Suara Pembaca

Tetap di Sini, Rumah Ini, Deltras Sidoarjo!

Siapa tak kenal Claudio Pronetto, Jose Sebastian, atau Hilthon Moreira? Legiun asing yang pernah mengantarkan Deltras Sidoarjo ke 8 Besar Divisi Utama Ligina 2007/2008.

Tim kuda hitam yang membuat kejutan di masanya, menempati peringkat ke-3 Wilayah Timur DU Ligina 2007/2008. Meraih 17 kemenangan, 8 seri, dan 9 kekalahan, membuat prestasi baru bagi Deltras di sepanjang sejarahnya.

Deltras lahir dari konflik internal Persebaya. Memiliki nama Putra Gelora, bermarkas di lapangan Suko Sidoarjo sebelum boyongan ke Bali dan mengikuti kompetisi Galatama di tahun 1989, yang akhirnya kembali di rumahnya sendiri (Sidoarjo) pada tahun 2001.

Sekarang nasib klub yang selalu memiliki prestasi naik-turun di Liga Indonesia itu harus rela berlaga di Liga 3 Regional Jawa Timur. Mungkin ini adalah pengganti dosa-dosa masa lalu, ketika tiga musim berturut-turut pernah mengakhiri kompetisi di zona degradasi, tetapi tidak terelegasi.

Baca juga: Kala Play-Off Promosi-Degradasi Begitu “Istimewa”

23 Agustus 2014, hari yang selalu diingat oleh teman-teman Deltamania, pendukung setia Deltras. Pasalnya sore itu, tim yang  dulunya bernama Gelora Putra Delta ini menelan kekalahan 1-4 dari tuan rumah Martapura FC, dan harus terjun ke Liga Nusantara (sekarang Liga 3).

Mau tidak mau, Deltamania harus menemani Deltras mulai dari nol lagi. Deretan prestasi terbaiknya seperti posisi 3 Copa Dji Sam Soe 2008/2009, runner-up Divisi Utama 2009/2010, atau prestasi-prestasi lainnya, hanya akan menjadi cerita belaka.

Lima musim absen di kasta tertinggi Liga Indonesia, tak menyurutkan semangat dan kesetiaan Deltamania untuk terus menemani Deltras, dan tahun ini (2019) akan menjadi tahun ke-6 The Lobsters absen di kasta tertinggi.

Absen di kasta tertinggi bukan hal yang sangat buruk. Tim raksasa Eropa sekelas Manchester United, Juventus, Atletico Madrid, dan Liverpool pun pernah mengalaminya. Tetapi untuk suporter militan sekelas Deltamania, pastinya sangat kecewa akan hal itu.

Musim ini menjadi ujian yang kesekian kalinya bagi Deltamania, setelah musim kemarin hanya mencapai babak 8 besar Liga 3 Regional Jatim. Entah, apa yang terjadi di musim ini, yang jelas mereka semua benar-benar menuntut manajemen untuk bekerja keras lagi setelah target Liga 2 selama dua musim tidak dapat diraih.

Bagaimana tidak bosan, jika tim sekelas Deltras yang notabene-nya tim besar, harus bermain di level amatir?

Ketika di sini mayoritas warganya lebih memilih dua klub sepak bola raksasa dari Jawa Timur,  yaitu Arema FC ataupun Persebaya Surabaya, maka saya akan tetap memilih Deltras, karena Deltras adalah wujud bagaimana kami berterima kasih kepada Tuhan. Kami telah dilahirkan, dan dibesarkan di sini, Kabupaten Sidoarjo.

Entah bagaimanapun nantinya, karut-marut keadaan Deltras Sidoarjo, Deltamania akan tetap di sini, mereka akan selalu menanti kejayaan itu kembali di kabupaten kecil ini. Semoga suatu saat nanti daya magis dari anthem Dewi Fortuna yang selalu dielu-elukan setiap akhir laga akan menjadi kenyataan.

Baca juga: Mencari Kedewasaan Bersepak Bola

Ya, meskipun liriknya tak seromantis ketika Kopites (pendukung Liverpool) menyanyikan You”ll Never Walk Alone, atau Inter City Firm (suporter West Ham United) melantunkan anthem kebesarannya I’m Forever Blowing Bubbles, Deltras tetaplah Deltras dengan takdirnya sendiri.

Musim ini doa dan dukungan kami takkan pernah berhenti, kami akan selalu mengikutimu di manapun engkau berlaga, kandang ataupun tandang. Bawa kembali kejayaan itu di sini, di kabupaten kecil yang selalu bermimpi untuk menjadi juara. Selamat berjuang kebanggaan kami, Deltras Sidoarjo!

 

*Penulis dapat ditemui di akun Twitter @wegahxkelangan