional Brasil pada saat usianya 18 tahun. Usia yang dapat dikatakan cukup muda ketika membela tim nasional, di saat Brasil memiliki banyak pemain berbakat.

Perjalanan karier Coutinho di Benua Eropa sudah dilakukan bersama dengan lima klub yaitu Inter Milan, Espanyol, Liverpool, Barcelona, dan Bayern Muenchen. Namun, perjalanan Coutinho untuk menjadi bintang besar sepak bola tidak berjalan dengan baik.

Sesuai dengan quote di atas, rencana dapat berubah, namun tujuan harus tetap sama. Musim ini Coutinho dipinjamkan oleh Barcelona ke Bayern Muenchen. Ini menjadi masa peminjaman kedua baginya setelah sebelumnya sudah pernah menjalaninya ketika dipinjamkan oleh Inter Milan ke Espanyol.

Coutinho memulai musim baru di tanah Bavaria setelah mengalami masa sulit di Barcelona. Coutinho harus berusaha untuk mewujudkan tujuannya menjadi bintang sepak bola Eropa melalui prestasi yang dapat diraih bersama Die Roten.

Baca juga: Performa Memprihatinkan Coutinho di Balik Pesta Barcelona

Peluang Coutinho untuk dapat melangkah lebih jauh memang sepertinya akan terbuka lebar. Tiga faktor yang mendukung hal tersebut yaitu hengkangnya para pemain senior dari Muenchen, beban yang berkurang, dan kesempatan sebagai dirijen permainan terbuka lebar.

Kepergian para pemain senior Bayern seperi Arjen Robben dan Franck Ribery membuat peluang Coutinho untuk mendapatkan menit bermain semakin besar. Coutinho akan memiliki tempat tersendiri di antara barisan line-up pemain Bayern, sebab seperti diketahui bahwa ia memiliki posisi yang sama sekaligus dapat  berperan sebagi winger sebagaimana yang dilakukan oleh Robben dan Ribery.

Manajemen tentu mengharapkan bahwa kepergian para pemain sebagaimana disebutkan di atas mampu disubtitusi oleh skill seorang Coutinho, dan diharapkan sang pemain mampu menjadi pemberi umpan yang manja kepada para striker.

Dua nama pertama yang disebutkan di atas menjadi salah satu garansi alur serangan Die Roten yang mampu memporakporandakan pertahanan lawan, sehingga memudahkan tugas striker untuk menggetarkan gawang lawan.

Kemampuan Coutinho dalam beberapa posisi baik winger maupun pada posisi pemain nomor 10 tentu diharapkan menjadi pengganti yang sepadan setelah hengkangnya para pemain senior tersebut.

Kedua, tidak dapat dipungkiri bahwa ketika membela Blaugrana, Coutinho tidak dapat lepas dari bayang-bayang mega bintang Lionel Messi. Legenda Brasil, Rivaldo, menyatakan bahwa tidak akan mudah untuk mendapatkan posisi jika berada pada tim di mana Messi mengambil semua kesempatan dan tanggung jawab.

Di samping itu ketika mendatangkan Coutinho, manajemen Barcelona berharap sang pemain mampu menggantikan posisi kompatriotnya yaitu Neymar, yang pada bursa transfer sebelumnya pindah ke Paris Saint-Germain. Namun, hal yang ingin diperoleh manajemen Los Cules tidak dapat berjalan dengan baik.

Berpindahnya sang pemain diharapkan membuat beban sang pemain semakin berkurang, sebab setidaknya beban sebagaimana yang disebutkan di atas ditambah dengan status sebagai pemain termahal yang pernah dibeli oleh FC Barcelona, setidaknya tidak akan membebani Coutinho ketika menjalani masa peminjamannya bersama klub besar Liga Jerman tersebut.

Ketiga, masa-masa indah Coutinho sebagai pemain sepak bola yang terjadi ketika membela Liverpool sepertinya akan terulang musim ini. Nomor punggung 10 yang musim lalu dikenakan Arjen Robben diserahterimakan kepada Coutinho. Nomor yang sama juga dipakai oleh sang pemain ketika membela The Reds selama 5 tahun.

Baca juga: Menanti Liverpool Tanpa Alisson

Tidak dapat dipungkiri bahwa nomor punggung sepuluh identik dengan tumpuan atau dirijen permainan sebuah klub. Situasi yang sama dilakukan oleh Messi di Barcelona dan Sneijder ketika membela Inter Milan. Pemberian nomor sepuluh dari sang klub juara Liga Champions 2013 ke pemain yang pernah mencetak dua gol di Stadion Gelora Bung Karno pada tahun 2012 tersebut tentu diharapkan mampu mengulang masa kejayaannya ketika mengenakan nomor punggung yang sama di tanah Britania.

Tugas dari Coutinho yang harus mampu menarik perhatian dari Niko Kovac, sang pelatih, untuk memberikan kesempatan baginya untuk menjadi pengatur permainan tim, sekaligus menjadi pemberi umpan matang bagi para striker Bayern seperti Robert Lewandoski, Serge Gnabry, dan lain-lain. Allianz Arena diharapkan mampu menjadi arena bermain baru bagi sang pemain.

Sukses para kompatriot sekaligus seniornya seperti Giovane Elber, Ze Roberto, dan Lucio ketika membela klub Bavarian tentu diharapkan dapat diikuti oleh Coutinho.

Cara yang harus ditempuh untuk menjadi bintang sepak bola dengan bakat yang ada harus ditempuh oleh Coutinho dengan berbagai cara seperti melalui beberapa masa peminjaman di klub lain, namun tentu diharapkan akan tetap menghasilkan tujuan yang sama, yaitu Coutinho akan dikenal sebagai salah satu bintang sepak bola yang bersinar.

 

*Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan hobi menulis. Bisa ditemui di akun Twitter @freddisidauruk