Minggu 21 Juli 2019, semua mata pencinta sepak bola Indonesia tertuju ke stadion kebanggaan seluruh masyarakat Tanah Air, yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Ya, leg pertama final Piala Indonesia 2018/2019 (turnamen terlama sepanjang sejarah Indonesia) yang mempertemukan Persija Jakarta dan PSM Makassar, merupakan laga yang ditunggu-tunggu karena selain duel klasik tim sukses era Perserikatan, juga dianggap sebagai pembuktian siapakah ‘The Real Champions’ sebenarnya di musim 2018.
Animo masyarakat ibu kota pun membludak, jumlah penonton final ini mengalahkan jumlah penonton pada pertandingan antara Persija Jakarta menghadapi Persib Bandung. 70 ribuan suporter memadati SUGBK, yang 3 ribu di antaranya merupakan suporter PSM Makassar bertandang ke Jakarta.
Baca juga: Kemarin, GBK Tidak Kalah Meriah dari Istora
Mereka bernyanyi dengan lantang sepanjang 90 menit, tak mau kalah dengan puluhan ribu Jakmania yang hadir di sana. Kerinduan masyarakat Makassar akan gelar juara yang telah gagal mereka dapatkan dalam 19 tahun terakhir, membuat final Piala Indonesia ini dianggap sebagai waktu yang paling tepat untuk menuntaskan dahaga gelar publik Makassar dan Sulawesi Selatan.
Persija Jakarta dan PSM Makassar sama-sama pincang menghadapi final ini. Sang jawara GOJEK Liga 1 2018 tidak bisa diperkuat pemain-pemain utama mereka seperti Andritany Ardhiyasa, Ramdhani Lestaluhu, dan bek asing mantan pemain PSM, Steven Paulle. Kemudian Juku Eja tidak diperkuat kiper utama Rivky Mokodompit, dan jenderal lini tengahnya, Wiljan Pluim.
Rangkuman leg pertama
Kondisi tim Persija dan PSM di liga sangat berbeda, Persija masih terbenam di zona degradasi, sedangkan PSM berkutat di papan tengah tapi dengan catatan baru memainkan 6 pertandingan (Persija 7 pertandingan). Oleh karena itu, besar harapan fans Makassar agar PSM bisa mencuri kemenangan di GBK memanfaatkan kondisi Persija yang sedang tidak stabil.
Namun harapan itu sirna ketika melihat pola permainan defensif dari anak asuhan Darije Kalezic. Permainan PSM yang agresif dan ngotot di Piala AFC dan Liga 1, tidak ditunjukkan di laga ini, Persija benar-benar mendominasi laga di GBK sejak awal pertandingan, karena PSM terlihat memang terlihat hanya mencari hasil imbang.
Tim tamu bermain sabar dan cenderung menunggu di area sendiri. Sesekali PSM melakukan serangan balik melalui M. Rahmat dan Zulham Zamrun, tetapi kurangnya dukungan dari pemain lain, dan banyaknya kesalahan operan yang dilakukan di daerah musuh, membuat barisan pertahanan tuan rumh dengan mudah mematahkannya.
Ditambah lagi buruknya permainan Guy Junior yang dipasang sebagai ujung tombak, membuat fans Makassar semakin frustrasi dengan permainan tim kebanggaannya di Senayan.
Rencana yang disusun Darije Kalezic sebenarnya hampir berhasil. Hasil imbang di GBK sudah di depan mata, tapi kelengahan di menit-menit akhir membuat PSM harus menyesal. Sang Ayam Jantan dari Timur harus kerja keras di leg kedua agar bisa menang dengan marjin minimal dua gol.
Hasil 1-0 di GBK benar-benar membuat Jakmania bergemuruh. Teriakan ‘Championee… championee…’ terdengar di seluruh penjuru tribun, Jakmania benar-benar sudah siap berpesta lagi.
Leg kedua tinggal menghitung hari. The Real Champions di Indonesia akan dibuktikan di Stadion Mattoanging, Makassar. Persija boleh pede dengan hasil 1-0 sebagai bekal ke Makassar, tapi mereka harus mewaspadai permainan menyerang PSM Makassar yang mengerikan di kandang sendiri, apa lagi ada kemungkinan Wiljan Pluim bisa tampil.
Sebagai catatan, PSM tidak pernah kalah di kandang mereka sejak April 2018 melawan Persela Lamongan. Stadion Mattoanging akan tetap menjadi kandang yang ‘angker’ dan akan dijaga kesuciannya oleh seluruh penggawa Pasukan Ramang.
Ditambah dengan motivasi dan semngat dari puluhan ribu Maczman, Redgank, LAJ, dan PSM Fans, dipastikan akan menciptakan atmosfer dan tekanan hebat pada tim Persija selama pertandingan.
Jakmania boleh pede dan siap berpesta, tapi ingat, semua bisa terjadi dalam 90 menit di sepak bola. Apapun hasilnya hari Minggu nanti, kedua tim sama-sama boleh berbangga, karena kalianlah klub Indonesia terbaik saat ini.
Tak perlu ada caci maki setelah pertandingan, kita semua masih satu darah satu Indonesia.
*Penulis adalah seorang Liverpudlian dan Makassar fans yang bercita-cita jadi pesepak bola tapi tidak kesampaian. Bisa ditemui di akun Twitter @kevinthetrawan