Dinyatakan pailit oleh federasi sepak bola Italia, salah satu klub bersejarah Italia, Palermo, harus memupus mimpi bermain di Serie B musim ini. Mengulangi perjalanan panjang menuju kasta tertinggi dari Serie D musim ini, I Rosanero siap bangkit bersama dengan wajah baru bernama S.S.D. Palermo.
Berdiri sejak tahun 1900 dengan nama Anglo Palermitan Athletic and Football Club, nama Palermo baru benar-benar melambung di era kepemimpinan pebisnis Maurizio Zamparini di tahun 2002. Zamparini ingin membawa Palermo yang saat itu mentas di kasta kedua kembali ke Serie A, bahkan bertekad menembus zona Eropa suatu hari nanti.
Namun setelah 15 tahun masa kepemimpinannya, Zamparini tak pernah berhasil merealisasikan mimpi tersebut, bahkan klub yang mengorbitkan beberapa bintang lapangan hijau seperti Javier Pastore, Edinson Cavani, dan Paulo Dybala tersebut kembali menapaki kasta kedua di akhir musim 2016/2017.
Awan mendung yang menyelimuti Stadion Renzo Barbera terjadi pasca-kepemimpinan Zamparini. Sempat dipegang pebisnis Italia-Amerika, Paul Baccaglini, situasi ekonomi I Rosanero tak kunjung membaik seiring terpuruknya prestasi klub. Singkat cerita, klub yang sudah memenangkan lima gelar juara Serie B dan tiga gelar Coppa Italia ini dinyatakan pailit per 12 Juli lalu.
Unione Sportiva Città di Palermo, nama klub yang disandang sejak 1987 silam harus ditanggalkan, lantas muncul Società Sportiva Dilettantistica Palermo atau S.S.D Palermo, sebuah phoenix club yang memulai perjalanannya dari Serie D per musim ini.
Phoenix club digunakan sebagai rujukan terhadap tim olahraga profesional yang menggantikan klub terdahulu karena masalah keuangan atau hal lainnya.
Status phoenix club bisa meniadakan entitas atau klub terdahulu, bisa juga tidak. Dua contoh di mana phoenix club yang tidak meniadakan entitas atau klub terhadulu adalah kehadiran FC United of Manchester di Inggris dan Pusamania Borneo FC di Indonesia. Keduanya didirikan oleh suporter atas dasar ketidakpuasan atau protes kepada pemilik klub terdahulu, yakni Manchester United dan Persisam Putra Samarinda (kini Bali United).
Bagaimana regulasi phoenix club di Italia?
Di Italia, fenomena phoenix club juga terjadi di beberapa klub, sebut saja Parma sebagai contoh terbaru. I Gialloblu yang terjun bebas ke kompetisi kasta keempat lantas mengganti namanya dari Parma Football Club S.p.A. menjadi S.S.D. Parma Calcio 1913, kemudian disederhanakan menjadi Parma Calcio 1913 saja. Hal ini telah diatur oleh Article 52 of N.O.I.F. (Norme organizzative interne della FIGC)
Artikel tersebut mengatur regulasi untuk organisasi internal di dalam FIGC, dalam hal ini adalah klub-klub yang mengikuti kompetisi sepak bola di Italia termasuk para phoenix club. Artikel atau undang-undang ini diperkenalkan pada 2004 dan telah diamandemen sebanyak empat kali, terakhir di 2015.
Lantas apakah semua phoenix club harus memulai perjalanan mereka dari kasta paling bawah dalam hierarki kompetisi di Italia? Ternyata tidak juga.
Pada comma ke-3 Art. 52 of N.O.I.F. dikatakan bahwa sebuah perusahaan dari kota yang sama dapat mengakuisisi klub yang dinyatakan bangkrut untuk mengelola phoenix club dan diizinkan berkompetisi di kasta yang sama asal perusahaan bangkrut tersebut melunasi utang-utang perusahaan dan klub terdahulu beserta bunganya.
Hal ini terjadi pada A.S. Bari yang masih dapat berkompetisi di Serie B pada Mei 2014 setelah diakuisisi oleh mantan wasit Serie A, Gianluca Paparesta, beserta konsorsium yang dipimpinnya, sehingga identitas klub berubah menjadi F.C. Bari 1908 S.p.A. Meski akhirnya nasib nahas kembali menimpa I Galletti yang kembali bangkrut dan harus memulai kembali perjuangan dari kasta keempat dengan nama S.S.C. Bari.
Hal yang lumrah terjadi ketika klub-klub didepak hingga Serie D sendiri diatur pada comma ke-10 Art. 52 of N.O.I.F. di mana seluruh perusahaan baru atau phoenix club harus memulai kompetisi di Serie D saat mengakuisisi atau menggantikan klub terdahulu yang dinyatakan pailit dan tidak dapat bermain di level profesional.
Regulasi ini dianggap cukup adil, karena klub-klub lain yang masih sehat keuangannya layak mendapat kesempatan menggantikan para pesakitan. Hal yang sedikit kontras terjadi di Indonesia di mana praktek jual-beli lisensi klub masih mudah dilakukan dan tidak diawasi dengan ketat. Akibatnya banyak klub merger lahir dan menanggalkan identitas klub terdahulu.
Baca juga: Krisis Identitas Menghantui TIRA-Persikabo
Uniknya tak seperti Bari ataupun Parma, S.S.D. Palermo baru-baru ini meluncurkan logo baru yang jauh berbeda dari klub terdahulu. Apparel lokal, Kappa, juga dipilih untuk membuat baju tempur yang akan digunakan Paolo Dellafiore dan kawan-kawan di Serie D.
Kini di bawah kepemimpinan Darrio Mirri, etrepreneur lokal sekaligus keponakan Renzo Barberra, dan pebisnis Italia-Amerika, Tony DiPiazza, mereka mencoba bangkit bersama-sama dengan suporter setianya untuk dengan sabar meniti jalan ke kompetisi kasta tertinggi, Serie A Italia.